Kamis, 16 November 2017

Orang-hitam Amerika

Ngunandiko.139





Orang-hitam Amerika
(Black Americans)
Bagian. 4. Penutup


Pada tahun 1940 setidaknya ada sedikit perubahan dalam sikap rasial di Amerika Serikat. Persaingan  antara demokrasi dan fasisme di seluruh dunia, dan usaha demokrasi untuk membuktikan keberadan dirinya, telah membantu terjadinya perubahan dalam sikap rasial itu. Upaya orang kulit hitam sendiri juga membantu. Tapi semua ini hanyalah sebuah langkah di jalan panjang menuju kesetaraan penuh dalam hak-hak sipil.


Selama Perang Dunia II, lebih dari 1.000.000 pria dan wanita kulit hitam bertugas di angkatan bersenjata Amerika Serikat. Mereka diizinkan untuk bergabung dalam cabang layanan yang semula telah ditutup bagi orang kulit hitam.

Ketika Perang Dunia II pecah, menjadi jelas bahwa untuk memperoleh kemenangan mengharuskan adanya upaya terpadu semua orang Amerika, putih maupun hitam. Presiden Franklin D. Roosevelt berusaha  meniadakan keluhan orang kulit hitam Amerika. Pada tahun 1941, Presiden mengeluarkan “Perintah Eksekutif 8802 (Executive Order 8802)”. Perintah itu melarang diskriminasi rasial dalam mempekerjakan pekerja (employment of workers) di industri pertahanan dan pemerintahan, diskriminasi  warna kulit atau asal-usul dihapuskan. Ketika di Utara dan di Barat, banyak orang kulit hitam pindah ke kota-kota  untuk bekerja di industri pertahanan, mereka sering mengalami kekerasan. Kerusuhan-kerusuhan  karena masalah perumahan  dan bentrokan rasial sering terjadi. Kerusuhan terburuk terjadi di Detroit pada bulan Juni 1943, dan membawa kematian 25 orang kulit hitam dan 9 orang kulit putih.

Selama Perang Dunia II, lebih dari 1.000.000 pria dan wanita kulit hitam bertugas di angkatan bersenjata Amerika Serikat. Mereka diizinkan  bergabung dalam cabang-cabang layanan yang semula telah tertutup bagi orang kulit hitam,  selain itu   mereka juga mendapat promosi.
Unit tempur utama orang hitam adalah Divisi ke-93, divisi ini banyak bertempur di pertempuran-pertempuran di Pasifik. Disamping itu ada skuadron pilot orang hitam.


Kolonel (kemudian Letnan Jenderal) Benjamin O. Davis. Jr memenangkan “Distinguished Flying Cross”. Benjamin O. Davis. Jr  adalah putra jenderal kulit hitam pertama di Angkatan Darat Amerika Serikat, Benjamin O. Davis Sr. Benjamin O. Davis. Jr telah menembak jatuh  dua pesawat Jepang saat menyerang Pearl Harbor. Seorang kulit hitam, Doric Miller, memenangkan Salib Angkatan Laut (the Navy Cross). Dan ada 4 (empat) orang kulit hitam menjadi kapten suatu kapal dagang.

Namun pemisahan (segregation) masih tetap menjadi aturan dalam angkatan bersenjata, pemisahan ini menurunkan semangat tentara kulit hitam. Pada tahun 1944, Departemen Perang memerintahkan untuk mengakhiri pemisahan itu dalam hal rekreasi dan transportasi di kamp-kamp militer. Perintah ini membangkitkan protes keras di Selatan, sehingga tidak sepenuhnya diterapkan. Terasa bahwa saat perubahan bagi orang kulit hitam masih menanti berakhirnya perang.
Pada bulan Agustus 1945, Perang Dunia II berakhir. Orang-orang  kulit hitam dan putih Amerika Serikat membayangkan  kedamaian dan  masa depan ekonomi yang cerah. Dengan berakhirnya perang, semakin banyak orang kulit hitam migrasi ke kota-kota untuk mencari peluang kerja yang lebih baik. Hal itu berakibat meningkatnya insiden anti orang hitam dan juga ketegangan sosial. Ketegangan rasial seperti itu mengejutkan bangsa Amerika. Masyarakat di Louisiana, Georgia, South Carolina, dan Tennessee berusaha mengatur kembali hubungan ras baru yang lebih baik, namun hal itu menimbulkan keresahan di kota-kota.

