Senin, 23 Oktober 2017

Jose Rizal

Ngunandiko.136





Mutiara
(JOSE RIZAL)


Ngunandiko dengan judul "Mutiara (Jose Rizal)" ini berisikan beberapa "quotation" dari Jose Rizal (1861 – 1896). Jose Rizal atau Jose Protacio Rizal Mercado y Alonso Realonda adalah tokoh bangsa Filipina. Ia memperoleh bermacam-macam gelar seperti  : "Kebanggaan Ras Melayu" ; "Tokoh Besar Malaya"  ; "Tokoh Utama Filipino" ; "Mesias Revolusi" ; "Pahlawan Universal" ; dan "Mesias Penebusan".

Monumen Jose-Rizal

Berikut ini adalah beberapa quotation dari Jose Risal tersebut untuk kita ingat dan renungkan bersama :


  • Seseorang hanya mati sekali. Jika seseorang tidak mati dengan baik, maka kesempatan yang baik akan hilang dan tidak akan muncul lagi (Jose Rizal).
  • Our liberty will not be secured at the sword's point. We must secure it by making ourselves worthy of it. And when the idols will be shattered, tyranny will crumble like a house of cards, and liberty will shine out like the first dawn (Jose Rizal).


  • It is a useless life that is not consecrated to a great ideal. It is like a stone wasted on the field without becoming a part of any edifice (Jose Rizal)· 


  • To live is to be among men, and to be among men is to struggle, a struggle not only with them but with oneself, with their passions, but also with one's own (Jose Rizal).
  • Jika seseorang tidak mau menyadari dari mana ia berasal, maka ia tidak akan mencapai apa yang dicita-citakannya (Jose Rizal).

Demikianlah beberapa kata mutiara (quotaion) dari Jose Rizal, yang menggambarkan pandangan-pandangannya sebagai salah satu tokoh terkemuka bangsa Filipina.  Semoga bermanfaat.


*

I am fated to journey hand in hand with my strange heroes and to survey the surging immensity of life, to survey it through the laughter that all can see and through the tears unseen and unknown by anyone. 
― Nikolai Gogol

*

Rabu, 18 Oktober 2017

Orang-hitam Amerika (Black Americans)

Ngunandiko 135







Orang-hitam Amerika
(Black Americans)
Bagian. 2



Orang kulit hitam, pada umumnya memilih model cara hidup seperti orang kulit putih. Orang kulit hitam mengorganisir gereja, membangun sekolah dan lain-lain bagi mereka sendiri. Pada tahun 1820-an dan 1830-an, di New York City, orang kulit hitam memiliki teater sendiri, di mana aktor kulit hitam tampil. Orang kulit hitam membentuk kelompok masyarakat, klub, dan berbagai kelompok eksklusip. Surat kabar (koran) orang  hitam pertama adalah “Freedom's Journal”, diedit oleh John Russwurm, terbit untuk pertama kalinya di New York City pada tahun 1827.

Sojounrner Truyh
Dua puluh tahun kemudian (sekitar tahun 1850), di Rochester, New York, seorang penentang perbudakan (abolitionist) berkulit hitam, Frederick Douglass, menerbitkan surat kabar “The North Star (Bintang Utara)”, yang dikenal di seluruh dunia. Seperti halnya banyak mantan budak, Douglass juga menerbitkan riwayat hidupnya, pertama kali muncul pada tahun 1845. Douglass menulis dan berbicara tentang kebebasan, keadilan, dan cita-cita kesetaraan—sesuatu  yang sangat berarti bagi orang-orang yang berada dalam perbudakan. Salah satu wanita yang berbicara paling lantang tentang anti perbudakan adalah Sojouner Truyh (1797 - 1883)—Sojourner Truth (Isabella Baumfree), aktivis hak asasi wanita, lahir sebagai budak di Swartekill, New York. Wikipedia. Sojouner Truyh  mendapatkan kebebasannya ketika  New York menyatakan “bebas budak” pada tahun 1827. Pada tahun 1843, Sojouner Truyh menyatakan bahwa "Jiwanya Terpanggil” untuk berkhotbah melawan perbudakan.

