Minggu, 22 April 2018

PERANG


Ngunandiko. 145



Perang
(Bagian ke-1)

Seperti diketahui Korea Utara telah cukup lama terisolasi dari pergaulan masyarakat dunia, utamanya akibat politik Amerika Serikat & Co. Guna melawan isolasi tersebut Korea Utara telah berusaha kuat mencari legitimasi dan penghormatan di panggung pergaulan masyarakat dunia a.l dengan membuat dan mengumpulkan persenjataan nuklir.


Pertikaian antara Amerika Serikat & Co dengan Korea Utara tersebut, pada awal abad ke-21 ini antara lain seperti tampak dari sejumlah sangsi PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa) yang disponsori oleh Amerika Serikat, serta perang kata-kata dan caci maki antara presiden Donald Trump dan presiden Kim Jong-un.
Apakah pertengkaran antara Amerika Serikat dengan Korea Utara tersebut akan menjadi “Perang” yang sesungguhnya ? Kiranya tidak akan terjadi, karena perang akan beresiko digunakannya senjata nuklir yang dapat menghancurkan dunia secara keseluruhan “Menang jadi arang, kalah jadi abu”. Namun jika perang nuklir tetap terjadi, maka manusia harus dapat mempersiapkan tempat untuk mengungsi di ruang angkasa agar tidak musnah.
Sehubungan dengan hal itu, pada kesempatan ini “Ngunandiko” ingin secara singkat membahas dan merenungkan tentang “Perang”.

Mengenai pengertian perang itu sendiri, berbagai sumber  mengatakan hal yang beragam tentang perang itu, namun pada dasarnya adalah sbb :
  • Kita telah lama mengenal adanya istilah perang seperti : perang agama (misalnya : perang salib) : perang saudara (misalnya : perang civil di Amerika) ; perang suku (misalnya : perang antar suku di Papua) ; perang dunia (misalnya : perang dunia pertama) dan lain-lain. 
  • Sementara itu Wikipedia membagi perang dalam beberapa jenis  yang bersifat umum seperti : (1) Perang Dunia ; (2) Perang Ekonomi ; (3) Perang Politik ; (4) Perang Agama ; (5) Perang Nuklir, dan yang bersifat terbatas seperti : (1) Perang-saudara ; (2) Perang Suku ; (3) Perang Antar Negara ; (4) Perang Ekspansi.
  • Encyclopedia Britannica : War, in the popular sense, a conflict among political groups involving hostilities of considerable duration and magnitude, in the usage of social science, certain qualifications are added. Sociologists usually the apply term to such conflicts only if they are initiated and conducted in accordance with socially recognized forms. They treat war as an institution recognized in custom or in law. Military writers usually confine the term to hostilities in which the contending groups are sufficiently equal in power to render the outcome uncertain for a time. Armed conflicts of powerful states with isolated and powerless peoples are usually called pacifications, military expeditions, or explorations, with small states, they are called interventions or reprisals, and with internal groups, rebellions or insurrections. Such incidents, if the resistance is sufficiently strong or protracted, may achieve a magnitude that entities them the name “war”

“Ngunandiko” dalam membahas dan merenungkan tentang perang  ini akan mengikuti pendapat Tan Malaka, yaitu bahwa pengertian perang dapat dibagi dua berdasarkan pertentangan yang nyata. Sehingga pengertian perang satu dengan yang lain tidak saling tutup-menutupi, melainkan benar-benar berpisah-pisahkan sbb :

1. Pertama : Perang yang dilakukan oleh satu Negara Ceroboh terhadap Negara lain dengan maksud memeras dan menindas Negara lain itu.

2. Kedua : Perang yang disambut oleh satu Negara yang diserang untuk mengelakan diri dari serangan atau bagi membebaskan diri dari pemeras dan penindas Negara lain yang sudah berlaku.

Perang jenis-pertama itu,  dinamakan : “PERANG PENINDASAN” dan Perang jenis-kedua dinamakan : “PERANG KEMERDEKAAN”.

Perang jenis pertama antara lain adalah peperangan di jaman dahulu (jaman feudal), dimana NEGARA REBUT NEGARA, di benua Asia, Afrika dan Eropa, yang banyak kita kenal dalam cerita dan dongeng. Kebanyakan Perang Penindasan itu dilakukan di zaman kapitalisme kita sebut “PERANG IMPERIALISME”. Hasrat atau tujuan peperangan imperialisme pada dasarnya adalah:

a. menguasai sumber bahan mentah (minyak bumi, batubara, karet, kopi dll);

b. menguasai pasar (hasil industry Negara penjajah dll);

c. menguasai tempat untuk menanamkan modal-nya (pabrik-pabrik khususnya industry hilir, bank, asuransi dll).


Sudah barang tentu ada tujuan-tujuan lain dari peperangan tersebut, namun pada hakekatnya semuanya berpangkal pada ketiga tujuan tersebut diatas.  

Sedangkan perang jenis-kedua, yang kita namakan : “PERANG KEMERDEKAAN” dapat kita bedakan dalam :

a. peperangan, dimana rakyat suatu Negara melawan rakyat Negara lain yang hendak menjajahnya ;

b. peperangan, dimana rakyat suatu Negara melawan rakyat Negara itu sendiri (war between the people of same state or country). Perang ini juga disebut  “Perang Saudara” atau “Civil War” .


Untuk memperoleh gambaran, marilah kita melihat sejumlah perang yang pernah terjadi di muka bumi pada masa yang lalu sebagai contoh sbb :


1 . Perang Persia

Perang Persia (500 – 449 SM) ialah adu kekuatan negarakota-negarakota Yunani melawan kerajaan Persia (dianggapnya menindas negarakota tersebut).
Perang ini dimulai dengan pemberontakan kota-kota dipantai Asia-kecil yang didiami orang Yunani terhadap Darius I (raja Persia). Meskipun dibantu oleh Athena dan Eretria, Darius berhasil memadamkan pemberontakan (494 SM). Darius kemudian hendak menghukum Athena, Eretria dan menganeksasi seluruh Yunani. Ekspedisi yang pertama (492 SM) berakhir, ketika sebuah badai menghancurkan armada Persia. Ekspedisi yang kedua (490 SM) setelah menghancurkan Eretria menuju Athena, tetapi dihancurkan dekat Marathon oleh pasukan-pasukan Athena yang lebih kecil jumlahnya (dibantu orang Plataca) dibawah pimpinan yang gemilang Miltiades. Pasukan-pasukan Sparta yang dikirim membantu, tiba terlambat di medan pertempuran. Darius merencanakan ekspedisi yang lebih kuat, tetapi meninggal sebelum dapat melaksanakannya. Putranya Xerxes I memimpin ekspedisi itu (480 SM). Tentaranya yang besar itu tertahan di Thermopylae oleh suatu pasukan kecil yang dipimpin Leonidas dari Sparta yang gugur bersama dengan prajurit-prajuritnya. Themistocles tidak bermaksud mempertahankan kota itu, melainkan menghacurkan armada Persia dekat Salamis. Xerxes kembali ke Persia ; di Yunani ditinggalkan sebuah tentara dibawah pimpinan Mardonius yang dianjurkan orang Yunani dibawah pimpinan Pausanias dari Sparta dan orang Athena dibawah Aristides, dekat Plataca (479 SM).
Armada Athena mencapai kemenangan juga di Mycale. Perang berlangsung beberapa tahun berturut-turut, tetapi akibatnya kota-kota Yunani bebas, sehingga mulailah masa keemasan negeri itu.


