Ngunandiko. 145
Perang
(Bagian ke-1)
Seperti diketahui Korea
Utara telah cukup lama terisolasi dari pergaulan masyarakat dunia, utamanya akibat
politik Amerika Serikat & Co. Guna melawan isolasi tersebut Korea Utara telah
berusaha kuat mencari legitimasi dan penghormatan di panggung pergaulan
masyarakat dunia a.l dengan membuat dan mengumpulkan persenjataan nuklir.
Pertikaian antara Amerika Serikat & Co dengan Korea Utara tersebut, pada awal abad ke-21 ini antara lain seperti tampak dari sejumlah sangsi PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa) yang disponsori oleh Amerika Serikat, serta perang kata-kata dan caci maki antara presiden Donald Trump dan presiden Kim Jong-un.
Apakah pertengkaran antara
Amerika Serikat dengan Korea Utara tersebut akan menjadi “Perang” yang
sesungguhnya ? Kiranya tidak akan terjadi, karena perang akan beresiko digunakannya
senjata nuklir yang dapat menghancurkan dunia secara keseluruhan “Menang jadi arang, kalah jadi abu”. Namun jika perang nuklir tetap terjadi, maka manusia harus dapat mempersiapkan tempat untuk mengungsi di ruang angkasa agar tidak musnah.
Sehubungan dengan hal itu, pada kesempatan ini “Ngunandiko” ingin secara singkat membahas dan merenungkan tentang “Perang”.
Sehubungan dengan hal itu, pada kesempatan ini “Ngunandiko” ingin secara singkat membahas dan merenungkan tentang “Perang”.
Mengenai pengertian perang
itu sendiri, berbagai sumber mengatakan hal
yang beragam tentang perang itu, namun pada dasarnya adalah sbb :
- Kita telah lama mengenal adanya istilah perang seperti : perang agama (misalnya : perang salib) : perang saudara (misalnya : perang civil di Amerika) ; perang suku (misalnya : perang antar suku di Papua) ; perang dunia (misalnya : perang dunia pertama) dan lain-lain.
- Sementara itu Wikipedia membagi perang dalam beberapa jenis yang bersifat umum seperti : (1) Perang Dunia ; (2) Perang Ekonomi ; (3) Perang Politik ; (4) Perang Agama ; (5) Perang Nuklir, dan yang bersifat terbatas seperti : (1) Perang-saudara ; (2) Perang Suku ; (3) Perang Antar Negara ; (4) Perang Ekspansi.
- Encyclopedia Britannica : War, in the popular sense, a conflict among political groups involving hostilities of considerable duration and magnitude, in the usage of social science, certain qualifications are added. Sociologists usually the apply term to such conflicts only if they are initiated and conducted in accordance with socially recognized forms. They treat war as an institution recognized in custom or in law. Military writers usually confine the term to hostilities in which the contending groups are sufficiently equal in power to render the outcome uncertain for a time. Armed conflicts of powerful states with isolated and powerless peoples are usually called pacifications, military expeditions, or explorations, with small states, they are called interventions or reprisals, and with internal groups, rebellions or insurrections. Such incidents, if the resistance is sufficiently strong or protracted, may achieve a magnitude that entities them the name “war”
“Ngunandiko”
dalam membahas dan merenungkan tentang perang ini akan mengikuti pendapat Tan Malaka, yaitu bahwa
pengertian perang dapat dibagi dua berdasarkan pertentangan yang nyata. Sehingga
pengertian perang satu dengan yang lain tidak saling tutup-menutupi, melainkan
benar-benar berpisah-pisahkan sbb :
1. Pertama
: Perang yang dilakukan oleh satu Negara Ceroboh terhadap Negara lain dengan
maksud memeras dan menindas Negara lain itu.
2. Kedua :
Perang yang disambut oleh satu Negara yang diserang untuk mengelakan diri dari
serangan atau bagi membebaskan diri dari pemeras dan penindas Negara lain yang
sudah berlaku.
Perang jenis-pertama itu, dinamakan
: “PERANG PENINDASAN” dan Perang jenis-kedua dinamakan : “PERANG KEMERDEKAAN”.