Di Selatan, seperti halnya di Utara, sejumlah orang kulit putih, sebagian besar kaum Quaker, aktif dalam gerakan para penentang perbudakan (abolitionist). Kaum Quaker atau orang-orang Perkumpulan Agama Sahabat (Religious Society of Friends) adalah suatu kelompok orang-orang Kristen Protestan. Kaum Quaker itu muncul pada abad ke-17 di Inggris. Pendiri "Perkumpulan Agama Sahabat" itu adalah George Fox (1624-1691), dia putra seorang tukang tenun yang lahir di Leicestershire, Inggris (lihat Wikipedia). Sementara itu ada suatu jaringan abolitionist yang disebut “Underground Railroad”, jaringan ini telah  membimbing 100.000 budak untuk mencari kebebasan. (The Underground Railroad  was a network of secret routes and  safe houses established in the United States during the early-to-mid 19th century, and used by African-American slaves to escape into free states and Canada with the aid of abolitionists and allies who were sympathetic to their cause (Wikipedia).  Pada waktu itu seorang abolitionist yang paling terkenal adalah Harriet Tubman, seorang pelarian budak.


Pihak properbudakan telah memperoleh kemenangan politik dan hukum yang penting pada tahun 1820. Pada tahun itu tercapai suatu kesepakatan yang disebut Kompromi-Missouri (the Missouri Compromise).

Di Selatan banyak juga abolisionist orang kulit putih, seperti James G. Burney (Editor surat kabar abolisionis The Philanthropist), Levi Coffin (Presiden Underground Railroad), William Lloyd Garrison (editor The Liberator), Wendell Phillips (orator dari Boston) dan John Brown (abolisionist dari Kansas). Disamping itu, pada tahun 1859, ada sejumlah orang putih mengambil paksa senjata dari suatu gudang federal di Harper's Ferry, West Virginia ; dan mendistribusikan senjata-senjata itu ke para budak di daerah-daerah sekitarnya.

Dapat dikemukakan bahwa banyak orang kulit putih yang tinggal di Utara yang merasa berada dalam  suasana perbudakan antara lain Stephen Douglas dari Illinois. Banyak orang kulit putih di Indiana dan Ohio yang bersimpati dengan para budak, namun takut dikeroyok orang jika menunjukkan rasa simpatinya itu secara terbuka.

Pihak properbudakan memperoleh kemenangan politik dan hukum yang penting pada tahun 1820. Pada tahun itu dicapai suatu kesepakatan yang disebut Kompromi-Missouri (the Missouri Compromise). Menurut Kompromi-Missouri, perbudakan di negara-negara bagian baru (hasil Pembelian Louisiana) yang terletak di perbatasan selatan sungai Missouri masih diizinkan perbudakan Sedangkan Kompromi 1850 mengizinkan negara-negara bagian (kecuali California) diluar wilayah yang dimenangkan dari Meksiko diberi kebebasan untuk memutuskan sendiri (soverignity populer) apakah menginginkan perbudakan atau tidak. The Fugitive Slave Law (Hukum Buruh Budak) yang telah disahkan, mewajibkan orang-orang bebas membantu menangkap para budak yang melarikan diri. Pada tahun 1854, Undang-Undang Kansa-Nebraska memperluas kebebasan melakukan perbudakan ke wilayah-wilayah yang sebelumnya dilarang oleh Kompromi-Missouri (the Missouri Compromise).

Konflik antara yang ingin menghapus dan yang ingin mempertahankan perbudakan, membuat konflik itu menjadi semakin panas setiap tahunnya. Konflik adalah konflik moral. Satu pihak mengatakan bahwa perbudakan itu salah, pihak lain mengatakan bahwa perbudakan itu benar. Tapi bukan argumen ini saja yang membawa pada Perang Sipil AS di tahun 1861.