Presiden Harry S. Truman berseru agar kekerasan rasial dihentikan, dan kesetaraan dijamin. Untuk itu Truman  membentuk Komite Hak Sipil  (the President’s Committee on Civil Rights). Komite itu terdiri dari orang-orang kulit hitam dan kulit putih, dan merekomendasikan cara melindungi hak-hak sipil. Pada tahun 1947 komite itu telah menghasilkan sebuah laporan berjudul "Mengamankan Hak-Hak Sipil (To Secure These Rights)”. Dokumen (laporan) tersebut merekomendasikan pembentukan sebuah komisi tetap untuk hak-hak sipil dan lapangan kerja yang adil. Dokumen (laporan) tersebut  juga merekomendasikan :
  • undang-undang anti lynching (lynching adalah penganiayaan, penggantungan, penembakan atau penikaman oleh massa). Dahulu, pelaku kejahatan-kejahatan seperti ini (lynching) tidak dihukum. Ribuan warga kulit hitam Amerika tewas akibat lynching dari tahun 1880-an sampai 1960-an ;
  • undang-undang pajak pemungutan suara (property taxes imposed as a voting requirement) ;  dan
  • undang-undang hak-hak sipil dengan prosedur penegakan hukum-nya.

Tahun berikutnya (1948), Presiden Truman mengajukan program itu ke Kongres.  Sementara itu, W.E.B. DuBoiis dari National Association for the Advancement of Colored People (NAACP) mengajukan petisi ke PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa). Petisi tersebut terutama berkaitan dengan :
  • perbudakan ;
  • diskriminasi ; 
  • pemisahan (segregation) orang kulit hitam dengan kulit putih ; dan
  • penolakan efek negatif  dari hak sipil  bagi orang kulit hitam.
Petisi  tersebut telah membawa masalah orang kulit hitam menjadi perhatian dunia international, dan  mempengaruhi pendapat umum.

Presiden Truman juga membentuk komite lain untuk mempelajari masalah diskriminasi di perguruan tinggi dan di universitas. Komite ini merekomendasikan untuk mengakhiri diskriminasi dan menghapus kesempatan pendidikan yang tidak setara dalam pendidikan tinggi. Dan sebuah komite ketiga dibentuk untuk memeriksa kemungkinan integrasi angkatan bersenjata. Laporan komite ketiga ini  "Freedom to Serve" mengajukan sebuah rencana integrasi penuh angkatan bersenjata (armed forces). Usul integrasi itu kemudian melebar  ke integrasi di perumahan  dan pendidikan. Pada tahun 1948, Mahkamah Agung Amerika Serikat melarang adanya pembatasan  perumahan bagi orang kulit hitam. Keputusan Mahkamah Agung tahun 1954 di Brown (Brown v. Board of Education of Tupeka, Kansas) itu berpengaruh bagi orang kulit hitam maupun kulit putih. Hal itu berarti kebijakan pemberian pendidikan "terpisah tapi setara (separate but equal)" tidak lagi berarti.

Setahun kemudian ada usaha memisahkan sekolah-sekolah, tetapi pengadilan memerintahkan otoritas sekolah umum untuk mematuhi keputusan " terpisah tapi setara " itu. Namun diskriminasi dalam pendidikan tetap menjadi masalah. Pada tahun 1957 pasukan federal dikirim ke Little Rock, Arkansas, untuk melindungi sembilan siswa kulit hitam yang sedang berusaha untuk mendaftar di Central High School.

