Jumat, 21 Oktober 2011

ngunandiko 17

Siapa menggali lubang,
ia sendiri akan terperosok kedalamnya

Pergaulan antar anak muda khususnya antara pemuda dan pemudi pada waktu ini sangat berbeda dengan pada masa beberapa dasa warsa yang lalu. Sekarang pemuda dan pemudi boleh dikatakan dapat bertemu disembarang tempat dan disembarang waktu, mereka dapat bertemu langsung untuk belajar, bermain, ke pesta dan lain-lain atau mereka dapat bercanda, curhat, diskusi dan lain-lain melaui multi media.
Pada masa dahulu pemuda dan pemudi hanya bisa bertemu di tempat-tempat tertentu dan dalam waktu-waktu tertentu. Pertemuan pemuda dan pemudi tidak bisa sebebas seperti sekarang ini, tetapi ada kebiasaan-kebiasaan yang harus diikuti. Pertemuan hanya bisa di sekolah, di tempat olah raga, di pesta-pesta keluarga atau kenalan dekat dan lain-lain. Memang pada masa itu pemuda dan pemudi dapat pula saling mengunjungi ke rumah masing, tetapi itupun selalu mengikuti aturan-aturan tertentu sesuai dengan kebiasaan setempat yang berlaku.
Pada suatu hari di tahun 1955 Amin, Agus, dan Amat  merencanakan untuk berkunjung ke rumah Siti (nama-nama tersebut bukan nama sebenarnya). Siti adalah siswa SMA berasal dari keluarga muslim terpandang, sedangkan Amin, Agus, dan Amat adalah mahasiswa dan dikenal sebagai muslim abangan.
Sebelum berangkat ke rumah Siti – atas usul Agus – mereka bertiga sepakat untuk mengaku berpuasa, karena hari itu adalah masa puasa sehubungan dengan hari raya Idul Adha. Sesampai di rumah Siti mereka tidak langsung ditemui oleh Siti – setelah dipersilahkan duduk diruang tamu oleh seorang pembantu – sesuai dengan kebiasaan mereka ditemui oleh ibu Siti, kemudian terjadilah percakapan sbb :

  • Ibu Siti : Selamat pagi nNak ! Anda semua teman Siti ?

  • Amin, Agus, dan Amat : (dgn serentak mejawab . . . . . ) Pagi . . .  Ya . . . Bu . . . kami teman Siti !

  • Ibu Siti : menanyakan nama mereka satu persatu dimulai dari Agus (karena Agus yang paling dekat) lalu Amin dan kemudian Amat, dan jawab mereka :

  • Agus : Saya Agus !
  • Amin : Saya Amin !
  • Amat : Saya Amat !

Setelah diamati satu per satu dan berbasa-basi sebentar – karena hari itu masa berpuasa sehubungan dengan Idul Adha – Ibu Siti pun menanyakan berturut-turut sbb:

  • Ibu Siti : nNak Agus puasa ?
  • Agus : Puasa Bu !
  • Ibu Siti : nNak Amin puasa ?
  • Amin : Tidak Bu !
  • Ibu Siti : nNak Amat puasa ?
  • Amat : Tidak Bu !

Beberapa saat kemudian Ibu Siti memberitahu puterinya Siti bahwa tiga orang temannya datang, dan memeritahkan pembantunya untuk menyediakan hidangan dengan pesan bahwa salah seorang dari mereka        (Agus) sedang berpuasa.
Menyembelih Korban
Tidak lama kemudian Siti dengan wajah berseri-seri menemui tamunya, mereka bercanda sambil menikmati makanan dan minuman yang dihidangkan, kecuali Agus yang mengaku berpuasa.
Siapa menggali lubang, ia sendiri akan terperosok didalamnya.

*
Saya hanya melakukan apa yang saya yakini harus saya lakukan, tak peduli itu membawa resiko dalam hidup saya (Corazon Aquino)
*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar