Ngunandiko.157
Gula Tebu
(Sugar Cane)
Gula (sugar)
adalah senyawa karbohidrat disakarida, berbentuk kristal putih. Molekulnya
terdiri dari duabelas atom karbon, duapuluh dua atom hidrogen, duabelas
oksigen. Secara numerik gula mempunyai rumus molekul yang sama dengan laktosa
dan maltosa, tetapi berbeda dalam strukturnya.
Kita mengenal, dalam kehidupan
sehari-hari, beberapa jenis gula seperti
: gula tebu (sugarcane), gula Jawa (gula kelapa), gula
aren, gula jagung, gula ubi manis (sugar
beet) dan lain-lain. Pada kesempatan ini Ngunandiko ingin secara singkat
membahas dan merenungkan tentang gula tebu
(sugar cane) tersebut.
Gula tebu (sugar-cane) yang kita kenal itu adalah senyawa karbohidrat
disakarida, yang berbentuk kristal putih. Molekulnya terdiri dari 12 (duabelas)
atom karbon, 22 (duapuluh dua) atom hidrogen, 12 (duabelas) oksigen. Secara
numerik gula mempunyai rumus molekul yang sama dengan laktosa dan maltosa,
tetapi berbeda dalam strukturnya. Pada
hidrolisa, gula menghasilkan glukosa dan
fruktosa. Proses ini disebut inversi gula dan campuran yang terjadi
dinamakan gula invert, karena memutar
bidang polarisasi cahaya kekiri, berlawanan dengan putaran daripada gula.
Diketahui juga bahwa gula adalah karbohidrat sederhana yang menjadi
sumber energi bagi umat manusia a.l sebagai makanan dan minuman. Sementara itu
gula adalah juga barang dagangan (komoditi). Gula yang paling banyak
diperdagangkan adalah dalam bentuk kristal sukrosa padat.
Gula-tebu (sugar cane) yang
akan kita bahas dan renungkan ini adalah suatu senyawa yang berasal dari
tanaman tebu (keluarga saccnarum). Tanaman
tebu itu terutama tumbuh di daerah beriklim tropis, dan termasuk jenis
rumput-rumputan. Umur tanaman tebu itu, sejak ditanam sampai bisa dipanen
mencapai kurang lebih 1 (satu) tahun. Di Indonesia, tebu banyak dibudidayakan
di pulau Jawa dan Sumatra. Tebu antara lain merupakan bahan baku gula-tebu
(sugarcane) dan Mono Sodium Glutamate (MSG) atau vetsin penyedap makanan.
Seperti diketahui gula yang paling banyak
diperdagangkan di pasar (lk 60%) adalah kristal sukrosa padat dari tebu atau gula-tebu
(sugar cane). Dan sisanya (lk 40%) adalah gula bit (sugar beet) dari ubi manis (beet). Kristal
sukrosa padat itu, kita kenal sebagai gula pasir.
Sebelum kita membahas dan
merenungkan lebih lanjut, baiklah kita tinjau secara singkat terlebih dahulu : 1. Gula tebu (sugar
cane),
2. Gula bit (sugar beet); dan Gula merah (Palma) seperti berikut ini.
1.
Gula tebu (sugar cane).
Kira-kira ribuan tahun yang
lalu, tanaman yang memiliki batang (tangkai) manis (tebu) diketahui tumbuh liar di pulau
New Guinea (tepat di utara Australia). Batangnya sangat berharga sebagai
makanan, sehingga menjadi barang rampasan perang dalam pertempuran-pertempuran antar
orang-orang dari masyarakat awal. Setelah orang memiliki budaya yang cukup maju, batang
tebu itu diperdagangkan untuk mendapatkan barang-barang lainnya, dan
penggunaannya lalu menyebar. Para pedagang membawa tebu (gula) ke seluruh pulau
di Pasifik Selatan dan akhirnya ke Indonesia dan Filipina.
|
Kebun Tebu |
Pada awal periode prasejarah,
tebu juga telah dikenal di India. Seperti diketahui tebu telah digunakan di
India sejak 400 B.C dan mungkin jauh lebih awal. Orang Eropa pertama yang
melihat tebu adalah pasukan Alexander Yang Agung (Alexander the Great), yang menyerbu
ke India sekitar tahun 325 SM. Salah satu pasukannya menggambarkan batang tebu
itu sebagai batang rumput raksasa yang
menghasilkan madu tanpa bantuan lebah.