Di tahun-tahun setelah perang, lapangan pekerjaan bagi orang kulit hitam terus meningkat. Pekerja kulit hitam dihimbau bergabung dalam sebuah federasi buruh, Kongres Organisasi Industri (Congress Of Industrial Organizations). Pada tahun 1955, Congress of Industrial Organizations  (CIO) bergabung dalam American Federation of Labor (AFL). Dua pria kulit hitam. A. Philip Randolph dan Willard Townsend, menjadi wakil presiden organisasi baru tersebut.

Jesse Owrns
Orang hitam juga memperoleh sejumlah kemajuan di bidang lain. Beberapa orang aktor dan aktris yang telah aktif  di tahun 1930-an memperoleh pekerjaan di Broadway dan Hollywood. Para penari, musisi, olah-ragawan, dan seniman orang hitam yang luar biasa, mulai dikenal oleh masyarakat. Pada pertengahan 1950-an banyak orang kulit hitam berkontribusi terhadap sains dan menerima pengakuan atas pekerjaan mereka. Umumnya perhatiannya pada sejarah orang kulit hitam Amerika. Orang kulit hitam menulis sejarah mereka sendiri, karena  sedikit sejarah orang kulit hitam yang masuk dalam buku sejarah tradisional. W. E. B. DuBois adalah sarjana paling berpengaruh saat itu.

Penulis hitam menghasilkan karya-karya yang menyajikan dan menafsirkan masalah dan pengalaman orang kulit hitam. Sebuah gerakan protes, pada tahun 1960-an, telah menghasilkan sejumlah penulis yang menulis protes (protest writer). Karya protest writers itu mencerminkan 3 (tiga) thema utama orang hitam sbb :
  • pembebasan (liberation) ;
  • penentuan nasib sendiri (self determination) ; dan
  • pembangunan citra positip orang hitam (a positive self-image for black).

Disamping adanya perbaikan, di tahun-tahun pascaperang banyak masalah orang kulit hitam yang berlanjut. Pada tahun 1960-an, kepercayaan baru terhadap hak-hak sipil muncul kembali. Seiring dengan  itu muncul pula pemimpin-pemimpin baru, yang  memimpin dan memperjuangkan hak-hak sipil orang hitam  seperti : Stokely Carmichael ; H. Rap Brown ; dan Malcom X  

Malcolm X (1925–1965) was an minister and human rights activist. To his admirers he was a courageous advocate for the rights of blacks, a man who indicted white America in the harshest terms for its crimes against black Americans; detractors accused him of preaching racism and violence. He has been called one of the greatest and most influential African Americans in history (Wikipedia). 


Salah satu pemimpin baru yang paling terkenal adalah Pendeta Martin Luther King. Jr ; Pendeta Martin Luther King, Jr. Ph.D (1929 – 1968) adalah penerima hadiah Nobel adalah anak pendeta Baptis dan aktivis HAM warga Afrika-Amerika dari Montgomery, Alabama. Pada tahun 1955, “King” telah terkenal secara  nasional. King memimpin pemboikotan bus kota, setelah Rosa Parks (seorang wanita kulit hitam) ditangkap karena menolak memberi tempat duduk di bus kepada seorang pria kulit putih. Boikot itu berlangsung selama 381 hari dan mengilhami orang kulit hitam kota-kota selatan lainnya. Akhirnya, pada bulan November 1956, Mahkamah Agung A.S melarang pemisahan (segregation) di transportasi umum.


Pada tahun 1957, dibentuk the Southern Christian Leadership Conference on Transportation and Nonviolent Integration), yang kemudian dikenal sebagai Southern Christian Leadership Conference (SCLC). King adalah pemimpinnya.

Orang hitam segera menyadari perlunya sebuah organisasi yang   dapat mengkoordinasikan kegiatan integrasi. Pada tahun 1957, dibentuk Konferensi Kepemimpinan Kristen Selatan tentang Transportasi  dan Integrasi Non-Kekerasan (the Southern Christian Leadership Conference on Transportation and Nonviolent Integration), yang kemudian dikenal sebagai Southern Christian Leadership Conference (SCLC). King adalah pemimpinnya. Kaum muda memimpin perjuangan untuk kesetaraan (equality).