2. Perang Diponegoro (Perang Jawa)

Pangeran Diponegoro (1785 – 1855), nama kecilnya Ontowiryo adalah  cucu Sultan Hamengku Buwono II (Sultan Sepuh).  Sultan Hamengku Buwono II  dibuang oleh Belanda ke Sri Langka, karena dianggap menentang Belanda. Diponegoro adalah Pemimpin/Panglima Tertinggi/Pahlawan dari Perang Diponegoro (1825 – 1830). Perang Diponegoro itu oleh penulis-penulis Belanda disebut juga sebagai Perang Jawa (Java Oorlog).
Seperti diketahui seorang Pemimpin adalah timbul ditengah-tengah meningkatnya lelaliman, penjajahan, dan gejolak pemberontakan rakyat untuk menegakkan kembali keadilan, kedaulatan tanah air, serta keluhuran bangsa dan agama. Diponegoro, sebagai putra raja tertarik kepada hidup keagamaan dan berdiri dipihak rakyat banyak. Sebagai Pangeran, Diponegoro gigih menjaga dan mempertahankan keluhuran keraton, enggan mengikuti atau menuruti perintah-perintah yang bersumber kepada penguasa Belanda yang sifatnya merongrong tatatertib adat keraton dan merendahkan kedudukan raja yang berdaulat. Namun politik pecah belah penjajah asing (Belanda) menyebabkan Pangeran Diponegoro lebih suka berada ditempat kediamannya di Tegalrejo diluar ibukota Yogyakarta daripada memperlihatkan diri dalam lingkungan kraton. Sikap menentang Pangeran Diponegoro terhadap penjajah itu diketahui benar oleh  Belanda yang dengan segala jalan berusaha untuk menyisihkan bangsawan tinggi ini dari dikalangan kraton dan rakyat.
Awal Perang-Diponegoro ini terjadi pada waktu Sultan Hamengku Buwono V yang baru berusia dua tahun naik tahta (1822). Untuk mendampingi Sultan itu dibentuk suatu Dewan Mangkubumi (Pangeran Diponegoro ditunjuk sebagai salah seorang anggotanya), sedangkan pemerintahan sehari-hari dilakukan oleh Patih Danurejo bersama Residen Belanda. Cara pembentukan perwalian ini tidak disetujui oleh Pangeran Diponegoro yang oleh karenanya beliau menarik diri dan tetap tinggal di Tegalrejo, serta tidak bersedia dipanggil di kekota.

