Rabu, 31 Oktober 2018

Kecelakaan LION CT 610


Ngunandiko.159





Kecelakaan
Pesawat terbang JT 610.

Seperti biasa saya menerima SMS dari  cucu saya, dia menanyakan pendapat saya tentang masalah kecelakaan pesawat LION AIR JT 610 di laut Jawa tanggal 29 Oktober 2018, yang sedang ramai dibicarakan orang. Pembicaraan saya dengan cucu saya dalam SMS tersebut adalah sbb :

·                Cucu                          :  Bagaimana Ki masalah kecelakaan pesawat LION AIR JT 610, kok terus ramai dibicarakan orang.?



·                     Aki                       : ..Wah itu kan sudah banyak orang memberikan pendapatnya di TV, di radio, koran-koran, dan media social. Kamu tinggal menyimaknya...

.·                     Cucu              : Betul Ki ?. Tapi saya ingin mendengar pendapat Aki !..

·                     Aki                  :  Itu memang peristiwa unik. Bahwa pesawat terbang baru dan canggih, dipiloti oleh pilot berpengalaman lebih 6.000 jam terbang), tapi baru saja terbang tidak lebih dari 15 menit lalu jatuh. .

·                     Cucu                  : Bagaimana kok unik Ki ?

·                     Aki                     : Itu unik seperti pengalaman Aki ! Aki sudah lebih 50 tahun mengendari mobil, tapi waktu Aki mengendari mobil “matik (otomatik)” untuk pertama kalinya dijalan raya, hampir saja menabrak tiang listrik, karena belum biasa dengan cara mengeremnya (menghentikannya). Itu analoginya !.

·        Cucu                  : Apa pilot dan co-pilot JT 610 itu belum pernah mem-piloti pesawat baru yang canggih itu Ki ?

·        Aki                       : Saya kira begitu, kalau toh sudah mungkin baru satu atau dua kali saja. Mungkin juga tidak dilatih sebelumnya.

·        Cucu                             : Oo begitu tho Ki? Lalu bagaimana ?

·              Aki                     : Kalau beli pesawat baru dan canggih (tidak seperti pesawat yang telah lama kita miliki), maka harus disiapkan (dilatih)  pengemudinya (pilot) dan teknisii-teknisi yang merawatnya. Hal seperti ini banyak terjadi di Indonesia, alat baru dan canggih rusak karena yang menjalankan dan merawatnya tidak biasa atau tidak tau caranya.


·        Cucu                             :  Unik juga ya Ki?



*
Kecelakaan biasanya disebabkan hal-hal sederhana yang tidak kita perhatikan sebelumnya (Anonym).


*

Minggu, 14 Oktober 2018

Gula Tebu


Ngunandiko.157





Gula Tebu
(Sugar Cane)


Gula (sugar) adalah senyawa karbohidrat disakarida, berbentuk kristal putih. Molekulnya terdiri dari duabelas atom karbon, duapuluh dua atom hidrogen, duabelas oksigen. Secara numerik gula mempunyai rumus molekul yang sama dengan laktosa dan maltosa, tetapi berbeda dalam strukturnya.

Kita mengenal, dalam kehidupan sehari-hari, beberapa jenis gula  seperti :  gula tebu  (sugarcane), gula Jawa (gula kelapa), gula aren, gula jagung,  gula ubi manis (sugar beet) dan lain-lain. Pada kesempatan ini Ngunandiko ingin secara singkat membahas dan merenungkan tentang gula tebu  (sugar cane) tersebut.

Gula tebu (sugar-cane) yang kita kenal itu adalah senyawa karbohidrat disakarida, yang berbentuk kristal putih. Molekulnya terdiri dari 12 (duabelas) atom karbon, 22 (duapuluh dua) atom hidrogen, 12 (duabelas) oksigen. Secara numerik gula mempunyai rumus molekul yang sama dengan laktosa dan maltosa, tetapi berbeda dalam strukturnya. Pada hidrolisa, gula menghasilkan glukosa dan fruktosa. Proses ini disebut inversi gula dan campuran yang terjadi dinamakan gula invert, karena memutar bidang polarisasi cahaya kekiri, berlawanan dengan putaran daripada gula.