Pada tahun 1960, ada empat siswa kulit hitam dari North Carolina Agricultural and Technical College, di Greensboro, duduk di counter makan siang orang putih di sebuah toko lokal. Siswa-siswa kulit hitam itu duduk selama satu jam tanpa dilayani, karena  menolak pindah, dan kemudian counter-nya ditutup lebih awal. Duduk di tempat yang diperuntukkan bagi orang kulit putih seperti itu dikenal sebagai “sit-in”. Melakukan “sit-in” seperti itu, segera menyebar sebagai bentuk demonstrasi di kota-kota Selatan.

SCLC membantu mengorganisir SNCC (the Student Nonviolent Co-ordinating Committee). Anggota-anggota SNCC terlibat dalam aksi-aksi di komunitas kulit hitam, seperti membantu:
  • pendaftaran pemilih (voter registration);
  • memimpin demonstrasi ;
  • mengadakan pendidikan dan latihan tentang teknik demonstrasi tanpa kekerasan ; dan
  • membagikan makanan dan pakaian kepada yang membutuhkan dll.
Beberapa anggota SNCC yang terkenal adalah Marion Barry, Julian Bond, John Lewis, dan James Forman.


Pada tahun 1942, James Farmer mendirikan CORE (the Congress of Racial Equality). CORE  membantu pemuda-pemuda melakukan protes. Pada tahun 1961, CORE mengorganisir demonstrasi  yang disebut “wahana kebebasan (freedom rides)”. Freedom rides ini memaksa penggabungan bus antarnegara (bus khusus utk orang hitam ditiadakan), dan penggabungan ruang tunggu. Beberapa kali para pemuda itu dipukuli atau bus-bus dirusak oleh orang kulit putih yang marah.   Peranan “Wahana kebebasan (Freedom  rides)” tersebut terbukti perlu untuk menjamin persamaan hak yang telah diberikan oleh pengadilan.

King ambil bagian dalam banyak demonstrasi, dasar tindakannya adalah antikekerasan (nonviolence). Pada tahun 1963, King mulai menggunakan bentuk protes yang disebutnya sebagai pembangkangan sipil (civil disobedience). King dan pengikutnya membiarkan dirinya ditangkap dalam melakukan protes terhadap apa yang mereka rasakan sebagai perintah pengadilan yang tidak adil. Reputasi kerja King dan SCLC itu ternyata memperoleh pengakuan internasional.

Pada  28 Agustus tahun 1963, King (Martin Luther King, Jr) memimpin unjuk rasa (demonstrasi) lebih dari 200.000 orang,  unjuk rasa itu sekarang dikenal sebagai “March on Washington”. Para peserta unjuk rasa mendengarkan  pidato King . . . . . . . “Saya memiliki sebuah mimpi (I have a dream)” . . . . . . .


Patung Martin Luthar King. Jr
Pidato King di kaki “Lincoln Memorial” itu, didengar oleh para pemimpin berbagai kelompok pejuang hak-hak sipil, menyerukan kebebasan (new birth of freedom). Tempat peristiwa tersebut kemudian menjadi situs yang menonjol, dimana Abraham Lincoln dikenal sebagai Emancipator Agung  (the Great Emancipator). Pada tahun 1964 King mendapat pengakuan dunia, dan   dianugerahi hadiah perdamaian Noble (the Noble peace prize).