Perang jenis pertama antara lain adalah peperangan di jaman dahulu (jaman feudal), dimana NEGARA REBUT NEGARA,
di benua Asia, Afrika dan Eropa, yang banyak kita kenal dalam cerita dan
dongeng. Kebanyakan Perang Penindasan itu dilakukan di zaman kapitalisme kita
sebut “PERANG IMPERIALISME”. Hasrat atau tujuan peperangan imperialisme pada
dasarnya adalah:
a. menguasai sumber
bahan mentah (minyak bumi, batubara, karet, kopi dll);
b. menguasai pasar
(hasil industry Negara penjajah dll);
c. menguasai tempat
untuk menanamkan modal-nya (pabrik-pabrik khususnya industry hilir, bank,
asuransi dll).
Sudah
barang tentu ada tujuan-tujuan lain dari peperangan tersebut, namun pada
hakekatnya semuanya berpangkal pada ketiga tujuan tersebut diatas.
Sedangkan
perang jenis-kedua, yang kita namakan :
“PERANG KEMERDEKAAN” dapat kita
bedakan dalam :
a. peperangan, dimana
rakyat suatu Negara melawan rakyat Negara lain yang hendak menjajahnya ;
b. peperangan, dimana
rakyat suatu Negara melawan rakyat Negara itu sendiri (war between the people
of same state or country). Perang ini juga disebut “Perang
Saudara” atau “Civil War” .
Untuk
memperoleh gambaran, marilah kita melihat sejumlah perang yang pernah terjadi
di muka bumi pada masa yang lalu sebagai contoh sbb :
1 . Perang Persia
Perang
ini dimulai dengan pemberontakan kota-kota dipantai Asia-kecil yang didiami
orang Yunani terhadap Darius I (raja Persia). Meskipun dibantu oleh Athena dan
Eretria, Darius berhasil memadamkan pemberontakan (494 SM). Darius kemudian
hendak menghukum Athena, Eretria dan menganeksasi seluruh Yunani. Ekspedisi
yang pertama (492 SM) berakhir, ketika sebuah badai menghancurkan armada Persia.
Ekspedisi yang kedua (490 SM) setelah menghancurkan Eretria menuju Athena,
tetapi dihancurkan dekat Marathon oleh pasukan-pasukan Athena yang lebih kecil
jumlahnya (dibantu orang Plataca) dibawah pimpinan yang gemilang Miltiades.
Pasukan-pasukan Sparta yang dikirim membantu, tiba terlambat di medan
pertempuran. Darius merencanakan ekspedisi yang lebih kuat, tetapi meninggal
sebelum dapat melaksanakannya. Putranya Xerxes I memimpin ekspedisi itu (480
SM). Tentaranya yang besar itu tertahan di Thermopylae oleh suatu pasukan kecil
yang dipimpin Leonidas dari Sparta yang gugur bersama dengan
prajurit-prajuritnya. Themistocles tidak bermaksud mempertahankan kota itu,
melainkan menghacurkan armada Persia dekat Salamis. Xerxes kembali ke Persia ;
di Yunani ditinggalkan sebuah tentara dibawah pimpinan Mardonius yang dianjurkan
orang Yunani dibawah pimpinan Pausanias dari Sparta dan orang Athena dibawah
Aristides, dekat Plataca (479 SM).
Armada
Athena mencapai kemenangan juga di Mycale. Perang berlangsung beberapa tahun
berturut-turut, tetapi akibatnya kota-kota Yunani bebas, sehingga mulailah masa
keemasan negeri itu.
2. Perang Diponegoro
(Perang Jawa)
Seperti
diketahui seorang Pemimpin adalah timbul ditengah-tengah meningkatnya lelaliman,
penjajahan, dan gejolak pemberontakan rakyat untuk menegakkan kembali keadilan,
kedaulatan tanah air, serta keluhuran bangsa dan agama. Diponegoro, sebagai
putra raja tertarik kepada hidup keagamaan dan berdiri dipihak rakyat banyak.