Diketahui juga bahwa gula adalah karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi bagi umat manusia a.l sebagai makanan dan minuman. Sementara itu gula adalah juga barang dagangan (komoditi). Gula yang paling banyak diperdagangkan adalah dalam bentuk kristal sukrosa padat.

Gula-tebu (sugar cane) yang akan kita bahas dan renungkan ini adalah suatu senyawa yang berasal dari tanaman tebu (keluarga saccnarum). Tanaman tebu itu terutama tumbuh di daerah beriklim tropis, dan termasuk jenis rumput-rumputan. Umur tanaman tebu itu, sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 (satu) tahun. Di Indonesia, tebu banyak dibudidayakan di pulau Jawa dan Sumatra. Tebu antara lain merupakan bahan baku gula-tebu (sugarcane) dan Mono Sodium Glutamate (MSG) atau vetsin penyedap makanan.

Seperti diketahui gula yang paling banyak diperdagangkan di pasar (lk 60%) adalah kristal sukrosa padat dari tebu atau gula-tebu (sugar cane). Dan sisanya (lk 40%) adalah gula bit (sugar beet) dari ubi manis (beet). Kristal sukrosa padat itu, kita kenal sebagai gula pasir. 

Sebelum kita membahas dan merenungkan lebih lanjut, baiklah kita tinjau secara singkat  terlebih dahulu : 1. Gula tebu (sugar cane), 2. Gula bit (sugar beet); dan Gula merah (Palma) seperti berikut ini.

1.   Gula tebu (sugar cane).

Kira-kira ribuan tahun yang lalu, tanaman yang memiliki  batang (tangkai)  manis (tebu) diketahui tumbuh liar di pulau New Guinea (tepat di utara Australia). Batangnya sangat berharga sebagai makanan, sehingga menjadi barang rampasan perang dalam pertempuran-pertempuran antar orang-orang dari masyarakat awal. Setelah  orang memiliki budaya yang cukup maju, batang tebu itu diperdagangkan untuk mendapatkan barang-barang lainnya, dan penggunaannya lalu menyebar. Para pedagang membawa tebu (gula) ke seluruh pulau di Pasifik Selatan dan akhirnya ke Indonesia dan Filipina.


Kebun Tebu

Pada awal periode prasejarah, tebu juga telah dikenal di India. Seperti diketahui tebu telah digunakan di India sejak 400 B.C dan mungkin jauh lebih awal. Orang Eropa pertama yang melihat tebu adalah pasukan Alexander Yang Agung (Alexander the Great), yang menyerbu ke India sekitar tahun 325 SM. Salah satu pasukannya menggambarkan batang tebu itu  sebagai batang rumput raksasa yang menghasilkan madu tanpa bantuan lebah.

Kemudian dari India budaya menanam tebu dan pembuatan gula tebu menyebar ke Persia, dan kemudian ke Barat (Eropa), yaitu antara A.D 500 dan A.D 700. Ketika kaum Muslim dari Persia menaklukkan Arabia, Suriah, Palestina, Mesir, dan daerah Laut Tengah (Mediterrania), maka kaum Muslim itu memperkenalkan penggunaan gula tebu di negara-negara tersebut. Pada abad-abad berikutnya, daerah-daerah ini menjadi sumber gula yang penting bagi negara-negara Eropa.

