Sabtu, 09 Januari 2016

Gerilya

Ngunandiko.97



Gerilya

Kita telah sering mendengar dan membaca articles tentang perang, seperti perang dunia, perang kemerdekaan, perang saudara, strategi perang, taktik perang,   perang gerilya dan lain-lain. Dalam kesempatan ini “Ngunandiko” ingin membahas dan merenungkan salah satu dari perang-perang tersebut, yaitu tentang perang gerilya.

Gerilyawan Vietcong
Gerilya berasal dari bahasa Spanyol guerrilla yang  berarti perang kecil, perang secara sederhana berarti suatu pertikaian bersenjata. Pertikaian itu dapat terjadi antara satu fihak dengan fihak lainnya, masing-masing fihak dapat tunggal (atau tidak tunggal) seperti satu Negara dengan satu Negara,  satu Negara dengan banyak Negara, ataupun  banyak Negara dengan banyak Negara dan lain sebagainya..
Seperti diketahui pada waktu ini perang tidak hanya pertikaian bersenjata di front militer, namun juga merupakan pergulatan di front politik, ekonomi, dan propaganda sekaligus. Dengan demikian perang gerilya juga tidak hanya menyangkut penggunaan kekuatan senjata, namun juga kekuatan politik, ekonomi, dan propaganda (informasi) sekaligus.  
Sebelum menerangkan lebih lanjut perang gerilya, maka baiklah kita renungkan terlebih dahulu permasalahan pokok yang ada dalam setiap peperangan. Seperti telah diterangkan dimuka perang adalah suatu pertikaian bersenjata antara satu fihak dengan fihak lainnya, sehingga dalam peperangan itu senantiasa berkaitan dengan dua permasalahan pokok, yaitu:
  • permasalahan fihak yang menyerang; dan
  • permasalahan fihak yang mempertahankan.

Permasalahan fihak yang menyerang adalah bagaimana menimbulkan kerusakan sebesar-besarnya pada musuh, sehingga musuh menyerah kalah atau binasa; dengan sedikit (sekecil-kecilnya) kerusakan pada diri sendiri.
Sedangkan permasalahan fihak yang mempertahankan adalah bagaimana melindungi diri sendiri, sembari menimbulkan kerusakan sebesar-besarnya pada musuh, sehingga musuh tidak lagi berdaya  atau binasa.
Sehubungan dengan perbedaan sifat menyerang dan sifat mempertahankan  seperti itu, maka “senjata” (dalam arti yang lebih luas sumberdaya) yang diperlukan oleh masing-masing fihak berbeda, dan dari waktu ke waktu juga harus berubah karena berubahnya senjata (sumberdaya) dan cara-cara menggunakannya.
Sementara itu dapat dikatakan, bahwa perang gerilya hampir selalu dilakukan oleh fihak yang mempertahankan, hal itu tampak pada sejumlah peperangan seperti berikut ini.

(1)        Perang Gerilya di Eropa  pada era Napoleon 1799 – 1815 ; Perang gerilya ini terjadi ketika Napoleon Bonaparte memegang kekuasaan atas Perancis dari tahun 1799 s/d 1815. Napoleon mendapatkan kemenangan besar ketika berhasil memegang kekuasaan pemerintahan Perancis melalui kudeta-18-19-Brumaire. Kemudian Napoleon memperluas kekuasaannya hampir mencapai seluruh Eropa. Namun rakyat (termasuk para bangsawan)  di wilayah-wilayah yang dikuasainya itu   (mis : di Spanyol) secara diam-diam, melakukan perlawanan a.l melalui perang gerilya. Hampir semua unsur perang gerilya telah dipraktekkan seperti : penghadangan, pengepungan, penyerangan secara kilat (hit and run), penyamaran, sabotase  dan lain-lain. Dan dengan ikut terlibatnya kekuatan militer Inggris dan Rusia, maka  Napoleon dapat dikalahkan dengan telak di pertempuran Waterloo (18 Juni 1815). Korban dalam peperangan ini sangat besar lk 5 – 6 juta jiwa.