Gereja dan rumah untuk pertemuan mempersiapkan demonstrasi  kadang-kadang dibakar. Banyak demonstrasi tanpa kekerasan (nonviolent) mendapat perlawanan dari pihak berwenang di kota-kota selatan. Demonstran sering di lukai  oleh polisi menggunakan tongkat-pemukul, penyengat-listrik, dan aliran air dari selang tekanan tinggi (water cannon). Demonstrasi-demonstrasi itu telah membantu membawa perubahan sebagai berikut :
  • Pada tahun 1962 perintah eksekutif (executive order) Presiden John F. Kennedy melarang diskriminasi di perumahan yang dibangun dengan dana federal ;
  • Pada tahun 1964, Amandemen Konstitusi Amerika Serikat ke Duapuluh Empat (the Twenty-fourth Amendment to the U.S Constitution, 1964) melarang pajak jajak pendapat (poll taxes) ;
  • Pada tahun 1964 Undang-Undang Hak Sipil tahun 1964 (the Civil Rights Act of 1964) menghapus segregasi (segregation) dan diskriminasi dalam pekerja rumah (housing employment), pemungutan suara, dan bidang-bidang lainnya ; dan
  • Pada tahun 1965 Undang-Undang Hak Voting tahun 1965 (the Voting Rights Act of 1965) menghapus pembatasan lain dalam memberikan suara.
Tapi undang-undang ini tidak berjalan dengan cukup baik, peraturan-peraturan sering diabaikan. Banyak orang kulit hitam, terutama di kalangan anak muda, semakin tidak sabar dan menjadi militan.
Selagi King memimpin gerakan hak-hak sipil, sebuah kelompok agama yang disebut Muslim Hitam (the Black Muslims) bertambah kuat. Muslim Hitam itu didirikan di Detroit pada tahun 1930 oleh Wallace D. Farad (Fard). Kemudian Elia Poole (menamakan dirinya Elijah Muhammad) menjadi pemimpin gerakan tersebut.

Orang-orang Muslim Hitam mewajibkan pengikutnya  memisahkan diri dari orang kulit putih. Selama tahun 1960-an salah satu pemimpin Muslim Hitam yang paling berpengaruh adalah Malcolm X.  Malcolm X  melihat bahwa memisahkan diri itu bukanlah jawaban atas masalah orang kulit hitam. Namun sebelum bisa mengembangkan pemikirannya, Malcolm X dibunuh pada sebuah pertemuan di Harlem, tahun 1965.

Tahun 1956,  “Partai Panther Hitam untuk Persatuan dan Bela Diri (the Black Panther Party for Unity and Self Defense)” menyelenggarakan pertemuan di Oakland, California. Pertemuan itu diprakarsai oleh pemuda Huey P. Newton dan Bobby G. Seale. Kedua pemuda tersebut mengagumi  Malcolm X dalam membela kebebasan orang kulit hitam. Mereka percaya orang kulit hitam harus berjuang untuk meraih martabat dan kebebasannya.

Partai Panther menaruh perhatian pada masalah-masalah penggusuran atas tempat-tempat persewaan yang tidak adil dan berbagai kebrutalan polisi. Partai Panther segera mempelajari sejarah dan hak-hak orang hitam. Cabang-cabang Partai Panther  didirikan di beberapa Negara bagian di Amerika Serikat. Partai Panther kemudian menjadi  militan, dan sering melakukan bentrok dengan polisi. Banyak orang kulit hitam maupun kulit putih menjadi takut pada Panthers.

Pada akhir tahun 1960-an, "kekuatan hitam (black power)" menjadi slogan gerakan hak-hak sipil. Hal itu merupakan prestasi orang kulit hitam,  yang pada gilirannya menjadi kekuatan ekonomi dan politik yang nyata. Gerakan tersebut berfokus pada :
  • pendaftaran pemilih (voter registration) ;
  • kepemilikan usaha orang hitam (black ownership of businesses) ; dan
  • kontrol sekolah dan program penentasan kemiskinan.
Yang lebih penting, "kekuatan hitam (black power)" itu  menekankan pada tumbuhnya  kepercayaan diri dan harga diri (self-pride and dignity).


Program berdikari (self-help) mulai muncul di komunitas kulit hitam. Bisnis milik orang hitam seperti bank, toko, pabrik, dan jalur bus, mencoba menjalankan program berdikari tersebut. Suatu program yang disponsori oleh SCLC di Chicago, yang disebut “Operation Breadbasket”, memperoleh perhatian secara nasional. Otak program tersebut adalah Pendeta Jesse Jackson, ia mengorganisir boikot terhadap toko susu dan toko kelontong yang memperlakukan orang kulit hitam secara tidak adil (dealt unfairly). Jesse Jackson mempromosikan penjualan barang-barang yang diproduksi oleh orang kulit hitam.

Pada saat yang bersamaan  kemarahan dan kekuatiran terhadap diskriminasi terus berlanjut, dan menimbulkan kerusuhan social di sejumlah kota. Kerusuhan di "ghetto" sebagian besar merupakan hasil dari kegagalan dalam menerapkan Undang-Undang Hak Sipil tahun 1964 (the Civil Rights Act of 1964). Pada tahun 1968, Senat Amerika Serikat  menyetujui sebuah undang-undang hak sipil baru, namun saat Dewan Perwakilan Rakyat (the House of Representatives) membahas rencana undang-undang (RUU) tersebut, tragedi terjadi. Pada tanggal 4 April 1968, Martin Luther King. Jr, tewas dibunuh di Memphis, Tennessee, oleh seorang pria kulit putih.

Duka dan kemarahan, baik orang kulit hitam maupun orang kulit putih, segera menyebar. Kerusuhan dan penjarahan terjadi di lebih dari 30 kota. Empat puluh enam (46) orang meninggal, dan lebih dari dua ribu limaratus (2.500) orang terluka. Tentara dipanggil untuk menghentikan kerusuhan tersebut.

Meskipun King telah meninggal, tetapi beberapa hal positif terjadi. Undang-undang Hak Sipil tahun 1968 (the Civil Rights Act of 1968) disahkan oleh Kongres. Mahkamah Agung menyatakan bahwa diskriminasi dalam penjualan atau penyewaan properti dinyatakan tidak konstitusional. Dan demonstrasi yang dirancang oleh King (the Poor People's Campaign) dilakukan.

Pada tahun 1970-an gerakan hak-hak sipil kehilangan pamor, karena tidak memiliki seorang pemimpin nasional. Ralph Abernathy memimpin SCLC tapi pengikutnya tidak sebesar pengikut King. Sebuah organisasi  “People United to Serve Humanity (PUSH)” didirikan di Chicago oleh Jesse Jackson. Tujuannya adalah memperjuangkan hak ekonomi dan hak sipil.


Pada tahun 1984, sejumlah tokoh sipil dan pemimpin politik orang hitam,   mendukung orang kulit hitam dalam  nominasi calon presiden. Calon presiden yang  di-nominasi-kan itu adalah dari partai Demokrat.  

Sementara itu, kekuatan politik hitam terus berkembang. Politisi orang kulit hitam  memperoleh suara, baik dari orang kulit hitam ataupun dari orang kulit putih, serta lebih banyak orang kulit hitam menjabat di kantor-kantor publik. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang berkulit hitam membentuk sebuah kaukus. Kaukus itu memperoleh perhatian nasional, ketika  memboikot pidato Presiden Richard M. Nixon pada tahun 1971.

Pada bulan Maret 1972, diselenggarakan konvensi “National Black Political Convention”  di Gary, Indiana. Lebih dari 3.300 orang delegasi hadir, terdiri dari walikota, anggota dewan kota, legislator negara bagian, dan lain-lain. Salah satu hasil konvensi tersebut adalah sebuah dokumen yang berjudul  “The National Black Political Agenda”. Dokumen ini menggambarkan keprihatinan utama orang kulit hitam Amerika. Dokumen itu  berisikan :
  • Daftar kategori masalah orang hitam yang memerlukan perbaikan;  dan
  • Agenda orang kulit hitam di kantor-kantor publik,
Pada tahun 1976 jumlah pemilih orang kulit hitam mencapai rekor, yaitu saat pemilihan presiden Jimmy Carter.  Walikota orang hitam ada di  sejumlah wilayah pemilihan. Karena banyaknya bisnis yang pindah dari kota ke pinggiran kota, maka orang kulit hitam  menghadapi masalah baru Penduduk kota berkulit hitam meningkat, namun kesempatan kerja menurun. Kejahatan yang meningkat dan peredaran obat-obatan terlarang merupakan masalah besar. Hal-hal lain yang menjadi perhatian para walikota hitam adalah transportasi, pendidikan, polusi, pengumpulan sampah, dan pajak.