Pasukan Belanda

Dalam perkembangan selanjutnya Pangeran Diponegoro mengetahui bahwa pihak penjajah Belanda berusaha untuk menangkapnya. Pada suatu ketika dalam 1825 hendak dibangun jalan yang melintasi tanah Tegalrejo. Pancang-pancang dipasang tanpa perundingan dan persetujuan Pangeran Diponegoro lebih dahulu. Tiap kali pancang-pancang dipasang, kali itu pula Pangeran Diponegoro memerintahkan mencabutinya. Maka Pangeran Mangkubumi, pamanda Pangeran Diponegoro, disuruh oleh Residen untuk menemui dan memanggil Pangeran Diponegoro. Pada waktu pertemuan kedua bangsawan tersebut sedang berlangsung di Tegalrejo, dengan tidak terduga-duga terdengar dentuman meriam yang dibalas tembakan-tembakan rakyat penjaga Tegalrejo.
Dengan peristiwa provokasi itu meletuslah Perang Diponegoro (20 Juli 1825). Kedua bangsawan tersebut meninggalkan Tegalrejo (yang kemudian dibakar habis oleh pasukan Belanda), menuju Selarong yang dijadikan markas besar peperangan. Kabar perang cepat tersiar, rakyat dimana-mana bangkit mengikuti perlawanan Diponegoro. Medan perang meluas keseluruh daerah Bagelen, Kedu, Banyumas, Pekalongan, merembet ke daerah semarang, Rembang, Blora, Rajegwesi (Bojonegoro), Madiun dll.
Banyak kaum bangsawan Yogyakarta, bupati-bupati, ulama-ulama, pemuka-pemuka rakyat ikut berperang dipihak Diponegro. Ledakan perang ini sangat mengejutkan Belanda. Jenedral H.M De Kock ditugaskan memimpin pihak Belanda menghadapi Diponegoro.
Jenderal van Geen dengan pasukan-pasukannya yang bertugas di Sulawesi didatangkan untuk membantu, bahkan bantuan dari Nederland pun diperlukan. Namun kekerasan dan kekuatan senjata tidak mampu menundukkan Diponegoro. Siasat sikap manis, berunding dengan janji muluk-muluk (Hadiah wang, gelar, pangkat) dijalankan oleh Belanda. Perantara/mata-mata orang China, Arab, ulama/ulama tawanan sanak keluarga Diponegoro dan Mangkubumi, bangsawan-bangsawan Jawa yang berdiri dipihak Belanda dikerahkan untuk melunakkan pemimpin-pemimpin dipihak Diponegoro.
Dari segi milier Jenderal De Kock mencetuskan siasat perbentengan (bentengstelsel) . Ditiap daerah yang direbut, didirikan benteng dengan penjagaan tentara yang kuat dan persenjataan yang cukup ; dengan demikian mempersempit dan mempersulit lapang gerak Diponegoro. Meskipun biaya yang dikeluarkan untuk itu sangat besar, lambat laun hasilnya terlihat juga. Akhir tahun 1828 dan 1829 merupakan tahun surut bagi pihak Diponegoro.
Dengan tipu muslihat dan perundingan, Kiayi Mojo dapat ditawan di Klaten (Nopember 1828). Isteri dan tiga orang putera Pangeran Mangkubumi menyerah pada Belanda (Juli 1829). Pangeran Mangkubumi sendiri yang karena usia lanjut tidak kuat terus mengikuti gerak gerilya Pangeran Diponegoro kembali ke Yogya (September 1829). Panglima muda Ali Basah Sentot Prawirodirjo akhirnya menuruti bujukan Belanda dan memasuki Yogya dengan disambut secara kebesaran oleh Jenderal De Kock sendiri (24 Oktober 1829).
Pukulan-pukulan hebat ini tidak mematahkan semangat Pangeran Diponegoro, tetapi mengingat keadaan, Pangeran Diponegoro tidak lagi tegas menolak perundingan atas dasar sama derajat dengan pihak Belanda. Hubungan pertama dengan Kolonel Cleerens berlangsung disebuah desa didaerah Begelen, tempat markas Pangeran Diponegoro (16 Pebruari 1830). Pangeran Diponegoro percaya akan janji-janji manis dan jiwa ksatria Cleerens, akhirnya dapat dibujuk untuk berpindah ke Menoreh, mendekati Magelang tempat markas Jenderal De Kock. Pada 21 Pebruari 1830 Pangeran Diponegoro dengan para pengikutnya dan diiringi Kolonel Cleerens tiba di Menoreh dengan sambutan rakyat yang meriah. Waktu itu bulan puasa. Pangeran Diponegoro dibiarkan bebas, tidak diganggu, malahan disanjung sanjung dengan pemberian hadiah-hadiah berupa uang, beberapa ekor kuda tunggangan yang bagus, bahan pakaian laken untuk para pengikut, sedang persediaan makanan tidak kurang-kurang.
Hari Lebaran dirayakan dengan meriah. Esok harinya (28 Maret 1830) Pangeran Diponegoro dengan pengikut-pengikutnya memasuki Magelang untuk mengadakan kunjungan kehormatan/persahabatan dengan Jenderal De Kock. Pangeran diterima dengan segala kehormatan dalam kamar kerja Jenderal. Pertemuan berlangsung singkat. Jenderal De Kock memaksa perundingan dan mendesak Pangeran Diponegoro untuk mengemukakan syarat-syarat yang diinginkan untuk menghentikan perang. Diponegoro menghendaki Negara merdeka dan pimpinan mengatur agama Islam di pulau Jawa. Jenderal De Kock menolaknya, tidak mengijinkan Diponegoro meninggalkan ruangan dan menangkapnya. Ternyata Belanda telah menyiapkan penyergapannya dengan rapi dan teliti. Jaminan kekebalan dan janji-janji manis lain Kolonel Cleerens (yang tidak ikut hadir) dikhianati. Dengan cepat Pangeran Diponegoro dibawa keluar, dinaikkan kereta yang sudah tersedia menuju benteng di Ungaran dengan pengawalan keras (28 Maret 1830). Dari Ungaran dibawa ke Semarang dan kemudian dengan kapal ke Jakarta, 8 April 1830 sampai di Jakarta dan ditawan di STADHUIS.
Pada 3 Mei 1830 diberangkatkan dengan kapal POLLUX ke Menado (dicapai 12 Juni 1830) dan ditawan dalam benteng Amsterdam, 1834 dipindahkan ke benteng Rotterdam di Makassar, tempat Pangeran Diponegoro wafat pada 8 Januari 1855. Jenasah dimakamkan dikampung Melayu, kota Makasar. Isteri dan putra-putra yang ditinggalkan memutuskan untuk tetap tinggal di Makasar (dengan tidak sengaja sesuai dengan niat Belanda untuk melarang mereka kembali ke tanah Jawa, karena dikuatirkan kalau-kalau semangat Diponegoro yang temurun dari bapak ke anak akan berkobar kembali).