(2)        Perang Diponegoro di Jawa (1825 – 1830) ; Pada puncak peperangan itu, Belanda mengerahkan lebih dari 23.000 serdadu— pada masa itu belum pernah dilakukannya. Dapat dikemukakan disini, bahwa Perang Diponegoro bukanlah perang suku (Tribal War) melainkan perang yang melibatkan berbagai metode seperti layaknya perang modern, yaitu :
  • metode perang terbuka (open warfare)—mis : Belanda melakukan penyerangan dengan menggunakan system Benteng,  dan
  • metode perang gerilya (guerrilya warfare), yang dilaksanakan oleh Diponegoro melalui taktik “hit and run” dan “surpressing (penghadangan)”.

Seperti halnya perang modern dalam Perang Diponegoro ini kedua belah pihak juga telah menggunakan :
  • taktik perang urat saraf (psy war) melalui insinuasi dan tekanan-tekanan serta provokasi oleh pihak Belanda terhadap mereka yang terlibat langsung dalam pertempuran ;
  • kegiatan telik sandi (spionage) dimana kedua belah pihak saling memata-matai dan mencari informasi mengenai kekuatan dan kelemahan lawannya.

Setelah melalui pergulatan yang berdarah, akhirnya pada 28 Maret 1830 Jenderal De Kock berhasil menjepit pasukan Diponegoro di Magelang. Pangeran Diponegoro berhasil ditangkap dan dibuang ke Menado kemudian dipindahkan ke Makassar. Diponegoro wafat di Benteng Rotterdam di Makassar ( tempat beliau ditahan) pada 8 Januari 1855. Perang Diponegoro ini merupakan akhir perlawanan bangsawan Jawa dan telah memakan korban :
  • dipihak Belanda lk 8000 pasukan berkebangsaan Belanda dan 7000 pribumi ;
  • dipihak Diponegoro lk 200.000 orang Jawa.

(3)      Perang Dunia II (1937 – 1945) ; Pada awal PD II, pasukan Jerman (Nazi), Italia (Facist) dan Jepang (Militeris) telah menduduki wilayah-wilayah  Perancis, Norwegia, Polandia, Birma (Miyamar), Philipina dan lain-lain. Namun kemudian muncullah satuan-satuan  perlawanan (resistance) di masing-masing wilayah (Negara) tersebut, yang melakukan perlawanan terhadap pasukan pendudukan melalui perang gerilya. Pada dasarnya gerilya yang dilakukannya berupa kegiatan-kegiatan :
  • memata-matai gerakan pasukan musuh—pasukan pendudukan (Jerman, Italia, dan Jepang) ;
  • sabotage a.l dengan merusak fasilitas-fasilitas (jembatan, jalan kereta api dll) yang dapat digunakan oleh musuh ;
  • penghadangan gerakan pasukan musuh;
  • melindungi, menyembunyikan dirinya (rakyat dan pasukan perlawanan) maupun pasukan-pasukan sekutu yang menyusup seperti pasukan Inggris dll;
  • mendukung dan bekerjasama dengan kekuatan sekutu (Amerika, Inggris dll) ; dan
  • lain-lain.

(4)        Perang Kemerdekaan Indonesia (“Revolusi Agustus 1945”) 1945 -1958 ; Gerilya adalah salah satu cara yang digunakan oleh tentara (TNI) dan rakyat Indonesia (Laskar, Barisan Perjuangan dll) guna melawan agresi Belanda secara luas di berbagai tempat di Indonesia selama perang kemerdekaan Indonesia atau dikenal sebagai “Revolusi Agustus 1945”. 
Jenderal Sudirman
Gerilya tersebut dilakukan dengan cara seperti : sabotage (mis ; membumi hanguskan jembatan di Prambanan, Yogyakarta, diarsiteki oleh Profesor Johannes) ; menghadang dan menyerang pasukan secara mendadak  (mis : menghadang/menyerang tentara sekutu—Inggris  di Palagan Ambarawa, dibawah pimpinan Jenderal Sudirman) ; melakukan serangan kilat (mis : Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta—menduduki kota Yogya selama lk 6 jam dibawah pimpinan Jenderal Suharto) ; dan lain-lain. Jend A.H Nasution yang pernah menjabat sebagai salah seorang pimpinan TNI-AD dalam bukunya “Pokok-pokok Gerilya” a.l menulis bahwa perang gerilya adalah sangat efektip untuk melumpuhkan musuh (tentara aggressor Belanda).
Akibat perang gerilya yang dilakukan secara terus menerus oleh TNI bersama rakyat Indonesia itu, maka Belanda kehilangan  banyak serdadu, serta kebun dan tambang  yang tidak dapat beroperasi (ekonomi lumpuh). Karenanya Belanda mendapatkan tekanan dari kaum modal international (Amerika Serikat dkk), sehingga Belanda terpaksa berunding dengan para pemimpin Indonesia.
Hasil perundingan tersebut telah memaksa Belanda  menarik tentaranya dari Yogya (Ibukota Republik Indonesia), dan akhirnya pada tahun 1950 menarik seluruh tentaranya dari Indonesia (di Papua, Belanda baru menarik tentaranya pada tahun 1962) serta mengakui kemerdekaan Indonesia.

(5)        Perang Vietnam 1957 – 1975  ; Memanfaatkan keadaan vacuum akibat tentara Jepang yang kalah dalam Perang Dunia II dan tentara penjajah Perancis—yang  semula menjajah Indochina—belum  sempat datang, maka Vietnam (Ho Chi Minh) pada 2 September 1945  memproklamirkan kemerdekaan. Pemerintahan  Ho-Chi-Minh ini kumudian dikenal sebagai pemerintahan Vietnam Utara. Sementara itu penguasa monarki Vietnam—kaisar Bao Dai (boneka Perancis )—pada  22 Oktober 1955 digulingkan oleh Ngo Dinh Diem. Pemerintahan  Ngo Dinh Diem ini dikenal sebagai pemerintahan Vietnam Selatan. Tahun 1957 – 1975 terjadi perang antara Vietnam Utara dengan Vietnam Selatan ; Vietnam Selatan dibantu oleh Amerika Serikat,Thailand, Australia, Korea Selatan dll ; Amerika Serikat telah mengirim puluhan ribu tentara lengkap dengan persenjataannya. Sedangkan Vietnam Utara dibantu oleh Republik Rakyat China dan Soviet Uni, terutama dengan persenjataan dan perbekalan.
Vietnam Utara dalam menghadapi pasukan Vietnam Selatan yang dibantu oleh Amerika Serikat tersebut—selain perang terbuka—telah melakukan perang gerilya a.l dengan :

  • mengirim ribuan infiltran ke Vietnam Selatan;


  • membangun terowongan-terowongan persembunyian (mis : terowongan Cu Chi);


  • melakukan sabotase (mis : sabotase terhadap kapal-kapal, trnsportasi, dermaga dll) ;


  • melakukan propaganda untuk membangkitkan semangat rakyat melawan musuh (Amerika Serikat dkk); dan


  • kegiatan lain-lain.
(6). Jumlah korban selama Perang Vietnam ini diperkirakan lk 300.000 jiwa dipihak Vietnam Selatan dan lk 1.000.000 dipihak Vietnam Utara. Perang ini juga mengakibatkan eksodus besar-besaran warga Vietnam ke Amerika Serikat, Australia dan Negara-negara Barat lain.


Seperti diketahui gerilya dapat dipimpin oleh satu orang (atau sekelompok orang); pimpinan tersebut dapat berada di wilayah (Negara)  tersebut (di Dalam Negeri) misalnya Jend Tito, Yugoslavia, ataupun berada di luar wilayah tersebut (di Luar negeri) misalnya Jend De Gaule (Perancis) yang memimpinnya dari Inggris ; waktu keduanya memimpin kaum resistance melakukan gerilya.
Perang gerilya dapat berlangsung di banyak tempat dan bertebaran dimana-mana, seorang pemimpin  yang cerdas dan berwibawa akan dapat mempersatukan berbagai perang gerilya tersebut menjadi satu satuan penggempur yang sangat dahsyat.

Sudah barang tentu perang gerilya dapat berakhir dengan kemenangan ataupun kekalahan. Agar dapat memperoleh kemenangan perang gerilya harus memenuhi hukum-hukum perang yang berlaku. Seperti diketahui hukum yang pertama-tama harus dipenuhi  “siapa yang lebih kuat  adalah yang akan menang” dan  “siapa yang lebih siap adalah yang akan menang”

Kuat atau tidak kuat-nya pasukan gerilya pada dasarnya secara teknis ditentukan oleh “4 hal”, yaitu (1) tempat ; (2) alat ; (3) manusia ; dan (4) waktu. Ke-4 hal itu sejalan dengan pendapat Tan Malaka, bahwa jalannya peperangan ditentukan oleh 4 anasir yaitu (1) keadaan bumi ; (2) keadaan senjata ; (3) keadaan orang ; dan (4) tempoh -  .