Pada tahun 1980-an, orang kulit hitam mulai ikut berbicara tentang masalah yang terus mengganggu perhatian  masyarakat kulit hitam. Pertama adalah pengangguran yang sangat tinggi di kalangan remaja kulit hitam. Kedua terpilihnya Ronald Reagan sebagai presiden pada tahun 1980, hal itu dipandang oleh banyak orang kulit hitam sebagai kemunduran. Sebagaimana diketahui anggota Komisi Hak Sipil (the U.S Commission on Civil Rights) kemudian konflik dengan Reagan. Mereka mempertanyakan komitmen Presiden akan persamaan hak dalam pendidikan, pekerjaan, dan bidang lainnya.

Pada tahun 1984, sejumlah tokoh sipil dan pemimpin politik orang hitam, memilih  mendukung orang kulit hitam dalam nominasi presiden dari partai Demokrat.  Pendeta Jesse Jackson melakukan kampanye besar-besaran dan memenangkan pemilihan pendahuluan di Louisiana dan Washington D.C.  Jackson memenangkan hampir 20 persen suara delegasi yang dibutuhkan untuk nominasi presiden.

Dukungan terhadap Jackson menunjukkan bahwa kepemimpinan gerakan hak-hak sipil telah bergeser dari individu ke kelompok-kelompok yang terdiri dari aktivis hak hitam dan pemimpin politik.

Pada tahun 2004, orang kulit hitam, Obama, berkampanye mewakili Illionis di Senat Amerika Serikat. Sesudah itu kemenangannya pada pemilu pendahuluan Partai Demokrat (Maret 2016), pidatonya di Konvensi Nasional Demokrat (Juli 2016), dan pemilihannya sebagai anggota Senat ( November 2016), Obama mulai dikenal diseluruh negeri. Obama memulai kampanye presiden dari partai Demokrat pada tahun 2007, dan kemudian memenangkan pemilu mengalahkan calon dari Partai Republik John McCain tahun 2008. Obama dilantik sebagai presiden pada tanggal 20 Januari 2009. Sembilan bulan kemudian, Obama dinyatakan sebagai pemenang Hadiah Nobel Perdamaian 2009.

Dalam usianya yang lebih dari dua abad (200 tahun) itu,  Amerika Serikat  untuk pertama kalinya  memiliki Presiden berasal dari golongan minoritas (Black Americans) yaitu Barach Husein Obama.

Pada masa jabatannya, Obama mengesahkan sejumlah undang-undang stimulus ekonomi sebagai tanggapan atas resesi 2007 – 2009 di Amerika Serikat antara lain :  American Recovery and Reinvestment Act of 2009 dan Tax Relief ; Unemployement Insurance Reauthorization ; Patient Protection and Affordable Care Act dan lain-lain.

Di bidang kebijakan luar negeri, Obama mengakhiri keterlibatan militer Amerika Serikat dalam  Perang Irak, menambah jumlah tentara di Afganistan, menandatangani perjanjian pengendalian senjata   (New START) bersama  Rusia, memerintahkan intervensi militer Amerika Serikat  di Libya, dan melaksanakan operasi militer yang berujung pada kematian Osama bin Laden.

Pada bulan Mei 2012, Obama  menjadi presiden A.S. pertama yang mendukung pengesahan pernikahan sesama jenis secara terbuka.
Itulah gambaran panjang-nya perjuangan orang-hitam Amerika dalam usahanya memperoleh kesetaraan,  kepercayaan diri dan harga diri. Sebelum menutup bahasan dan renungan  tentang orang-hitam Amerika (Black Americans) ini, “Ngunandiko” ingin menyampaikan secara singkat beberapa hal tentang orang-hitam Amerika (Black Americans) di Amerika Serikat (United States of America) dibandingkan dengan Warga Negara Indonesia  keturunan China di Republik Indonesia  sbb:
  • Sebagaimana dijelaskan orang-hitam Amerika berasal dari orang-hitam (negro) Afrika, yang datang ke Amerika dibawa oleh orang-putih Eropah sebagai budak. Sementara itu orang-orang China yang datang ke Amerika adalah sama dengan orang-orang China yang datang ke Indonesia adalah sebagai orang bebas (sebagian besar pekerja), yang kemudian menetap.
  • Sebelum terbentuknya negara Amerika Serikat (the United States of Amerikca) orang-hitam Amerika  pada umumnya memperoleh perlakuan yang buruk di rumah-rumah, kebun-kebun, tambang-tambang dan tempat-tempat lain dari orang-putih Eropa yang membawanya sebagai budak. Setelah terbentuknya negara Amerika Serikat perlakuan buruk tersebut terus berlanjut, namun orang-hitam Amerika itu kemudian secara berangsur-angsur menjadi warga negara Amerika Serikat yang setara dengan warga kulit putih. 
Pecinan di Yogya
  • Sementara itu, pada masa Indonesia masih di jajah oleh Belanda, para pendatang China  itu  memperoleh perlakuan istimewa dari pemerintahan penjajah yaitu pemerintah Hindia Belanda. Namun setelah terbentuknya negara Republik Indonesia pada 17 Agustur 1945, para pendatang China tersebut menjadi warga negara Indonesia (WNI keturunan China), perlakuan istimewa yang semula diperolehnya dari pemerintah Hindia Belanda itu, tidak berlaku lagi.
  • Pada waktu ini orang-hitam Amerika berjumlah lk 12 % dari jumlah  penduduk Amerika Serikat berarti dari segi jumlah sumbangannya relatip kecil. Diperkirakan  sumbangan orang-hitam Amerika  disektor ekonomi Amerika juga relatip kecil, antara lain tercermin dari kekayaan yang dimiliknya. Dengan perkataan lain peranan orang-hitam Amerika dari segi jumlah penduduk Amerika Serikat adalah kecil, dan di sektor ekonomi juga kecil.
  • Sementara itu pada waktu ini para pendatang China (WNI keturunan China) berjumlah lk 2 % dari seluruh jumlah penduduk Republik Indonesia. Jumlah yang relatip sangat kecil. Namun perannya di sektor ekonomi Indonesia diperkirakan sangat besar,  lebih dari 50 % kegiatan ekonomi Indonesia dikuasai oleh WNI keturunan China. Dengan perkataan lain peranan  pendatang China (WNI keturunan China) di Indonesia dari segi jumlah penduduk adalah kecil, namun dari segi ekonomi adalah sangat besar.
  • Amerika Serikat  dalam usianya yang lebih dari dua abad (200 tahun), pada tahun 2009  untuk pertama kalinya  memiliki Presiden berasal dari golongan minoritas (Black Americans) yaitu Barach Husein Obama. Dilain pihak di Republik Indonesia dalam usianya yang kurang dari satu abad (100 tahun) sudah memiliki sejumlah Menteri dari golongan minoritas keturunan China (bahkan pada awal berdirinya), namun belum memiliki Presiden.

Demikianlah bahasan dan renungan tentang orang-hitam Amerika (Black Americans) di Amerika Serikat serta perbandingan singkat dengan WNI keturunan China di Indonesia. Semoga bermanfaat.

*
The ultimate measure of a man is not where he stands in moments of comfort and convenience, but where he stands at times of challenge and controvery (Martin Luther King. Jr).

*