Jumat, 24 Mei 2013

INGIN TIDAK TERLAMBAT, JADI TERLAMBAT


Ngunandiko  No.46


INGIN TIDAK TERLAMBAT, JADI TERLAMBAT


Becak di Yogya
Peristiwa yang akan di uraikan dibawah ini berlangsung di Yogyakarta lebih dari setengah abad yang lalu, namun kiranya peristiwa tersebut masih patut menjadi renungan kita bersama  bahwa suatu tindakan yang dilakukan terlalu  awal  oleh siapapun  agar mendapatkan hasil  yang lebih baik ternyata dapat menghasilkan hal yang sebaliknya. Ingin tidak terlambat, malah jadi terlambat.

Paman saya (pada waktu itu berumur 26 tahun) bekerja di kantor Pemerintah Daerah karesidenan Banyumas di  Purwokerto, sementara itu pacarnya tinggal di kota Yogya.  Oleh karena itu setiap akhir bulan paman ke Yogya untuk menemui pacarnya (“Wakuncar” atau wajib kunjungi pacar). Biasanya paman dari Purwokerto hari Sabtu siang dan kembali dari Yogya hari Senen pagi ;  dengan kereta api.  Pada waktu itu  tahun 1950-an lalu lintas Purwokerto - Yogya belum seperti sekarang, hanya  kereta api yang menghubungkan Yogya – Purwokerto  dengan cukup nyaman dan tepat waktu.

Kereta api yang selalu dinaiki paman saya adalah kereta api ekspres Yogya – Jakarta. Paman biasanya berangkat dari Purwokerto hari Sabtu siang sehabis kerja ; kembali ke Purwokerto hari Senen pagi jam 5.15 sampai di Purwokerto kira-kira jam 9.00 pagi.  Hal itu berakibat kehadiran paman di kantornya terlambat, namun tidak banyak yang mengetahui karena hanya sebulan sekali. Sedemikian jauh paman belum pernah ditegur oleh atasannya karena keterlambatan-nya tersebut.

Paman kalau berada di Yogya selalu menginap di rumah orang tua saya (kakaknya) yang letaknya tidak jauh dari station Tugu lk 10 menit dengan kendaraan  becak. Pacar paman masih sekolah di SGA (Sekolah Guru Atas) dan rumahnya juga tidak jauh dari rumah orang tua saya lk 15 menit dengan berjalan kaki.

Biasanya paman kembali ke Purwokerto pada hari Senen pagi dengan kereta api yang berangkat jam 5.15 pagi dari station Tugu (Yogyakarta). Paman pagi-pagi  sesudah mandi dan minum teh manis panas, kira-kira jam 5.00 berangkat dengan becak ke stasiun  Tugu. Setelah menunggu dua atau tiga  menit kereta ke Purwokerto pun berangkat. Jadwal perjalanan seperti itu sudah di-jalani-nya selama lebih dari setengah tahun.  
Menunggu di stasiun Tugu
Pada suatu hari Senin  kalau tidak salah pada bulan Pebruari 1953, paman tidak seperti biasanya, jam 4.00 pagi sudah siap berangkat ke station Tugu. Hal itu disebabkan paman kuatir tertinggal kereta api ke Purwokerto yang berangkat jam 5.15 pagi. Menurut paman pada hari Senen itu jam 10.0 paman diajak  oleh bos-nya menghadap bapak Residen, maka paman berusaha sampai di stasion lebih awal dari biasanya , takut ketinggalan kereta.

Pada hari itu seperti biasa jam 6.30  pagi saya sudah siap berangkat ke sekolah. Tidak saya duga tiba-tiba paman muncul turun dari becak, kembali dari stasion dengan muka yang kelihatan sedih dan kecewa. Paman telah ketinggalan kereta ! Waktu  paman sampai di station Tugu  lk jam 4.30  masih terlalu pagi ; karena lamanya menunggu  maka paman tertidur di ruang tunggu dan tidak mengetahui kalau kereta api ke Purwokerto telah berangkat.

Paman memutuskan hari itu tetap tinggal di Yogya, karena tidak memungkinkan lagi sampai di Purwokerto sebelum jam 10.00 Mendengar paman ketinggalan kereta karena tertidur diruang tunggu stasion,  ayah saya hanya tersenyum.  Ingin tdak terlambat, malah jadi terlambat !

*
I'm not afraid of death, but I'm in no hurry to die. I have so much I want to do first
*