Mengenai “4 hal” yang menentukan lebih kuat atau tidaknya suatu pasukan gerilya, secara singkat  dapat dijelaskan sbb :

  • Tempat ; termasuk dalam katagori tempat ini dapat berupa  perkotaan , pedesaan, pegunungan, rawa-rawa dan lain-lain ;


  • Alat ; termasuk dalam katagori alat ini adalah senjata, alat angkut, perbekalan dan lain-lain ;


  • Manusia ; termasuk dalam katagori manusia adalah prajurit, tenaga administrasi, tenaga teknik, tenaga kesehatan dan lain-lain ;


  • Waktu ; termasuk dalam katagori waktu adalah kecepatan, saat penyerangan, tempo (jangka waktu) penyerangan dan lain-lain ;


Untuk memberi gambaran bagaimana “4-hal” tersebut mempengaruhi  kuat atau tidak-nya suatu pasukan gerilya, berikut  ini disampaikan secara singkat contoh-contoh sbb :

  • Di Afganistan (1979 - !989), tentara Uni Soviet dengan senjata dan perlengkapan modern telah mendapatkan perlawanan yang sengit dari para gerilyawan Afganistan yang lebih menguasai medan—hal tempat. Akhirnya tentara Uni Soviet tersebut terpaksa ditarik mundur.


  • Pada Perang Teluk III ( secara resmi berlangsung 20 Maret s/d 9 April 2003 ), sisa-sisa pasukan Sadam Husien dan sejumlah anasir anti Amerika Serikat telah mencoba melakukan perang gerilya terhadap pasukan Amerika Serikat, namun mereka tidak mampu mengalahkan pasukan Amerika Serikat (Pemilu 31 Januari 2005 berhasil membentuk pemerintahan baru pro Amerika Serikat), ini terutama karena kalah jauh dalam persenjataan dan peralatan—hal alat .


  • Pada perang Vietnam II 1957 s/d 1975 ; pasukan gerilya Vietkong (gerilyawan Vietnam Utara) memiliki : jumlah yang sangat besar;  semangat juang yang tinggi melebihi semangat juang tentara Amerika Serikat dan Vietnam Selatan; serta teknik bergerilya yang memadai, sehingga mereka dalam melakukan serangan yang dapat menimbulkan kerugian besar di pihak Amerika Serikat (Vietnam Selatan). Jumlah yang besar, semangat juang yang tinggi, dan penguasaan atas teknik bergerilya—hal manusia itulah yang utama menyebabkan pasukan Vietnam Selatan dan Amerika Serikat kalah.


  • Invasi Perancis (Napoleon) ke Rusia 1812 ; pada awalnya pasukan Napoleon dapat terus maju ke Moscow, sementara itu tentara Rusia hanya dapat melakukan perlawanan secara bergerilya. Namun dengan datangnya musim dinginhal waktu tentara Napoleon menjadi sulit bergerak maju karena cuaca yang dingin dan halangan salju. Rusia—yang lebih terbiasa dengan keadaan dingin dinegaranya kemudian dapat memukul mundur dan menghancurkan pasukan Napoleon tersebut.


Keunggulan pasukan gerilya terutama, jika suatu pasukan gerilya tersebut  dapat memiliki :

  • posisi yang memungkinkan melakukan suatu serangan dan melindungi dirinya ;


  • saat (moment) yang tepat untuk melakukan serangan secara mendadak, dan mengundurkan diri dengan aman.


  • kecepatan menyerang yang dibarengi dengan kecepatan mundur, dengan kata lain memiliki kemampuan “hit & run” seperti layaknya pencopet di pasar, yang dengan cepat mengambil dompet seseorang lalu dengan cepat pula menghilang di kerumunan orang;


Sampai waktu ini, perang gerilya telah terjadi dibanyak tempat yang dianggap berhasil. Untuk memberi gambaran mengenai perang gerilya tersebut, maka berikut ini adalah sepenggal ajaran-ajaran Mao Tse Tung, Che Guevara, dan Nguyen Giap, orang yang dianggap sebagai “mahaguru perang gerilya” sbb :

  • Mao Tse Tung (1893 – 1976); Mao Tse Tung adalah Presiden Pertama Republik Rakyat China 1954 – 1959, ia kemudian digantikan oleh Liu Saochi.