3. Perang Candu (1839 – 1842)

Perang Candu adalah perang antara China dan Inggris. Inggris telah lama menghendaki agar China membuka pelabuhan-pelabuhannya buat perdagangan luar negeri. Untuk itu, Inggris menjalankan siasat “candu”. Sejak tahun 1800-an diselundupkan candu masuk ke China.
Perdagangan gelap obat bius (candu) menjadi merajalela. Inggris untung besar, tetapi rakyat China menjadi korban. Maka atas perintah kaisar (Kaisar Dauguang),  candu milik Inggris di Kanton (Guangzhou) yang berjumlah ribuan peti dan berharga puluhan juta dollar, dihancurkan (1839).
Hal itu dipergunakan oleh Inggris untuk menyatakan perang terhadap China. Dan China kalah, terpaksa menanda tangani  perjanjian Nanjing (suatu unequal-treaty) pada tahun 1842. China membuka pelabuhan-pelabuhan  Guangzhou (Kanton), Shanghai, Amoy, Fuzhou (Foochow), dan Ningbo untuk perdagangan dengan Inggris & Co ; serta menyerahkan Hongkong dan pulau-pulau kecil disekitarnya kepada Inggris.


4. Perang Salib.

Perang Salib perang antara penganut agama Kristen dan Islam 1096 – 1291 memperebutkan Yerusalem (Palestina). Perang Salib berlangsung lk dua abad, walaupun tidak secara terus menerus, bahkan sebaliknya, sebagian besar waktu adalah masa damai, orang Kristen dan Islam hidup berdampingan.
Jauh sebelum jaman Islam, Yerusalem sudah merupakan tempat kaum Kristen, orang Kristen dari mana-mana datang berziarah ditempat-tempat suci mereka di Yeruzalem. Waktu Palestina berada dibawah pemerintahan kalifah-kalifah Islam perjalanan Jemaah Kristen itu tidak menemui gangguan ; mereka bebas menunaikan ajaran agamanya.
Keadaan itu berbah ketika suku Turki-Seljuk Islam berkuasa (Pertengahan Abad kesebelas). Sikap mereka keras memusuhi agama Kristen ; Jemaah Kristen merasa diperlakukan tidak baik. Lain daripada itu daerah-daerah Byzantium (Romawi Timur) banyak menderita rongrongan orang Seljuk, bahkan ibukotanya , Konstantinopel terancam.
Maka Kaisar Alexius Comnemus minta bantuan dan mengajak Paus Urbanus ke-11 bersama-sama merebut Palestina dari tangan kaum Seljuk. Paus menyambut baik permintaan tersebut. Dalam pidatonya yang berapi-api di Clermont (Perancis Selatan) Bapak Suci (Paus) mengobar-ngobarkan semangat umat Kristen untuk bangkit merebut tanah suci dari orang-orang bukan-Kristen (26 Nopember 1095). Hasil panggilan itu hebat sekali. Tidak kurang dari 150.000 orang dari segala lapisan pada musim semi tahun berikutnya (1096) berkumpul di Konstantinopel (Istambul). Mereka masing-masing mengenakan tanda salib merah pada pakaiannya (dari itu peperangan disebut Perang Salib). Perang Salib yang pertama mulai. Mereka berangkat melalui Asia Kecil menuju Palestina. Berturut-turut ditaklukkan Edessa, Tarsus, Antiokia, dan Aleppo (1098).
Setelah kota Yerusalem yang dipertahankan oleh lk 1.000 prajurit garnisun Mesir dikepung selama sebulan, kota diserbu (15 Juli 1099). Pembunuhan besar-besaran terjadi. Berhasillah tujuan Perang Salib pertama. Pemimpin mereka Godfried dari Bouilon diangkat sebagai raja Palestina. Didirikan kerajaan-kerajaan kecil Kristen di Suriah-Palestina, antara lain Edessa, Antiokia, dan Tripoli. Tetapi kerajaan-kerajaan itu tidak hidup lama.
Setengah abad kemudian Edessa dkuasai pihak Islam kembali (lk 1150). Karenanya Perang Salib II dilancarkan, tetapi tentara Salib menderita kekalahan hingga tidak menghasilkan apa-apa. Kedudukan kerajaan-kerajaan Kristen bertambah sulit setelah SALADDIN bertahta sebagai Sultan di Mesir. Sultan Saladdin bertekat mengembalikan kedaulatan Islam atas daerah-daerah yang hilang dalam Perang Salib I . Mula-mula Tibertas ditaklukkan (1 Juni 1187), disusul dengan kota Hittin yang berdekatan. Yerusalem mendapat gilirannya dan menyerah (2 Oktober 1187) . Hampir seluruh tentara Perancis yang berjumlah 20.000 orang tertawan. Saladdin memperlakukan pemimpin-pemimpin tawanan itu sepadan dengan amal perbuatannya masing-masing. Guy de Lusignan, raja Yerusalem, yang menyerahkan diri, diterimanya dengan hormat.