Penyebab Perang Sipil (Civil War) adalah politik dan ekonomi. Presiden Abraham Lincoln mengatakan bahwa perang itu adalah untuk menyelamatkan kesatuan politik negara (political union of the states).  Bukan perang untuk membebaskan para budak. Bahkan “Proklamasi Emansipasi (the Emancipacion Proclamation)”, yang dikeluarkan oleh Presiden pada tanggal 1 Januari 1863, tidak membebaskan semua budak. Perang ini hanya membebaskan orang-orang budak di "negara-negara yang sekarang berlangsung pemberontakan". Hal itu, memperkeras sikap dan tekad Selatan untuk mempertahankan perbudakan.

Pada awal perang sipil, orang-hitam Amerika tidak diizinkan masuk dinas militer dan memperjuangkan kebebasan diri mereka sendiri. Tetapi pada akhir 1862, orang-hitam itu diizinkan, bahkan diberi dorongan. Tentara kulit hitam bertugas dalam resimen yang terpisah, biasanya di bawah perwira kulit putih. Hampir 180.000 orang-hitam terdaftar di Union Army, dan sekitar 38.000 di antaranya kehilangan nyawa mereka dalam perang.

Saat perang berakhir, dan perbudakan dihapuskan oleh Amandemen Ketigabelas (the Thirteenth Amendment). Tetapi Negara-negara Selatan mengeluarkan undang-undang, yang dikenal sebagai kode hitam (black code), yang dimaksudkan untuk membuat orang kulit hitam berada dalam posisi inferior (warga kelas 2).

Ketika kebebasan datang, mantan budak, yang berjumlah hampir 4.000.000 merasa kehidupannya tidak mudah. Mantan budak itu bergantung pada tuan mereka, dan tidak ada yang mempersiapkan untuk memiliki tanggung jawab sendiri. Presiden Lincoln memahami hal ini, dan mencoba mencari cara untuk membantu. Sebulan sebelum dia dibunuh, Lincoln menandatangani RUU pendirian Biro Freedmen (the Freedmen’s Bureau). Di bawah Departemen Perang (the War Department), lembaga pemerintah baru ini telah melakukan langkah-langkah yang bagus. Langkah tersebut menyebabkan para mantan buduk memperoleh pekerjaan, memastikan bahwa mereka dibayar dengan upah yang adil, dan juga terjaga kesehatan mereka.

Lebih dari 4.000 sekolah yang didukung oleh Biro Freedmen adalah mewakili sistem pendidikan publik gratis pertama di Selatan. Sekolah dan perguruan tinggi juga dibangun oleh kelompok agama dan orang kaya di Utara.          Di antara institusi pendidikan yang dibangun selama tahun 1865 - 1869 itu adalah “Shaw University”, North Crolina ; “Fisk University”, Tennessee ; “Talladega College”, Alabama ; “Georgia Baptist (sekarang Morehouse) College”, Georgia ; “Howard University”, Washington. DC ; “Hampton Institute”, Virginia; dan “Clark College”, Georgia.

Langkah  Biro Freedmen (the Freedmen’s Bureau) dan orang kulit putih Utara yang bermaksud baik itu, tidak menyelesaikan semua masalah. Orang kulit putih Selatan tidak menyetujui Amandemen Keempat-belas (the Fourteenth Amendment) yang menguatkan Undang-Undang Hak Sipil tahun 1866 (the Civil Right Act of 1866). Amandemen Keempat-belas  itu memberi hak kewarganegaraan, memegang jabatan, dan perlindungan hukum yang sama bagi orang kulit hitam, hal itu tidak disetujui oleh orang kulit putih Selatan. Orang kulit putih Selatan juga tidak senang dengan Amandemen Ke-limabelas (the Fifteenth Amendment), yang memberi hak orang kulit hitam untuk memilih. Orang-orang kulit putih Selatan ini menentang program yang disebut sebagai “Rekonstruks”, yang dirancang untuk membawa negara-negara Konfederasi kembali ke Union, dan untuk membangun tatanan sosial baru di Selatan.


Kulit putih di Selatan bereaksi dengan penuh rasa getir akibat Rekonstruksi yang dipandangnya menguntungkan orang kulit hitam. Orang kulit putih Selatan bergabung menjadi satu untuk menghentikan orang kulit hitam menggunakan hak-haknya.

Rekonstruksi itu dimaksudkan untuk melindungi orang kulit hitam. Undang-Undang Hak Sipil tahun 1875 (the Civil Rights Act of 1875)  menjamin hak-hak orang kulit hitam setara dengan orang kulit putih di tempat umum dan di pengadilan. Mantan budak dapat dipilih untuk menjabat di kantor-kantor lokal, badan-badan legislatif negara bagian, bahkan sampai di Kongres (the U.S. Congress). Salah satu dari mantan budak itu adalah Robert Smalls,  menjadi pilot di Union Navy, dan sebagai wakil dari South Carolina selama dua belas tahun di Kongres.

Kulit putih Selatan  dengan penuh rasa getir bereaksi terhadap Rekonstruksi yang dipandangnya menguntungkan orang kulit hitam. Orang kulit putih Selatan bergabung untuk menghentikan orang kulit hitam menggunakan hak-hak mereka. Ku Klux Klan, Kaos Merah, Ksatria Camelia Putih, dan kelompok kulit putih bertopeng lainnya menggunakan cara-cara yang sangat kasar (bahkan pembunuhan) untuk menghentikan orang kulit hitam menggunakan hak-nya. Ku Klux Klan (KKK) dikenal juga sebagai 'The Klan' adalah sebuah kelompok rasis ekstrem di Amerika Serikat (AS), berdiri pada tanggal 24 Desember 1865. Tentara Union (federal) ditempatkan di beberapa bagian di Selatan untuk melindungi orang kulit hitam

Keluarga KU KLUX KLAN

Rekonstruksi berlangsung sekitar sepuluh tahun. Setelah tahun 1877, pasukan federal ditarik dari Selatan, dan orang kulit hitam ditinggalkan tanpa perlindungan. Pada tahun 1883, Mahkamah Agung Amerika Serikat (the U.S Supreme Court) memutuskan lima kasus hak sipil. Putusan itu menyangkut  hak sosial masyarakat atau diskriminasi (perlakuan tidak adil) oleh orang pribadi. Pada tahun 1896, dalam kasus Plessy vs Ferguson, Mahkamah Agung memutuskan bahwa fasilitas terpisah untuk orang kulit hitam di kereta api harus sama dengan orang kulit putih. Keputusan ini menciptakan preseden, bahwa prinsip fasilitas “terpisah tapi setara” segera diperluas  mencakup fasilitas umum, pendidikan, dan bidang-bidang lainnya.

Tempat orang kulit hitam di tatanan social—terutama di Selatan tidak banyak berubah dibandingkan keadaan di masa perbudakan. Orang kulit putih di Selatan a.l tidak mengizinkan orang hitam untuk :
  • memilih ; 
  • menghadiri sekolah orang kulit putih.
  • melakukan pekerjaan yang diminati oleh orang kulit putih .
Disamping itu sekolah dan fasilitas-fasilitas guna orang kulit hitam diabaikan oleh para pejabat Negara yang didominasi oleh orang kulit putih. Dalam hubungan ini dikenal apa yang disebut sebagai “Hukum Jim Crow”

Hukum Jim Crow memaksa orang kulit hitam Amerika untuk tinggal di belakang "garis warna" (Jim Crow laws  were state and local laws that enforced racial segregation in the Southern United States. Enacted by white Democratic-dominated state legislatures in the late 19th century after the Reconstruction period).

Seiring berjalannya waktu, adanya “garis warna” itu tidak hanya di Selatan tapi juga di bagian negara lainnya. Hal itu memisahkan kulit hitam dari kulit putih, seolah-olah itu adalah suatu dinding pemisah (bersambung).

*
“Literature is indispensable to the world. The world changes according to the way people see it, and if you alter, even by a millimeter, the way a person looks at reality, then you can change it.” 
 -- James Baldwin --


*