Sebagai Pangeran, Diponegoro gigih menjaga dan mempertahankan keluhuran keraton,
enggan mengikuti atau menuruti perintah-perintah yang bersumber kepada penguasa
Belanda yang sifatnya merongrong tatatertib adat keraton dan merendahkan
kedudukan raja yang berdaulat. Namun politik pecah belah penjajah asing (Belanda)
menyebabkan Pangeran Diponegoro lebih suka berada ditempat kediamannya di
Tegalrejo diluar ibukota Yogyakarta daripada memperlihatkan diri dalam lingkungan
kraton. Sikap menentang Pangeran Diponegoro terhadap penjajah itu diketahui
benar oleh Belanda yang dengan segala jalan
berusaha untuk menyisihkan bangsawan tinggi ini dari dikalangan kraton dan
rakyat.
Awal
Perang-Diponegoro ini terjadi pada waktu Sultan Hamengku Buwono V yang baru
berusia dua tahun naik tahta (1822). Untuk mendampingi Sultan itu dibentuk
suatu Dewan Mangkubumi (Pangeran
Diponegoro ditunjuk sebagai salah seorang anggotanya), sedangkan pemerintahan
sehari-hari dilakukan oleh Patih Danurejo bersama Residen Belanda. Cara
pembentukan perwalian ini tidak disetujui oleh Pangeran Diponegoro yang oleh
karenanya beliau menarik diri dan tetap tinggal di Tegalrejo, serta tidak
bersedia dipanggil di kekota.
Pasukan Belanda |
Dalam perkembangan selanjutnya Pangeran Diponegoro mengetahui bahwa pihak penjajah Belanda berusaha untuk menangkapnya. Pada suatu ketika dalam 1825 hendak dibangun jalan yang melintasi tanah Tegalrejo. Pancang-pancang dipasang tanpa perundingan dan persetujuan Pangeran Diponegoro lebih dahulu. Tiap kali pancang-pancang dipasang, kali itu pula Pangeran Diponegoro memerintahkan mencabutinya. Maka Pangeran Mangkubumi, pamanda Pangeran Diponegoro, disuruh oleh Residen untuk menemui dan memanggil Pangeran Diponegoro. Pada waktu pertemuan kedua bangsawan tersebut sedang berlangsung di Tegalrejo, dengan tidak terduga-duga terdengar dentuman meriam yang dibalas tembakan-tembakan rakyat penjaga Tegalrejo.
Dengan
peristiwa provokasi itu meletuslah Perang Diponegoro (20 Juli 1825). Kedua
bangsawan tersebut meninggalkan Tegalrejo (yang kemudian dibakar habis oleh
pasukan Belanda), menuju Selarong yang dijadikan markas besar peperangan. Kabar
perang cepat tersiar, rakyat dimana-mana bangkit mengikuti perlawanan
Diponegoro. Medan perang meluas keseluruh daerah Bagelen, Kedu, Banyumas,
Pekalongan, merembet ke daerah semarang, Rembang, Blora, Rajegwesi
(Bojonegoro), Madiun dll.
Banyak
kaum bangsawan Yogyakarta, bupati-bupati, ulama-ulama, pemuka-pemuka rakyat
ikut berperang dipihak Diponegro. Ledakan perang ini sangat mengejutkan
Belanda. Jenedral H.M De Kock ditugaskan memimpin pihak Belanda menghadapi
Diponegoro.
Jenderal
van Geen dengan pasukan-pasukannya yang bertugas di Sulawesi didatangkan untuk
membantu, bahkan bantuan dari Nederland pun diperlukan. Namun kekerasan dan
kekuatan senjata tidak mampu menundukkan Diponegoro. Siasat sikap manis,
berunding dengan janji muluk-muluk (Hadiah wang, gelar, pangkat) dijalankan
oleh Belanda. Perantara/mata-mata orang China, Arab, ulama/ulama tawanan sanak
keluarga Diponegoro dan Mangkubumi, bangsawan-bangsawan Jawa yang berdiri
dipihak Belanda dikerahkan untuk melunakkan pemimpin-pemimpin dipihak
Diponegoro.