Sebaliknya terhadap Reginald de Chatillon sebagai komandan pasukan ia beberapakali menyerang dan merampok kafilah-kafilah dan tindakan-tindakan lain yang melanggar perjanjian ; ia dibunuh dimuka umum. Sesuai dengan tata perang waktu itu. Saladdin menuntut upeti uang mas untuk menebus diri para tawanan, tetapi beliau tahu bahwa banyak diantara mereka tidak akan mampu membayarnya. Maka puluhan ribu orang tawanan perang dilepaskan.
Jatuhnya Yeruzalem menggemparkan, tetapi juga mempersatukan raja-raja di Eropa Barat yang paling berkuasa. Kaisar Jerman Frederick Barbarossa, Raja Inggris Richard Lion Heart (Richard ber-Hati-Singa) dan Raja Perancis Philip Augustus bersepakat melancarkan Perang Salib III (1189 – 1192), masing-masing memimpin tentaranya sendiri. Jumlah tentara mereka melampaui yang lampau, tetapi hasilnya tidak memadai juga.
Kaisar Jerman jalan darat : Kaisar Jerman itu meninggal di Antiokia, Cilisia ; tentaranya kebanyakan pulang kembali. Raja Richard dalam perjalanannya menalukkan Cyprus, sementara itu orang-orang Kristen ditanah suci membentuk pasukan dibawah pimpinan Guy de Lusignan, raja Yerusalem ini tertawan dalam Perang Salib II dan bersumpah kepada Sultan Saladdin tidak akan mengangkat senjata lagi.
Diperkuat dengan sisa-sisa tentara Jerman dan Inggris mereka mengepung kota Accon. Esok harinya Saladdin sudah datang siap menghadapi musuh. Ditengah-tengah berkecamuknya pertempuran datanglah Raja Inggris Richard Lion Heart dengan armadanya. Suatu tambahan senjata yang tidak dimiliki oleh Saladdin.
Konon waktu itu Saladdin dan Richard bertukaran tanda mata, meskipun mereka belum pernah bertemu. Kota Accon dikepung selama dua tahun dari darat dan laut (27 Agustus 1189 – 12 Juli 1191). Akhirnya Accon menyerah.
Raja Richard menuntut upeti 200.000 uang emas. Ternyata setelah sebulan  tuntutan tersebut tidak dipenuhi, dan Raja Richard memerintahkan membunuh 27.000 orang tawanannya. Accon kemudian dijadikan markas besar Kristen.
Perundingan perdamaian Kristen – Islam berlangsung berlarut-larut. Akhirnya tercapailah perjanjian perdamaian.  Ditetapkan antara lain : daerah-daerah pesisir dikuasai pihak Kristen/pihak Barat dan daerah pedalaman menjadi milik Islam (2 Nopember 1192). Sultan Saladdin tidak lama mengalami masa perdamaian tersebut . 19 Pebruari 1193 beliau wafat pada usia 55 tahun.
Perang Salib IV dilakukan atas anjuran Paus Innocentius III, bersekutu dengan kota Venetia dan bekas kaisar Yunani (lk 1200). Mereka lebih banyak berurusan dengan kerajaan Romawi daripada memerangi orang Islam.
Perang Salib V (1228 -1229) dipimpin oleh Kaisar Jerman, Frederik II, cucu Barbarosa. Kali ini juga tidak berhasil merubah kedudukan tanah suci ; hanya didapat kekeluasaan bagi Jemaah Kristen berziarah ke Yerusalem seperti dahulu.
Perang Salib VI dilancarkan oleh Raja Perancis Louis atau Lodewijk IX. Dia berhasil merebut kota Dimyat di Mesir (1249) dan meneruskan serangannya kearah Kairo. Dalam perjalanannya ini banyak ditemui rintangan (rawa-rawa, air banjir sungai Nil, penyakit menular dll), hingga seluruh tentaranya terpukul mundur. Raja Louis dan kaum bangsawan lainnya tertawan. Setahun kemudian mereka dibebaskan setelah membayar upeti dan memperbaiki kota Dimyat.
Sementara itu bangsa Turki-Mameluk telah merebut tahta sultan Mesir. Wangsa Mameluk memerintah dua setengah abad lamanya (1250 – 1517). Kerajaannya meliputi Mesir dan daerah pantai Asia Barat. Sultan Mameluk terbesar adalah Sultan Baybars.

