Jumat, 18 November 2011

 Ngunandiko 18


Garis Kemiskinan


Garis kemiskinan merupakan alat untuk mengukur jumlah rakyat miskin di suatu negara atau suatu wilayah tertentu, dia berguna untuk merencanakan pembaharuan sosio-ekonomi.

Garis kemiskinan atau batas kemiskinan adalah tingkat minimum pendapatan yang dianggap perlu dipenuhi untuk memperoleh standar hidup yang mencukupi di suatu negara atau wilayah tertentu. Pendekatan tersebut menyebabkan besarnya angka garis kemiskinan di kota dan di desa berbeda, terutama jika besarannya dinyatakan dalam satuan mata uang. Pemahaman mengenai garis kemiskinan juga berbeda di negara maju dengan di negara berkembang dalam arti angka garis kemiskinan di negara maju seperti: Amerika Serikat, Inggris dll lebih tinggi daripada di negara berkembang seperti Brasilia atau Indonesia. Hampir setiap masyarakat di setiap negara memiliki rakyat yang hidup dalam kemiskinan, garis kemiskinan berguna sebagai alat untuk mengukur besarnya jumlah rakyat miskin dan merencanakan pembaharuan sosio-ekonomi yang perlu dilakukan.
Penduduk miskin adalah rakyat atau penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan, diperkirakan rakyat atau penduduk miskin di lima negara berpenduduk terbesar di muka bumi  pada periode 2000 s/d 2009 adalah sbb :

  1. Republik Rakyat  China
Jumlah Penduduk                                                          : 1,298.0 juta (100.0 %)
Jumlah penduduk miskin                                                :    467.3 juta ( 36.0 %)
  1. India
Jumlah Penduduk                                                           : 1,065.0 juta (100.0 %)
Jumlah penduduk miskin                                                 :    308.8 juta (  29.0 %)
  1. Amerika Serikat.
Jumlah Penduduk                                                           :     293.0 juta (100.0 %)
Jumlah penduduk miskin                                                 :       35.2 juta ( 12.0 %)
  1. Indonesia.
Jumlah Penduduk                                                           :     240.0 juta (100.0 %)
Jumlah penduduk miskin                                                 :       38.6 juta ( 16.0 %)
  1. Brasilia
Jumlah Penduduk                                                            :    184.0 juta (100.0 %)
Jumlah penduduk miskin                                                  :      18,4 juta ( 10.0 %)

Jumlah penduduk miskin tersebut –  angka-angka dibulatkan –  adalah penduduk yang hidup dengan kurang dari  2 USD per hari (UNDP), kecuali Amerika Serikat (CIA World Factbook). Sementara itu Bank Dunia membedakan antara  kemiskinan absolut yaitu hidup dengan pendapatan dibawah 1 USD per hari, dan kemiskinan menengah yaitu hidup dengan pendapatan dibawah  2 USD per hari. Dari angka-angka tersebut diatas antara lain dapat disimpulkan bahwa :

·     Urutan jumlah penduduk miskin  periode 2000 s/d 2009 seperti berikut :Terbesar ke-1 adalah di RRC, ke-2 di India, ke-3 di  Indonesia, dan ke-4 di Brasilia. Penduduk miskin di Amerika Serikat  tidak diperhitungkan,  karena pendekatan dalam menetapkan garis kemiskinan untuk negara maju Amerika Serikat berbeda dengan RRC, India, Indonesia, dan Brasilia.

·       Jumlah penduduk miskin Brasilia (18,4 juta jiwa) kurang dari setengah penduduk miskin Indonesia (38.6 juta jiwa), meskipun jumlah jumlah penduduk Brasilia (184.0 juta jiwa) lebih besar daripada setengah penduduk Indonesia (240 juta jiwa). Penduduk Indonesia lebih miskin daripada penduduk Brasilia.

·    Pembangunan sosial dan ekonomi yang dilakukan oleh RRC, India, Indonesia, dan Brasilia telah merubah angka-angka jumlah penduduk miskin, namun urutan jumlah penduduk miskin di negara-negara tersebut belum berubah.

Kita mendengar, melihat dan merasakan bahwa masih banyak rakyat Indonesia yang miskin, dalam berbagai seminar atau diskusi dikatakan ada sekian persen atau sekian puluh juta rakyat Indonesia berada dibawah garis kemiskinan. Garis kemiskinan  dipakai sebagai patokan untuk mengukur jumlah penduduk atau rakyat miskin di suatu negara atau suatu wilayah tertentu.

Ada beberapa pendekatan untuk menetapkan besarnya garis kemiskinan tersebut antara lain pendekatan kemampuan memenuhi kebutuhan dasar misalnya ; kebutuhan gizi minimum per kapita per hari (gram protein atau kalori ). Kemampuan memenuhi kebutuhan dasar tersebut dinyatakan dalam satuan mata uang, misalnya pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan dasar minimun per kapita per bulan sebesar sekian Rupiah (Rp) atau  sekian dolar ($) Amerika.

Badan Pusat Statistik (BPS) telah melakukan penelitian (sensus) untuk mengetahui jumlah penduduk miskin di Indonesia, dalam menetapkan garis kemiskinan BPS mengunakan pendekatan atau konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Disini kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan kebutuhan bukan makanan diukur dari sisi pengeluaran.

Dalam menghitung Garis Kemiskinan, Badan Pusat Statistik (BPS) membagi menjadi :

  • Garis Kemiskinan Makanan (GKM) adalah nilai pengeluaran untuk kebutuhan minimum makanan setara 2.100 kalori per kapita per hari. Makanan disini diwakili oleh 52 jenis komoditi ( padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan lain-lain).
  • Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah nilai pengeluaran untuk kebutuhan minimum perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Bukan makanan (non makanan)  tersebut diwakili 51 jenis komoditi untuk penduduk kota dan 47 jenis komoditi untuk penduduk desa.
Nilai pengeluaran Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) tersebut dinyatakan dalam mata uang Rupiah (Rp) dan jumlahnya merupakan Garis Kemiskinan. Penduduk miskin dibedakan antara penduduk miskin kota dengan penduduk miskin desa.


. . . . . . . . . . lebih kurang 2/3 dari penduduk miskin tinggal di desa. Hal itu menyebabkan Indonesia juga di kenal sebagai negeri agraris yang berpenduduk miskin .  

Pendekatan perhitungan garis kemiskinan BPS tersebut kiranya dapat dipandang sama dengan perhitungan UNDP. Berita resmi statistik BPS tanggal 1 Juli 2009 melaporkan perkembangan jumlah penduduk miskin pada periode 1999 s/d 2008 sbb :

  • Penduduk Miskin 1999
Kota                                                                                  : 15,64 juta (19,41%)
Desa                                                                                  : 32,33 juta (26,03%)
Kota+Desa                                                                        : 47,97 Juta (23,43%)
  • Penduduk Miskin 2000
Kota                                                                                  : 12,30 juta (14,60 %)
Desa                                                                                  : 26,40 juta (22,38 %)
Kota+Desa                                                                        : 38,70 Juta (19,14 %)
  • Penduduk Miskin 2001
Kota                                                                                  :   8,60 juta ( 9,76 %)
Desa                                                                                  : 29,30 juta (24,84 %)
Kota+Desa                                                                        : 37,90 Juta (18,41 %)
  • Penduduk Miskin 2002
Kota                                                                                  : 13,30 juta (14,46 %)
Desa                                                                                  : 25,10 juta (21,10 %)
Kota+Desa                                                                        : 38,40 Juta (18,20 %)
  • Penduduk Miskin 2003
Kota                                                                                  : 12,20 juta (13,57 %)
Desa                                                                                  : 25,10 juta (20,23 %)
Kota+Desa                                                                        : 37,30 Juta (17,42 %)
  • Penduduk Miskin 2004
Kota                                                                                  : 11,40 juta (12,13 %)
Desa                                                                                  : 24,80 juta (20,11 %)
Kota+Desa                                                                        : 36,20 Juta (16,66 %)
  • Penduduk Miskin 2005
Kota                                                                                  : 12,40 juta (11,68 %)
Desa                                                                                  : 22,70 juta (19,98 %)
Kota+Desa                                                                        : 35,10 Juta (15,97 %)
  • Penduduk Miskin 2006
Kota                                                                                  : 14,49 juta (13,47 %)
Desa                                                                                  : 24,81 juta (21,81 %)
Kota+Desa                                                                        : 39,30 Juta (17,75 %)
  • Penduduk Miskin 2007
Kota                                                                                  : 13,56 juta (12,52 %)
Desa                                                                                  : 23,61 juta (20,37 %)
Kota+Desa                                                                        : 37,17 juta (16,58 %)
  • Penduduk Miskin 2008
Kota                                                                                  : 12,77 juta (11,65 %)
Desa                                                                                  : 22,19 juta (18,93 %)
Kota+Desa                                                                        : 34,96 Juta (15,42 %)