Dari
segi milier Jenderal De Kock mencetuskan siasat perbentengan (bentengstelsel) . Ditiap daerah yang
direbut, didirikan benteng dengan penjagaan tentara yang kuat dan persenjataan
yang cukup ; dengan demikian mempersempit dan mempersulit lapang gerak
Diponegoro. Meskipun biaya yang dikeluarkan untuk itu sangat besar, lambat laun
hasilnya terlihat juga. Akhir tahun 1828 dan 1829 merupakan tahun surut bagi
pihak Diponegoro.
Dengan
tipu muslihat dan perundingan, Kiayi Mojo dapat ditawan di Klaten (Nopember
1828). Isteri dan tiga orang putera Pangeran Mangkubumi menyerah pada Belanda
(Juli 1829). Pangeran Mangkubumi sendiri yang karena usia lanjut tidak kuat
terus mengikuti gerak gerilya Pangeran Diponegoro kembali ke Yogya (September
1829). Panglima muda Ali Basah Sentot Prawirodirjo akhirnya menuruti bujukan Belanda
dan memasuki Yogya dengan disambut secara kebesaran oleh Jenderal De Kock
sendiri (24 Oktober 1829).
Pukulan-pukulan
hebat ini tidak mematahkan semangat Pangeran Diponegoro, tetapi mengingat
keadaan, Pangeran Diponegoro tidak lagi tegas menolak perundingan atas dasar
sama derajat dengan pihak Belanda. Hubungan pertama dengan Kolonel Cleerens
berlangsung disebuah desa didaerah Begelen, tempat markas Pangeran Diponegoro
(16 Pebruari 1830). Pangeran Diponegoro percaya akan janji-janji manis dan jiwa
ksatria Cleerens, akhirnya dapat dibujuk untuk berpindah ke Menoreh, mendekati
Magelang tempat markas Jenderal De Kock. Pada 21 Pebruari 1830 Pangeran
Diponegoro dengan para pengikutnya dan diiringi Kolonel Cleerens tiba di
Menoreh dengan sambutan rakyat yang meriah. Waktu itu bulan puasa. Pangeran
Diponegoro dibiarkan bebas, tidak diganggu, malahan disanjung sanjung dengan
pemberian hadiah-hadiah berupa uang, beberapa ekor kuda tunggangan yang bagus,
bahan pakaian laken untuk para pengikut, sedang persediaan makanan tidak
kurang-kurang.
Hari
Lebaran dirayakan dengan meriah. Esok harinya (28 Maret 1830) Pangeran
Diponegoro dengan pengikut-pengikutnya memasuki Magelang untuk mengadakan
kunjungan kehormatan/persahabatan dengan Jenderal De Kock. Pangeran diterima
dengan segala kehormatan dalam kamar kerja Jenderal. Pertemuan berlangsung
singkat. Jenderal De Kock memaksa perundingan dan mendesak Pangeran Diponegoro
untuk mengemukakan syarat-syarat yang diinginkan untuk menghentikan perang.
Diponegoro menghendaki Negara merdeka dan pimpinan mengatur agama Islam di
pulau Jawa. Jenderal De Kock menolaknya, tidak mengijinkan Diponegoro
meninggalkan ruangan dan menangkapnya. Ternyata Belanda telah menyiapkan
penyergapannya dengan rapi dan teliti. Jaminan kekebalan dan janji-janji manis
lain Kolonel Cleerens (yang tidak ikut hadir) dikhianati. Dengan cepat Pangeran
Diponegoro dibawa keluar, dinaikkan kereta yang sudah tersedia menuju benteng
di Ungaran dengan pengawalan keras (28 Maret 1830). Dari Ungaran dibawa ke
Semarang dan kemudian dengan kapal ke Jakarta, 8 April 1830 sampai di Jakarta
dan ditawan di STADHUIS.