Pada abad ke-15, perdagangan di kota-kota Eropa berkembang, dan rute perdagangan baru dibutuhkan. Christopher Columbus berangkat untuk menemukan rute perdagangan baru dengan melakukan perjalanan ke barat. Dan pada tahun 1492 menemukan Dunia Baru (benua Amerika). Pada pelayaran kedua, Christopher Columbus  antara lain membawa  tanaman tebu (juga burung Kenari) dari Kepulauan Canary ke wilayah Amerika. Tapi usaha menanam tebu itu gagal. Penjelajah yang datang segera setelah  Columbus, berhasil memperkenalkan tebu  ke Hindia Barat, Brasil, dan Meksiko.

Pada 1751, misionaris Jesuit membawa tebu dari Haiti (mungkin tebu itu berasal dari pulau New Guinea) ke New Orleans, Louisiana (Amerika Serikat). Pada tahun 1795, produksi komersial gula telah dimulai dan dalam waktu yang tidak terlalu lama  menjadi bagian dari industry di Amerika Serikat.

2.   Gula bit (beet sugar)

Negara-negara utara, di mana tebu tidak dapat tumbuh, telah selama berabad-abad mengimpor gula. Pada waktu pasokan gula sangat kurang oleh karena adanya blokade laut.  Direktur Akademi Ilmu Pengetahuan Prusia, Andreas Sigismond Marggraf (1700 - 1782) menemukan (1782), bahwa gula yang ada di tebu, juga ada dalam bit dan tanaman tertentu lainnya. Lima puluh tahun kemudian, Franz Carl Achard (1751 - 1821), murid dan penerusnya di akademi itu, mampu mengekstrak gula dari bit. Pada awalnya upaya  untuk menghasilkan gula dalam jumlah komersial gagal, tetapi ternyata di Jerman dan di tempat lain dapat berhasil.

Pada masa  Perang Napoleon (1799 – 1815) ; pada tahun 1806 dan 1807, Napoleon menutup semua pelabuhan Eropa untuk barang-barang yang dibawa oleh kapal-kapal Inggris atau kapal dari negara netral yang bersimpati kepada Inggris. Pada masa itu terjadi kelangkaan gula di Eropa, khususnya di Perancis menjadi makin parah. Tetapi orang Perancis telah mendengar adanya penemuan Achard. Di bawah perintah Napoleon pada tahun 1811, ribuan hektar bit ditanam dan pabrik dibangun untuk memproses ubi bit tersebut. Pada tahun 1813, lebih dari 150 pabrik memproduksi gula bit. Dengan demikian industri gula bit telah dimulai.

Gula-bit dibuat dari ubi (akar) bit yang  putih besar — bukan dari bit merah yang digunakan sebagai sayuran meja. Benih bit ditanam di awal musim tanam, dan dipanen ketika kadar gula-nya sudah cukup tinggi, biasanya di akhir musim.

3.   Gula merah

Selain gula tebu dan gula bit, banyak pula digunakan oleh masyarakat Indonesia (Jawa) adalah gula merah (sering pula disebut sebgai “gula jawa”) Yang dimaksud disini dengan gula merah adalah adalah pemanis yang dibuat dari nira yang berasal dari tandan bunga jantan pohon keluarga palma, seperti kelapaaren, dan siwalan.

Kelapa (Cocos nucifera) adalah anggota tunggal dalam marga Cocos dari suku aren-arenan atau Arecaceae. Tumbuhan ini dimanfaatkan hampir semua bagiannya oleh manusia sehingga dianggap sebagai tumbuhan serbaguna, terutama bagi masyarakat pesisir. Kelapa juga adalah sebutan untuk buah yang dihasilkan tumbuhan ini.Tumbuhan ini diperkirakan berasal dari pesisir Samudera Hindia di sisi Asia, namun kini telah menyebar luas di seluruh pantai tropika dunia.


Itulah gambaran singkat tentang gula-tebu ; gula-bit ; dan gula merah.


Musim tanam tebu di Louisiana adalah dari awal musim semi hingga akhir musim gugur. Tebu terlihat seperti tegakan tanaman jagung yang tinggi. Di Indonesia musim tanam tebu disekitar Mei – Juni – Juli sesuai dengan masa giling pabrik gula.

Khusus tentang gula-tebu, telah dikemukakan bahwa tanaman tebu adalah termasuk jenis rumput-rumputan (rumput raksasa), dan utamanya tumbuh dengan baik di daerah beriklim tropis. Umur tanaman tebu (sejak ditanam sampai bisa dipanen) mencapai kurang lebih 1 (satu) tahun. Di Indonesia, tebu banyak dibudidayakan di pulau Jawa dan Sumatra.

Tebu sebagai tanaman keluarga rumput raksasa, batangnya berdiri lurus dan beruas-ruas dibatasi dengan buku-buku. Pada setiap buku terdapat mata tunas. Batang tanaman tebu berasal dari mata tunas yang berada dibawah tanah yang tumbuh keluar dan berkembang membentuk rumpun. Diameter batang antara 3-5 cm dengan tinggi batang antara 2-5 meter dan tidak bercabang. Pada saat tumbuh, tebu terlihat sangat kusut.

Musim tanam tebu di Louisiana (Amerika Serikat) adalah dari awal musim semi hingga akhir musim gugur. Tebu itu terlihat seperti tegakan tanaman jagung yang tinggi. Di Indonesia musim tanam tebu disekitar Mei – Juni – Juli sesuai dengan masa giling pabrik gula.

Di Louisiana, Amerika Serikat, tebu hampir selalu ditanam dengan potongan-potongan batang yang berbaris di sepanjang alur yang dalam. Biasanya dua baris tangkai diletakkan. Tunas tebu tumbuh dari buku atau simpul, di sambungan pada batang.

Setelah ditanam dan tebu pertama tumbuh lalu dipanen (pada umur lk satu tahun); tanaman berikutnya disebut sebagai “tanaman ratoon pertama”; lalu “tanaman ratoon kedua” dan seterusnya. Biasanya ladang itu ditanami kembali setiap empat hingga delapan tahun. Namun di Indonesia tidak demikian, biasanya hanya satu kali ditanam.

Di antara rumpun tebu, sering kali ditanam tanaman lain, seperti kedelai dan lain-lain. Hal itu juga dijagu dimaksudkan untuk membantu membangun kesuburan tanah.

Ketika tebu siap dipanen, ladang biasanya dibakar untuk membakar daun-daun yang kering. Dengan cara itu membuat lebih mudah dipanen. Dahulu panen dilakukan dengan tangan, tangkai dipotong dengan pisau berat, bagian atasnya dipotong, daun dilucuti, dan batang yang sudah dibersihkan ditumpuk. Pada waktu ini, panen dilakukan dengan “Mesin (Harvesting machine)”, semua langkah yang semula dilakukan oleh tenaga kerja tangan (manual), sekarang sebagian besar dilakukan oleh “Mesin”.

Setelah tebu dipanen lalu diproses lebih lanjut untuk diubah menjadi gula, proses itu d pabrik dalam garis besarnya dapat digambarkan sbb:


Penggilingan (MILLING) รจ Pemurnian (REFINING)


1.   Penggilingan (MILLING)

Batang tebu biasanya dibawa ke pabrik dalam kondisi cukup bersih. Jika tidak, perlu dibersihkan lebih dahulu. Batang-batang tebu yang bersih itu kemudian melalui ban berjalan (conveyor belt) dibawa ke mesin penghancur (crusher machine).

Penghancur adalah dua rol baja besar dengan gigi-gigi besar (interlocking)  di permukaannya. Sebagian besar sari buah tebu (juice) dari tebu yang dihimpit oleh penghancur dan keluar mengalir ke dalam tangki.

Sisa tebu menjadi lembaran-lembaran halus dan lembab, selanjutnya dimasukkan melalui serangkaian rol panjang. Rol-rol itu meremukkan lembaran-lembaran itu dengan keras dan memisahkan sedikit lebih banyak sari buah tebu (juice) atau jus. Di ujung lain, tidak ada yang tersisa kecuali bagian berserat dari tongkat, yang disebut ampas tebu (bagasse). Bagasse digunakan sebagai bahan bakar untuk tungku pabrik. Jika ada yang tersisa, mungkin dijual untuk membuat papan dinding atau kertas.

Jus itu kemudian dipompa ke tangki besar, di mana bahan kimia seperti kapur ditambahkan, sehingga menjadi semacam cairan bening.  Setelah itu cairan bening itu siap untuk diubah (diuapkan) menjadi sirup kental oleh suatu evaporator (ruang besar tertutup yang dipanaskan oleh uap). Sari buahnya turun, dan sirup yang hasilnya dibiarkan mengendap di tangki besar.

Kemudian sirup direbus dalam panci vakum sampai muncul  Kristal-kristal. Perebusan dikontrol dengan hati-hati sehingga Kristal-kristal itu menjadi berukuran yang sesuai. Setelah ini, isi dari panci vakum dibuang ke dalam tangki dengan pengaduk. Saat massa mendingin,  kristalisasi terus berlangsung.
Dari tanki-tanki massa gula yang mengkristal dan cairan itu dikirim ke sentrifugal. Centrifugal ini adalah keranjang logam berat, atau drum, sekitar 1 meter lebar. Keranjang berputar dengan kecepatan tinggi di dalam kulit baja. Sisi setiap keranjang ditusuk dengan lubang dan dilapisi dengan layar kuningan yang memiliki jaring yang sangat halus. Ada juga layar kedua mesh kasar. Ketika keranjang berputar dengan kecepatan tinggi, cairan (molase) dibuang keluar melalui layar. Molase dikumpulkan dan dikerjakan ulang hingga tidak ada lagi gula yang dapat diekstrak secara menguntungkan.

Dari sentrifugal, gula basah menuju pengering silindris. Arus udara panas dan kering berhembus melalui gula dan membuat gula kering. Setelah gula kering, didinginkan, ditimbang, dan disiapkan untuk pengiriman sebagai gula mentah.


2.   Pemurnian (REFINING)

Gula mentah itu dikirim ke kilang pemurnian (refinery) ; gula mentah ini mengandung sekitar 96 persen sukrosa murni. Untuk membuatnya benar-benar (100 %) murni, gula mentah dihancurkan, dicuci, diputar dalam mesin sentrifugal, dan dilelehkan menjadi cairan kuning jernih dan bersih lalu Kemudian disaring melalui arang (Char—bone atau vegetable) dalam sebuah tangki. Setelah cairan melalui arang, gula itu murni dan tidak berwarna. Kemudian dikirim kembali ke panci vakum (Vacuum pan) untuk direbus dan dikirim ke sentrifugal.

Pabrik Gula

Produk akhir , adalah butir putih seperti salju, dikeringkan dan disaring melalui suatu saringan ke dalam suatu wadah menurut berbagai ukuran kristal. Kemudian dikemas sebagai apa yang sering disebut sebagai gula pasir. Itulah produk akhir "Pabrik Gula". 

Sementara itu seringkali tebu diproses menjadi gula oleh para petani di desa-desa dengan cara yang sederhana (traditional). Cara traditional ini di beberapa tempat di Indonesia, sekarang masih dilakukan.


Ampas tebu (bagasse) a.l digunakan sebagai bahan bakar (untuk tungku pabrik gula itu sendiri), dibuat kertas (mis : di Indonesia di Pabrik Kertas Padalarang dan Pabrik Kertas Leces) atau dibuat papan dinding (wallboard).

Sebagaimana diketahui sejak sekitar tahun 1795 pengolahan tebu telah menjadi bagian dari industry yaitu industry gula. Industry gula ini produk utamanya adalah gula (sugar cane) dan sejumlah produk sampingan (by product) seperti tetes tebu (molasses), methanol (spiritus), bagasse dan lain-lain.