Pasukan Kristen

Dalam masa pemerintahan Baybars ini raja Perancis Lodewijk IX untuk kedua kali melancarkan Perang ( Perang Salib VII) dengan tujuan kota Tunis. Disana raja  Lodewijk IX ketularan penyakit yang berjangkit dalam tentaranya hingga mengakibatkan wafat (1270).
Dalam pada itu Baybars sebelumnya sudah melakukan serangan terhadap kedudukan orang Barat cq.Kristen. Kota-kota Kerak, Jaffa, Antioka direbut (1263). Dibawah pengganti Baybars kota-kota Tyrus, Sidon, Beirut, Antartus ditaklukkan. Tidak terkecuali Accon, markas besar kaum Kristen (1291). Berakhirlah Perang Salib yang menggelombang selama dua abad.
Tujuannya semula merebut kembali Yerusalem (Palestina) dari tangan Islam tidak tercapai, malahan kedudukkan Barat cq.Kristen di Suriah (Palestina) hilang. Keuntungan didapat dalam bidang lain. Disebabkan oleh rentetan perang itu, maka Barat mengenal dan kemudian memanfaatkan peradaban, kemajuan, dan kebudayaan bangsa-bangsa Timur yang lebih tinggi dari milik mereka sendiri waktu itu. Unsur-unsur dari Timur ditanam dan menyebar di Barat. Lain daripada itu hubungan dagang Asia-Eropah menjadi hidup dan berkembang (bersambung).

*
Life on Earth is at the ever-increasing risk of being wiped out by a disaster, such as sudden global nuclear war, a genetically engineered virus or other dangers we have not yet thought (Stephen Hawking).
Read more at: https://www.brainyquote.com/topics/war
*

3 komentar:

  1. Bung Wahyudi ! Jangan-jangan negara-negara yang ingin menguasai Indonesia juga menjalankan siasat "Perang Candu" seperti waktu Inggris mengalahkan China pada masa lalu ! Pendapat Anda ?

    BalasHapus
  2. Bung Yos ! Perang melawan COVID-19, belum dibicaran dalam bahasan ini ! Maaf !

    BalasHapus
  3. Depo 20ribu bisa menang puluhan juta rupiah
    mampir di website ternama I O N Q Q.ME
    paling diminati di Indonesia,
    di sini kami menyediakan 9 permainan dalam 1 aplikasi
    ~bandar poker
    ~bandar-Q
    ~domino99
    ~poker
    ~bandar66
    ~sakong
    ~aduQ
    ~capsa susun
    ~perang baccarat (new game)
    segera daftar dan bergabung bersama kami.Smile
    Whatshapp : +85515373217

    BalasHapus