Dilihat dari  sisi teori, maka teori  perang gerilya yang diajarkan oleh  Mao Tse Tung, Che Guevara, dan Nguyen Giap pada dasarnya adalah tidak jauh berbeda, yang berbeda hanyalah data tentang kejadian dan keadaan yang diambil untuk merumuskan teori tersebut. Nguyen Giap lebih banyak mengambil data mengenai kejadian dan keadaan di Vietnam, sementara itu Che Guevara data kejadian dan keadaan di Amerika Latin, dan Mao Tse Tung  data kejadian dan keadaan di China.
Seperti diketahui Mao Tse Tung secara umum menganjurkan : saat lawan maju, kami (gerilyawan) mundur ; saat musuh berkumpul, kami mengusik ; saat musuh lelah, kami menyerang ; saat musuh mundur, kami mengejar;  sebelum memukul (menyerang) haruslah mengambil ancang-ancang (persiapan). Dan di gambarkannya, bahwa gerilyawan dengan rakyat haruslah seperti ikan dengan air.

  • Ernesto Che Guevara (1928 – 1967); Che-Guevara dilahirkan di Argentina, dia adalah seorang dokter, cendekiawan revolusioner, ahli masalah-masalah kemiliteran, dan diplomat. (Gbr Cheguevara)

Che Guevara
Che menulis buku “Guerilla Warfare”, yang terbit pada tahun 1961. Menurut Che Guevara pada dasarnya perang gerilya harus memperhatikan hal-hal sbb :

  • apakah musuh bersifat local, atau bersifat global (internasional) dimana musuh mendapatkan dukungan dari luar negeri mis : Amerika Serikat;


  • apakah rakyat banyak — dimana perang gerilya berlangsung — merupakan kawan atau pro lawan;


  • jika pelaksana gerilya dipandang telah siap, maka perang gerilya dapat dimulai kapan saja dan dimana saja;


  • keadaan di Amerika Latin yang terbelakang, maka medan perang  gerilya (perjuangan bersenjata) pada dasarnya harus di daerah pedesaan;


  • aksi gerilya harus dilakukan dengan memegang teguh  kerahasiaan, tipu daya dan kejutan.

Pengaruh Che Guevara terhadap gerakan revolusioner sangat besar terutama di Amerika Latin. Ajaran-ajarannya banyak dipelajari dan di praktekkan misalnya di Cuba
  • Jenderal Vo Nguyen Giap (1911 – 2013); Pasukan Nguyen Giap dapat menaklukkan Perancis di Dien Bien Phu (1954), melakukan serangan Tet (Tet Offensive) pada tahun 1968, dan melakukan serangan pada akhir 1975 dimana pasukannya dapat menaklukkan pasukan Amerika Serikat dan pasukan Vietnam Selatan. 

Tindakan Nguyen Giap tersebut dilakukannya dengan siasat perang gerilya yang jitu a.l sbb :

  • membangkitkan semangat dan daya juang pasukannya untuk secara bersama rakyat melawan musuh (mis : pasukan Amerika Serikat dkk);


  • melakukan infiltrasi besar-besaran ke Vietnam Selatan ;


  • membangun kubu-kubu persembunyian (mis : terowongan Cu Chi);


  • melakukan pengepungan (mis : di Dien Bien Phu tahun 1954);


  • memanfaatkan tempo saat melakukan serangan (mis : offensive-Tet tahun 1968) yang menguntungkan bagi pasukan gerilya, dan lain-lain.


Menurut Nguyen Giap kekuatan bangsa Vietnam adalah karena memiliki budaya melawan musuh (semangat patriotisme). Budaya itulah yang dikembangkannya menjadi semangat pantang menyerah, sekalipun melawan pasukan Amerika yang bersenjata lengkap dan modern.

Demikianlah bahasan dan renungan singkat tentang gerilya, semoga berguna dan bermanfaat !
*
I started to make a study of the art of war and revolution and, whilst abroad, underwent a course in military training. If there was to be guerrilla warfare, I wanted to be able to stand and fight with my people and to share the hazards of war with them (Nelson Mandela)

*

1 komentar: