Senin, 18 Februari 2013

Tan Malaka




Ngunandiko. 40


Tan Malaka
(Tokoh Pemikir & Pejuang Yang Luar Biasa)

Pada tanggal 19 Pebruari 2004 dalam rangka memperingati 55 tahun hilangnya pahlawan Kemerdekaan Nasional Tan Malaka telah dilangsungkan "Seminar" dengan thema:   "Belajar dari Gagasan dan Kehidupan Tan Malaka".
Seminar tersebut diselenggarakan oleh Kelompok Studi Mahasiswa Universitas Indonesia (KSM-UI) Eka Prasetya bekerja sama dengan Lembaga Penelitian & Pengabdian     Masyarakat Tan Malaka (LPPM- Tan Malaka) bertempat di Auditorium Magister Perencanaan Kebijaksanaan Publik (MPKP) Fakultas Ilmu Sosial & Politik Universitas Indonesia, Depok.
Pada kesempatan seminar tersebut telah berbicara:

  • DR. Harry A. Poeze (Redaksi Koninklijk Instituut voor Taal, Land- en Volkenkunde serta anggota Partai Sosial Demokrat, Belanda),
  • DR. Pheni Chalid (dosen Ilmu Filsafat Universitas Nasional, Jakarta), dan
  • Ir. Santoso Kismomihardjo MM (Ketua Umum Himpunan Cendekiawan Republik Indonesia: HCRI, dan Anggota MPR-RI periode 1999 - 2004)
Berikut ini disampaikan kembali (dalam rangka memperingati 64 tahun hilangnya Tan Malaka) apa yang telah dikemukakan oleh Sdr. Ir. Santoso Kismomihardjo MM pada 19 Pebruari 2004 dalam kesempatan seminar tersebut.


I.       Pendahuluan.

Rapat gelap Bung Karno & Tan Malaka
Salah satu hal yang patut kita syukuri dari bangsa Indonesia adalah masih cukup besarnya perhatian terhadap kondisi pada masa yang lalu. Hal tersebut terlihat dari banyaknya tulisan tentang tokoh politik, pemimpin bangsa, pemimpin masyarakat dan lain-lain yang bermunculan seperti tulisan tentang : Sukarno, Hatta, Natsir, Iwa Kusumasumantri, Sutan Syahrir, Ali Satroamidjojo, Muhamad Roem, Hamka, Jenderal Sudirman, Adam Malik , Sukarni, Chaerul Saleh, Jenderal Soeharto, Sultan Hamengkubuwono IX, KH Abdulrahman Wahid dan lain-lain.
Melalui tulisan-tulisan itu secara tidak langsung masyarakat dapat melihat perkembangan situasi dan juga sejarah Indonesia dari berbagai sudut pandang dan dari berbagai kurun waktu. Hal itu menyebabkan timbulnya persepsi tentang Indonesia pada masa yang lalu secara obyektip, sehat, jujur ​​dan proposional . Sudah barang tentu persepsi tersebut akan lebih sempurna jika tulisan tentang tokoh-tokoh tersebut juga dibahas dan didiskusikan secara terbuka seperti yang terjadi pada seminar dalam rangka peringatan 55 tahun hilangnya Tan Malaka ini.

II. Tan Malaka pemikir dan pejuang.

Tan Malaka (unknown - 19 Pebruari 1949) atau lengkapnya Ibrahim Datuk Tan Malaka - yang gagasan dan kehidupannya akan kita bahas kembali dalam seminar ini - adalah salah satu tokoh pejuang bangsa Indonesia yang luar biasa.
Sikap Tan Malaka terhadap berbagai peristiwa sejarah di Indonesia pada masa penjajahan Belanda maupun pada masa awal Revolusi Kemerdekaan masih sering menjadi perdebatan hingga saat ini. Demikian juga pandangan-pandangannya tentang ekonomi, politik, sosial dan lain-lain sampai saat ini juga masih sering menjadi acuan.
Sebagai pemikir dan pejuang sikap dan pandangan Tan Malaka tersebut tampak dalam tulisan-tulisannya yang mencerminkan pemikiran serta ke-cendekiawanan-nya masih terus disimak dan dipakai petunjuk oleh berbagai kalangan; terutama yang berpihak rakyat banyak sampai saat ini.

1. Sikap dan pandangan Tan Malaka.
                
Tan Malaka & Sukarni

Sampai saat ini sikap dan pandangan Tan Malaka masih sering menjadi bahan perdebatan. Sikap dan pandangan yang sering menjadi bahan perdebatan tersebut antara lain tentang hal-hal sebagai berikut:

  • Pemberontakan PKI 1925 - 1926 [1]
Tan Malaka tidak dapat menyetujui pemberontakan terhadap Pemerintah Hindia Belanda pada masa itu yang dipelopori oleh Partai Kumunis Indonesia (PKI), Hal itu terutama karena dilakukan dengan mengabaikan kekuatan partai yang masih sangat lemah, dan dilakukan dengan cara putch (coup de 'etat atau  kudeta ) bukan dengan cara "massa aksi" yang menjadi keyakinannya ,

  •   Kolaborasi dengan Jepang 1942 - 1945 [2]
Kritik Tan Malaka terhadap pimpinan politik dan pimpinan masyarakat Indonesia khususnya Bung Karno yang melakukan kolaborasi dengan tentara pendudukan Jepang.
  •   Pembentukan partai-partai politik pada tahun 1945.
Terhadap anjuran Pemerintah kepada masyarakat untuk membentuk partai-partai politik beberapa bulan setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945 melalui Informasi Wakil Presiden No.X Tan Malaka menentangnya. Tan Malaka memandang pembentukan partai-partai pada waktu itu akan memperlemah kekuatan revolusi.