Seluruh jumlah penduduk Indonesia menurut perkiraan BPS pada periode 1999 s/d 2008 sebesar           220 – 235 juta jiwa, sedangkan dari angka-angka diatas terlihat  jumlah penduduk miskin di Indonesia berkisar antara 30 – 48 juta jiwa, dimana lebih kurang 2/3 dari penduduk miskin tersebut tinggal di desa. Hal itu menyebabkan Indonesia juga di kenal sebagai negeri agraris yang berpenduduk miskin. Jumlah penduduk miskin Indonesiaa di kota maupun di desa dari tahun ke tahun secara  ber-flutusasi  tampak  terus menurun dalam laju yang lambat.


. . . . . . . . . . Angka-angka menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan di desa lebih parah daripada di kota 

Selain jumlah dan prosentase penduduk miskin, perlu juga diketahui apakah rata-rata pengeluaran penduduk miskin mendekati garis kemiskinan atau tidak, dan apakah ketimpangan pengeluaran penduduk menyempit atau semakin melebar. Hal itu disebut sebagai tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan, menurut BPS  tingkat kedalaman dan keparahan  kemiskinan di Indonesia yang dinyatakan dalam Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan  Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) nilainya pada tahun 2008 dan 2009 adalah sebagai berikut :

  • Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) tahun 2008
Kota                                                                                  : 2.07
Desa                                                                                  : 3.42
  • Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) tahun 2009
Kota                                                                                  : 1.91
Desa                                                                                  : 3.05
  • Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) tahun 2008
Kota                                                                                  : 0.56
Desa                                                                                  : 0.95
  • Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) tahun 2009
Kota                                                                                  : 0.52
Desa                                                                                  : 0.82

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) tahun 2009 relatip lebih rendah daripada tahun 2008, nilai kedua indeks tersebut didaerah perdesaan jauh lebih tinggi daripada perkotaan. Sebagai contoh ; pada 2009  P1 (kota) = 1.91, sedangkan P1 (desa) = 3.05 ; masih pada tahun yang sama P2 (kota) = 0.52, sedangkan P2 (desa) = 0.82  Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan di desa lebih parah daripada di kota.


. . . . . . . . . . . . . . . . . kemiskinan ada di negara maju maupun negara berkembang. meski kemiskinan yang paling parah ada di negara-negara berkembang . . 

Daerah kumuh di Amerika Serikat
Pada abad ke-21 kemiskinan telah menjadi perhatian dari hampir semua fihak ;  para agamawan, budayawan, politisi, ekonom, ahli kesehatan, ahli hukum dan lain-lain, bahkan para pengusaha. Ilmu-ilmu seperti  ilmu sosial, ilmu ekonomi, dan ilmu kesehatan masyarakat juga banyak mempelajari masalah-masalah kemiskinan ini.
Kemiskinan bukan monopoli negara-negara tertentu, kemiskinan ada di setiap negara apakah itu negara maju maupun negara berkembang. Harus diakui bahwa kemiskinan yang paling parah ada di negara-negara berkembang  di Afrika, Asia dan Amerika Latin  yang sering mendapat stigma sebagai negara miskin . Namun adanya kehadiran kemiskinan di negara-negara maju.tidak dapat pula disangkal ; seperti tampak dari adanya kaum tuna wisma yang berkelana kesana kemari, daerah kumuh di tepi-tepi kota dan ghetto yang miskin.
Sampai abad ke-21 ini kemiskinan masih menjadi musuh yang harus terus diperangi oleh umat manusia. Dapatkah di kemudian hari kemiskinan lenyap dari muka bumi ?

*
Desa-desa kita mengeluarkan karet, teh, dan lain-lain barang perdagangan yang mengayakan saudagar asing, tetapi memiskinkan dan memelaratkan kaum tani; kota-kota kita bukanlah menjadi pusat ekonomi bangsa Indonesia, tetapi terus-terusan menjadi sumber ekonomi yang mengalirkan keuntungan untuk setan-setan uang luar negeri dan kaki tangannya (Tan Malaka).

*