Kemudian dari India budaya menanam
tebu dan pembuatan gula tebu menyebar ke Persia, dan kemudian ke Barat (Eropa),
yaitu antara A.D 500 dan A.D 700. Ketika kaum Muslim dari Persia menaklukkan
Arabia, Suriah, Palestina, Mesir, dan daerah Laut Tengah (Mediterrania), maka kaum
Muslim itu memperkenalkan penggunaan gula tebu di negara-negara tersebut. Pada
abad-abad berikutnya, daerah-daerah ini menjadi sumber gula yang penting bagi
negara-negara Eropa.
Pada abad ke-15, perdagangan
di kota-kota Eropa berkembang, dan rute perdagangan baru dibutuhkan.
Christopher Columbus berangkat untuk menemukan rute perdagangan baru dengan
melakukan perjalanan ke barat. Dan pada tahun 1492 menemukan Dunia Baru (benua
Amerika). Pada pelayaran kedua, Christopher Columbus antara lain membawa tanaman tebu (juga burung Kenari) dari Kepulauan Canary ke wilayah Amerika. Tapi usaha
menanam tebu itu gagal. Penjelajah yang datang segera setelah Columbus, berhasil memperkenalkan tebu ke Hindia Barat, Brasil, dan Meksiko.
Pada 1751, misionaris Jesuit
membawa tebu dari Haiti (mungkin tebu itu
berasal dari pulau New Guinea) ke New Orleans, Louisiana (Amerika Serikat).
Pada tahun 1795, produksi komersial gula telah dimulai dan dalam waktu yang tidak
terlalu lama menjadi bagian dari industry
di Amerika Serikat.
2.
Gula bit (beet sugar)
Negara-negara utara, di mana
tebu tidak dapat tumbuh, telah selama berabad-abad mengimpor gula. Pada waktu
pasokan gula sangat kurang oleh karena adanya blokade laut. Direktur Akademi Ilmu Pengetahuan Prusia, Andreas
Sigismond Marggraf (1700 - 1782) menemukan (1782), bahwa gula yang ada di tebu,
juga ada dalam bit dan tanaman tertentu lainnya. Lima puluh tahun kemudian,
Franz Carl Achard (1751 - 1821), murid dan penerusnya di akademi itu, mampu
mengekstrak gula dari bit. Pada awalnya upaya
untuk menghasilkan gula dalam jumlah komersial gagal, tetapi ternyata di
Jerman dan di tempat lain dapat berhasil.
Pada masa Perang Napoleon (1799 – 1815) ; pada tahun 1806
dan 1807, Napoleon menutup semua pelabuhan Eropa untuk barang-barang yang
dibawa oleh kapal-kapal Inggris atau kapal dari negara netral yang bersimpati
kepada Inggris. Pada masa itu terjadi kelangkaan gula di Eropa, khususnya di
Perancis menjadi makin parah. Tetapi orang Perancis telah mendengar adanya
penemuan Achard. Di bawah perintah Napoleon pada tahun 1811, ribuan hektar bit
ditanam dan pabrik dibangun untuk memproses ubi bit tersebut. Pada tahun 1813,
lebih dari 150 pabrik memproduksi gula bit. Dengan demikian industri gula bit
telah dimulai.
Gula-bit dibuat dari ubi (akar)
bit yang putih besar — bukan dari bit
merah yang digunakan sebagai sayuran meja. Benih bit ditanam di awal musim
tanam, dan dipanen ketika kadar gula-nya sudah cukup tinggi, biasanya di akhir musim.
3.
Gula merah
Selain
gula tebu dan gula bit, banyak pula digunakan oleh masyarakat Indonesia (Jawa)
adalah gula merah (sering pula disebut sebgai “gula jawa”) Yang dimaksud disini
dengan gula merah adalah adalah
pemanis yang dibuat dari nira yang berasal dari tandan bunga jantan
pohon keluarga palma, seperti kelapa, aren, dan siwalan.
Kelapa (Cocos nucifera) adalah anggota tunggal dalam marga Cocos dari suku aren-arenan atau Arecaceae. Tumbuhan ini dimanfaatkan hampir semua
bagiannya oleh manusia sehingga dianggap sebagai tumbuhan serbaguna, terutama
bagi masyarakat pesisir. Kelapa juga adalah sebutan untuk buah yang dihasilkan tumbuhan ini.Tumbuhan ini
diperkirakan berasal dari pesisir Samudera Hindia di sisi Asia, namun kini telah menyebar luas di seluruh pantai tropika dunia.
Itulah gambaran singkat tentang
gula-tebu ; gula-bit ; dan gula merah.
Musim
tanam tebu di Louisiana adalah dari awal musim semi hingga akhir musim gugur. Tebu
terlihat seperti tegakan tanaman jagung yang tinggi. Di Indonesia musim tanam
tebu disekitar Mei – Juni – Juli sesuai dengan masa giling pabrik gula.
Khusus tentang gula-tebu, telah
dikemukakan bahwa tanaman tebu adalah termasuk jenis rumput-rumputan (rumput
raksasa), dan utamanya tumbuh dengan baik di daerah beriklim tropis. Umur
tanaman tebu (sejak ditanam sampai bisa dipanen) mencapai kurang lebih 1 (satu)
tahun. Di Indonesia, tebu banyak dibudidayakan di pulau Jawa dan Sumatra.
Tebu sebagai tanaman keluarga rumput raksasa, batangnya
berdiri lurus dan beruas-ruas dibatasi dengan buku-buku. Pada setiap buku
terdapat mata tunas. Batang tanaman tebu berasal dari mata tunas yang berada
dibawah tanah yang tumbuh keluar dan berkembang membentuk rumpun. Diameter
batang antara 3-5 cm dengan tinggi batang antara 2-5 meter dan tidak bercabang.
Pada
saat tumbuh, tebu terlihat sangat kusut.
Musim tanam tebu di
Louisiana (Amerika Serikat) adalah dari awal musim semi hingga akhir musim
gugur. Tebu itu terlihat seperti tegakan tanaman jagung yang tinggi. Di
Indonesia musim tanam tebu disekitar Mei – Juni – Juli sesuai dengan masa
giling pabrik gula.
Di Louisiana, Amerika
Serikat, tebu hampir selalu ditanam dengan potongan-potongan batang yang
berbaris di sepanjang alur yang dalam. Biasanya dua baris tangkai diletakkan.
Tunas tebu tumbuh dari buku atau simpul, di sambungan pada batang.
Setelah ditanam dan tebu
pertama tumbuh lalu dipanen (pada umur lk satu tahun); tanaman berikutnya
disebut sebagai “tanaman ratoon pertama”; lalu “tanaman ratoon kedua” dan
seterusnya. Biasanya ladang itu ditanami kembali setiap empat hingga delapan
tahun. Namun di Indonesia tidak demikian, biasanya hanya satu kali ditanam.
Di antara rumpun tebu, sering
kali ditanam tanaman lain, seperti kedelai dan lain-lain. Hal itu juga dijagu
dimaksudkan untuk membantu membangun kesuburan tanah.
Ketika tebu siap dipanen,
ladang biasanya dibakar untuk membakar daun-daun yang kering. Dengan cara itu
membuat lebih mudah dipanen. Dahulu panen dilakukan dengan tangan, tangkai dipotong
dengan pisau berat, bagian atasnya dipotong, daun dilucuti, dan batang yang
sudah dibersihkan ditumpuk. Pada waktu ini, panen dilakukan dengan “Mesin
(Harvesting machine)”, semua langkah yang semula dilakukan oleh tenaga kerja
tangan (manual), sekarang sebagian besar dilakukan oleh “Mesin”.
Setelah tebu dipanen lalu
diproses lebih lanjut untuk diubah menjadi gula, proses itu d pabrik dalam garis
besarnya dapat digambarkan sbb:
Penggilingan (MILLING)
รจ Pemurnian (REFINING)
1.
Penggilingan (MILLING)
Batang tebu biasanya dibawa
ke pabrik dalam kondisi cukup bersih. Jika tidak, perlu dibersihkan lebih
dahulu. Batang-batang tebu yang bersih itu kemudian melalui ban berjalan (conveyor
belt) dibawa ke mesin penghancur (crusher machine).
Penghancur adalah dua rol baja
besar dengan gigi-gigi besar (interlocking)
di permukaannya. Sebagian besar sari buah tebu (juice) dari tebu yang dihimpit
oleh penghancur dan keluar mengalir ke dalam tangki.
Sisa tebu menjadi lembaran-lembaran
halus dan lembab, selanjutnya dimasukkan melalui serangkaian rol panjang. Rol-rol
itu meremukkan lembaran-lembaran itu dengan keras dan memisahkan sedikit lebih
banyak sari
buah tebu (juice) atau jus. Di ujung lain, tidak ada yang tersisa
kecuali bagian berserat dari tongkat, yang disebut ampas tebu (bagasse). Bagasse
digunakan sebagai bahan bakar untuk tungku pabrik. Jika ada yang tersisa,
mungkin dijual untuk membuat papan dinding atau kertas.
Jus itu kemudian dipompa
ke tangki besar, di mana bahan kimia seperti kapur ditambahkan, sehingga
menjadi semacam cairan bening. Setelah itu
cairan bening itu siap untuk diubah (diuapkan) menjadi sirup kental oleh suatu evaporator
(ruang besar tertutup yang dipanaskan oleh uap). Sari buahnya turun, dan sirup
yang hasilnya dibiarkan mengendap di tangki besar.
Kemudian sirup direbus
dalam panci vakum sampai muncul Kristal-kristal.
Perebusan dikontrol dengan hati-hati sehingga Kristal-kristal itu menjadi berukuran
yang sesuai. Setelah ini, isi dari panci vakum dibuang ke dalam tangki dengan pengaduk.
Saat massa mendingin, kristalisasi terus
berlangsung.
Dari tanki-tanki massa
gula yang mengkristal dan cairan itu dikirim ke sentrifugal. Centrifugal ini
adalah keranjang logam berat, atau drum, sekitar 1 meter lebar. Keranjang
berputar dengan kecepatan tinggi di dalam kulit baja. Sisi setiap keranjang
ditusuk dengan lubang dan dilapisi dengan layar kuningan yang memiliki jaring
yang sangat halus. Ada juga layar kedua mesh kasar. Ketika keranjang berputar
dengan kecepatan tinggi, cairan (molase) dibuang keluar melalui layar. Molase
dikumpulkan dan dikerjakan ulang hingga tidak ada lagi gula yang dapat
diekstrak secara menguntungkan.
Dari sentrifugal, gula
basah menuju pengering silindris. Arus udara panas dan kering berhembus melalui
gula dan membuat gula kering. Setelah gula kering, didinginkan, ditimbang, dan
disiapkan untuk pengiriman sebagai gula mentah.
2. Pemurnian
(REFINING)
Gula mentah itu dikirim ke
kilang pemurnian
(refinery) ; gula mentah ini mengandung sekitar 96 persen sukrosa
murni. Untuk membuatnya benar-benar (100 %) murni, gula mentah dihancurkan,
dicuci, diputar dalam mesin sentrifugal, dan dilelehkan menjadi cairan kuning
jernih dan bersih lalu Kemudian disaring melalui arang (Char—bone atau vegetable)
dalam sebuah tangki. Setelah cairan melalui arang, gula itu murni dan tidak
berwarna. Kemudian dikirim kembali ke panci vakum (Vacuum pan) untuk direbus
dan dikirim ke sentrifugal.
|
Pabrik Gula |
Produk akhir , adalah butir
putih seperti salju, dikeringkan dan disaring melalui suatu saringan ke dalam suatu
wadah menurut berbagai ukuran kristal. Kemudian dikemas sebagai apa yang sering disebut sebagai gula pasir. Itulah produk akhir "Pabrik Gula".
Sementara itu seringkali tebu diproses menjadi gula oleh para petani di desa-desa dengan cara yang sederhana (traditional). Cara traditional ini di beberapa tempat di Indonesia, sekarang masih dilakukan.
Ampas
tebu (bagasse) a.l digunakan sebagai bahan bakar (untuk tungku
pabrik gula itu sendiri), dibuat kertas (mis : di Indonesia di Pabrik Kertas
Padalarang dan Pabrik Kertas Leces) atau dibuat papan dinding (wallboard).
Sebagaimana diketahui sejak sekitar
tahun 1795 pengolahan tebu telah menjadi bagian dari industry yaitu industry gula.
Industry gula ini produk utamanya adalah gula (sugar cane) dan sejumlah produk
sampingan (by product) seperti tetes tebu (molasses), methanol (spiritus), bagasse
dan lain-lain.
- Tetes (molasses) yang
berkualitas tinggi digunakan untuk bahan tambahan makanan seperti permen (candy), roti dan
kue, sedangkan yang berkualitas rendah untuk tambahan makanan ternak dan pupuk
tanaman dll
- Methanol (spiritus) a.l
digunakan sebagai bahan baku pembuatan bahan kimia lain (mis: formaldehida),
denitrifikasi bakteri pada limbah, bahan bakar dll.
- Ampas tebu (bagasse) a.l digunakan
sebagai bahan bakar (untuk tungku pabrik gula itu sendiri), dibuat kertas (mis
: di Indonesia di Pabrik Kertas Padalarang dan Pabrik Kertas Leces), dibuat
papan dinding (wallboard) dan lain-lain.
Industri gula (Industri berbasistebu) sesungguhnya dalam jangka panjang
memiliki peranan yang sangat penting dan strategis, hal ini karena :
- Gula dari tebu adalah salah satu, kalau tidak yang utama, pendukung
industry makanan. Dengan kata lain mendukung ketahanan pangan. Bukankah tanpa
gula makanan itu tidak banyak berarti bagi manusia.
- Gula dapat mendukung industry energy. Industry berbasis tebu dapat
menghasilkan gula secara berkesinambungan, maka akan dapat mendukung industry
enegy yang berbasis fosil (minyak bumi dan batubara) yang tidak dapat
diperbaharui secara berarti. Ingat gasohol (campuran gasoline dengan alkohol) di Brazil
Dengan memiliki industry berbasistebu yang kuat, maka suatu negara akan memiliki ketahanan pangan dan energy yang kuat pula. Ketahanan pangan dan energy adalah sangat penting bagi
kelangsungan hidup suatu Bangsa dan Negara.
Sebagai gambaran produksi gula Indonesia pada tahun 2017
hanya sekitar 2,5 juta ton, diperkirakan s/d tahun 2022 tidak banyak berubah.
Industry gula di Indonesia telah dimulai
pada masa penjajahan Belanda (1870). Seperti diketahui kebijakasanaan pemerintah kolonial Belanda waktu itu antara
lain membari hak sewa tanah untuk penggunaan kebun-kebun selama 70 tahun, maka
bermunculanlah pabrik-pabrik gula.
Sebelum Perang Dunia II, di pulau
Jawa saja ada lebih dari 150 pabrik gula (Sugar cane factory). Namun kini
(tahun 2017) tidak lebih dari 25 pabrik gula saja yang masih beroperasi.
Indonesia yang semula adalah Negara pengekspor gula (sugar exporting country), kini adalah Negara
pengimpor gula (sugar importing country).
Pemerintah Republik Indonesia telah
berusaha membangun kembali industry gula seperti tampak dengan dilakukannya
modernisasi sejumlah pabrik-pabrik gula dan dibangunnya beberapa pabrik gula baru di
Sumatra dan Sulawesi (juga di Kalimantan ?). Usaha itu belum berhasil, hal itu
tampak dari produksi gula yang masih rendah dan masih perlunya Indonesia
melakukan impor gula.
Sebagai gambaran
produksi gula Indonesia pada tahun 2017 hanya sekitar 2,5 juta ton
(diperkirakan s/d tahun 2022 tidak banyak berubah). Sementara itu konsumsi gula
(konsumsi gula untuk industry dan rumah tangga) pada tahun yang sama (2017) diperkirakan
5.7 juta ton. Dan jika hanya diperhitungkan konsumsi gula untuk rumah tangga saja, maka
jumlahnya diperkirakan 2,9 juta ton, jadi tetap harus impor.
Demikianlah
bahasan dan renungan singkat tentang gula tebu (sugar cane). Semoga bermanfaat.
*
Neither sugar nor salt tastes particularly good by itself. Each is at its best when used to season other things (Anonym).
*