  •   Diplomasi yang lembek 1945 - 1949 [3]
Pada awal Revolusi Kemerdekaan 1945 Tan Malaka menentang diplomasi yang lembek pemerintah Republik Indonesia dalam menghadapi Belanda yang akan menjajah Indonesia kembali. Diplomasi yang lembek tersebut telah menghasilkan kesepakatan Linggarjadi, perjanjian Renville dan lain-lain.


Disamping hal-hal tersebut diatas, Tan Malaka juga memiliki pandangan yang jauh kedepan tentang dunia; pandangan tersebut antar lain tentang kemungkinan terbentuknya gabungan negara-negara yang terletak diantara benua Asia dan benua Australia yang beriklim tropis ASLIA ( Ngunandiko.7 Asean & Aslia )

2. Karya-tulis Tan Malaka .

Seperti diketahui sikap dan pandangan Tan Malaka tersebut diatas telah dituangkannya dalam sejumlah karya tulis. Disamping menggambarkan sejumlah gagasan, karya tulis tersebut juga menggambarkan karakter dan ke-cendekiawanan Tan Malaka. Sebagian besar karya tulis Tan Malaka berisikan impiannya tentang Indonesia yang maju dan modern, indikasi untuk mencapai impian tersebut, dan cara berpikir yang harus dimiliki rakyat Indonesia. Hal-hal itu sampai saat ini masih relevan untuk disimak dan dipraktekkan.
Karya tulis Tan Malaka yang menggambarkan karakter, gagasan, dan kecendekiawanannya sebagai pejuang berjumlah lebih dari 27 tulisan diantaranya adalah:
  • Naar de Republiek Indonesia (Menuju Republik Indonesia, 1922)
  •   Massa Actie (Aksi Massa, 1962)
  • Gerilya Politik & Ekonomi (Gerpolek, 1947) 
  •  Materialisme, Dialektika, dan Logika (Madilog, 1942-1943)
  • Dari Penjara ke Penjara (Otobiografi)
Tulisan-tulisan tersebut telah dicetak berkali-kali dan diterjemahkan ke sejumlah bahasa.

III. Kehidupan Tan Malaka

Kehidupan dan gagasan-gagasan Tan Malaka tergambar dengan jelas dalam otobiografinya "Dari Penjara ke Penjara", dan memang begitulah perjalanan hidup dan perjuangannya. Sebagian besar hidupnya dipenjara dan dipembuangan di dalam maupun di luar negeri, meskipun demikian Tan Malaka mampu merekam dan menuangkannya kembali perjalanan hidup-nya tersebut kedalam suatu tulisan dengan bahasa yang kuat dan jelas.
Hampir seluruh hidupnya diabdikan untuk memperjuangkan gagasan-gagasannya, disamping itu kehidupannya juga mengandung sejumlah misteri. Sebagian dari para pengikutnya memandangnya sebagai tokoh legendaris yang selalu berpihak pada rakyat banyak. Bahkan secara dramatis perjuangan Tan Malaka diceritakan sebagai petualangan PACAR MERAH Indonesia [4] yang selalu menjadi buruan polisi kolonial.
Penghargaan formal dari negara Republik Indonesia hanyalah berupa Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No.53 tertanggal 28 Maret 1963, dimana almarhum Tan Malaka telah ditetapkan sebagai pahlawan Kemerdekaan Nasional.

IV. Penutup.

Seminar hari ini dengan thema "Belajar dari Gagasan dan Kehidupan Tan Malaka" dalam rangka memperingati 55 tahun hilangnya Tan Malaka - yang diselenggarakan dan diikuti oleh pemuda & mahasiswa - mudah-mudahan dapat membawa tercapainya pengenalan terhadap gagasan dan kehidupan Tan Malaka secara lebih baik. Dengan demikian Tan Malaka secara utuh akan lebih dikenal dan dipahami, yang pada gilirannya sikap dan pandangannya dapat memberi kontribusi yang positip bagi kemajuan bangsa ini.

*
Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama.
 (Peribahasa Indonesia) .


*


[1] Tan Malaka; Dari Penjara ke Penjara Jilid I, Yayasan Massa 1980, hal 143
[2] Tan Malaka; Dari Penjara ke Penjara Jilid II, Yayasan Massa 1980, hal 162 - 166
[3] Tan Malaka; Dari Penjara ke Penjara Jilid III, Yayasan Massa 1980, hal  254
[4] Matu Mona: Pacar Merah Indonesia, Penerbit Jendela dan Perwakilan KITLV, 2001