  • Tetes (molasses) yang berkualitas tinggi digunakan untuk bahan tambahan makanan seperti permen (candy), roti dan kue, sedangkan yang berkualitas rendah untuk tambahan makanan ternak dan pupuk tanaman dll


  • Methanol (spiritus) a.l digunakan sebagai bahan baku pembuatan bahan kimia lain (mis: formaldehida), denitrifikasi bakteri pada limbah, bahan bakar dll.


  • Ampas tebu (bagasse) a.l digunakan sebagai bahan bakar (untuk tungku pabrik gula itu sendiri), dibuat kertas (mis : di Indonesia di Pabrik Kertas Padalarang dan Pabrik Kertas Leces), dibuat papan dinding (wallboard) dan lain-lain.

Industri gula (Industri berbasistebu) sesungguhnya dalam jangka panjang memiliki peranan yang sangat penting dan strategis, hal ini karena :


  • Gula dari tebu adalah salah satu, kalau tidak yang utama, pendukung industry makanan. Dengan kata lain mendukung ketahanan pangan. Bukankah tanpa gula makanan itu tidak banyak berarti bagi manusia.


  • Gula dapat mendukung industry energy. Industry berbasis tebu dapat menghasilkan gula secara berkesinambungan, maka akan dapat mendukung industry enegy yang berbasis fosil (minyak bumi dan batubara) yang tidak dapat diperbaharui secara berarti. Ingat gasohol (campuran gasoline dengan alkohol) di Brazil

Dengan memiliki industry berbasistebu yang kuat, maka suatu negara akan memiliki ketahanan pangan dan energy yang kuat pula. Ketahanan pangan dan energy adalah sangat penting bagi kelangsungan hidup suatu Bangsa dan Negara.


Sebagai gambaran produksi gula Indonesia pada tahun 2017 hanya sekitar 2,5 juta ton, diperkirakan s/d tahun 2022 tidak banyak berubah.

Industry gula di Indonesia telah dimulai pada masa penjajahan Belanda (1870). Seperti diketahui kebijakasanaan  pemerintah kolonial Belanda waktu itu antara lain membari hak sewa tanah untuk penggunaan kebun-kebun selama 70 tahun, maka bermunculanlah pabrik-pabrik gula.

Sebelum Perang Dunia II, di pulau Jawa saja ada lebih dari 150 pabrik gula (Sugar cane factory). Namun kini (tahun 2017) tidak lebih dari 25 pabrik gula saja yang masih beroperasi. Indonesia yang semula adalah Negara pengekspor gula (sugar exporting country), kini adalah Negara pengimpor gula (sugar importing country).

Pemerintah Republik Indonesia telah berusaha membangun kembali industry gula seperti tampak dengan dilakukannya modernisasi sejumlah pabrik-pabrik gula dan dibangunnya beberapa pabrik gula baru di Sumatra dan Sulawesi (juga di Kalimantan ?). Usaha itu belum berhasil, hal itu tampak dari produksi gula yang masih rendah dan masih perlunya Indonesia melakukan impor gula.

Sebagai gambaran produksi gula Indonesia pada tahun 2017 hanya sekitar 2,5 juta ton (diperkirakan s/d tahun 2022 tidak banyak berubah). Sementara itu konsumsi gula (konsumsi gula untuk industry dan rumah tangga) pada tahun yang sama (2017) diperkirakan 5.7 juta ton. Dan jika hanya diperhitungkan konsumsi gula untuk rumah tangga saja, maka jumlahnya diperkirakan 2,9 juta ton, jadi tetap harus impor.

Demikianlah bahasan dan renungan singkat tentang gula tebu (sugar cane). Semoga bermanfaat.
 
*
Neither sugar nor salt tastes particularly good by itself. Each is at its best when used to season other things (Anonym). 
*