Pada
3 Mei 1830 diberangkatkan dengan kapal POLLUX ke Menado (dicapai 12 Juni 1830)
dan ditawan dalam benteng Amsterdam, 1834 dipindahkan ke benteng Rotterdam di
Makassar, tempat Pangeran Diponegoro wafat pada 8 Januari 1855. Jenasah
dimakamkan dikampung Melayu, kota Makasar. Isteri dan putra-putra yang
ditinggalkan memutuskan untuk tetap tinggal di Makasar (dengan tidak sengaja
sesuai dengan niat Belanda untuk melarang mereka kembali ke tanah Jawa, karena
dikuatirkan kalau-kalau semangat Diponegoro yang temurun dari bapak ke anak
akan berkobar kembali).
3. Perang Candu (1839
– 1842)
Perang
Candu adalah perang antara China dan Inggris. Inggris telah lama menghendaki
agar China membuka pelabuhan-pelabuhannya buat perdagangan luar negeri. Untuk itu,
Inggris menjalankan siasat “candu”. Sejak tahun 1800-an diselundupkan candu
masuk ke China.
Perdagangan
gelap obat bius (candu) menjadi merajalela. Inggris untung besar, tetapi rakyat
China menjadi korban. Maka atas perintah kaisar (Kaisar Dauguang), candu milik Inggris di Kanton (Guangzhou) yang
berjumlah ribuan peti dan berharga puluhan juta dollar, dihancurkan (1839).
Hal
itu dipergunakan oleh Inggris untuk menyatakan perang terhadap China. Dan China
kalah, terpaksa menanda tangani perjanjian Nanjing (suatu unequal-treaty) pada
tahun 1842. China membuka pelabuhan-pelabuhan Guangzhou (Kanton), Shanghai, Amoy, Fuzhou (Foochow),
dan Ningbo untuk perdagangan dengan Inggris & Co ; serta menyerahkan
Hongkong dan pulau-pulau kecil disekitarnya kepada Inggris.
4. Perang Salib.
Perang
Salib perang antara penganut agama Kristen dan Islam 1096 – 1291 memperebutkan
Yerusalem (Palestina). Perang Salib berlangsung lk dua abad, walaupun tidak
secara terus menerus, bahkan sebaliknya, sebagian besar waktu adalah masa
damai, orang Kristen dan Islam hidup berdampingan.
Jauh
sebelum jaman Islam, Yerusalem sudah merupakan tempat kaum Kristen, orang
Kristen dari mana-mana datang berziarah ditempat-tempat suci mereka di
Yeruzalem. Waktu Palestina berada dibawah pemerintahan kalifah-kalifah Islam
perjalanan Jemaah Kristen itu tidak menemui gangguan ; mereka bebas menunaikan
ajaran agamanya.
Keadaan
itu berbah ketika suku Turki-Seljuk Islam berkuasa (Pertengahan Abad
kesebelas). Sikap mereka keras memusuhi agama Kristen ; Jemaah Kristen merasa
diperlakukan tidak baik. Lain daripada itu daerah-daerah Byzantium (Romawi
Timur) banyak menderita rongrongan orang Seljuk, bahkan ibukotanya ,
Konstantinopel terancam.
Maka
Kaisar Alexius Comnemus minta bantuan dan mengajak Paus Urbanus ke-11
bersama-sama merebut Palestina dari tangan kaum Seljuk. Paus menyambut baik
permintaan tersebut. Dalam pidatonya yang berapi-api di Clermont (Perancis
Selatan) Bapak Suci (Paus) mengobar-ngobarkan semangat umat Kristen untuk
bangkit merebut tanah suci dari orang-orang bukan-Kristen (26 Nopember 1095).
Hasil panggilan itu hebat sekali. Tidak kurang dari 150.000 orang dari segala
lapisan pada musim semi tahun berikutnya (1096) berkumpul di Konstantinopel
(Istambul). Mereka masing-masing mengenakan tanda salib merah pada pakaiannya
(dari itu peperangan disebut Perang Salib). Perang Salib yang pertama mulai.
Mereka berangkat melalui Asia Kecil menuju Palestina. Berturut-turut
ditaklukkan Edessa, Tarsus, Antiokia, dan Aleppo (1098).
Setelah
kota Yerusalem yang dipertahankan oleh lk 1.000 prajurit garnisun Mesir
dikepung selama sebulan, kota diserbu (15 Juli 1099). Pembunuhan besar-besaran
terjadi. Berhasillah tujuan Perang Salib pertama. Pemimpin mereka Godfried dari Bouilon diangkat sebagai
raja Palestina. Didirikan kerajaan-kerajaan kecil Kristen di Suriah-Palestina,
antara lain Edessa, Antiokia, dan Tripoli. Tetapi kerajaan-kerajaan itu tidak
hidup lama.
Setengah
abad kemudian Edessa dkuasai pihak Islam kembali (lk 1150). Karenanya Perang
Salib II dilancarkan, tetapi tentara Salib menderita kekalahan hingga tidak
menghasilkan apa-apa. Kedudukan kerajaan-kerajaan Kristen bertambah sulit
setelah SALADDIN bertahta sebagai Sultan di Mesir. Sultan Saladdin bertekat
mengembalikan kedaulatan Islam atas daerah-daerah yang hilang dalam Perang
Salib I . Mula-mula Tibertas ditaklukkan (1 Juni 1187), disusul dengan kota
Hittin yang berdekatan. Yerusalem mendapat gilirannya dan menyerah (2 Oktober
1187) . Hampir seluruh tentara Perancis yang berjumlah 20.000 orang tertawan.
Saladdin memperlakukan pemimpin-pemimpin tawanan itu sepadan dengan amal perbuatannya
masing-masing. Guy de Lusignan, raja
Yerusalem, yang menyerahkan diri, diterimanya dengan hormat.
Sebaliknya
terhadap Reginald de Chatillon sebagai
komandan pasukan ia beberapakali menyerang dan merampok kafilah-kafilah dan
tindakan-tindakan lain yang melanggar perjanjian ; ia dibunuh dimuka umum.
Sesuai dengan tata perang waktu itu. Saladdin menuntut upeti uang mas untuk
menebus diri para tawanan, tetapi beliau tahu bahwa banyak diantara mereka
tidak akan mampu membayarnya. Maka puluhan ribu orang tawanan perang
dilepaskan.
Jatuhnya
Yeruzalem menggemparkan, tetapi juga mempersatukan raja-raja di Eropa Barat
yang paling berkuasa. Kaisar Jerman Frederick
Barbarossa, Raja Inggris Richard Lion Heart (Richard ber-Hati-Singa) dan
Raja Perancis Philip Augustus bersepakat melancarkan Perang Salib III (1189 –
1192), masing-masing memimpin tentaranya sendiri. Jumlah tentara mereka
melampaui yang lampau, tetapi hasilnya tidak memadai juga.
Kaisar
Jerman jalan darat : Kaisar Jerman itu meninggal di Antiokia, Cilisia ;
tentaranya kebanyakan pulang kembali. Raja Richard dalam perjalanannya
menalukkan Cyprus, sementara itu orang-orang Kristen ditanah suci membentuk
pasukan dibawah pimpinan Guy de Lusignan, raja Yerusalem ini tertawan dalam
Perang Salib II dan bersumpah kepada Sultan Saladdin tidak akan mengangkat
senjata lagi.
Diperkuat
dengan sisa-sisa tentara Jerman dan Inggris mereka mengepung kota Accon. Esok
harinya Saladdin sudah datang siap menghadapi musuh. Ditengah-tengah
berkecamuknya pertempuran datanglah Raja Inggris Richard Lion Heart dengan
armadanya. Suatu tambahan senjata yang tidak dimiliki oleh Saladdin.
Konon
waktu itu Saladdin dan Richard bertukaran tanda mata, meskipun mereka belum
pernah bertemu. Kota Accon dikepung selama dua tahun dari darat dan laut (27
Agustus 1189 – 12 Juli 1191). Akhirnya Accon menyerah.
Raja
Richard menuntut upeti 200.000 uang emas. Ternyata setelah sebulan tuntutan tersebut tidak dipenuhi, dan Raja
Richard memerintahkan membunuh 27.000 orang tawanannya. Accon kemudian
dijadikan markas besar Kristen.
Perundingan
perdamaian Kristen – Islam berlangsung berlarut-larut. Akhirnya tercapailah
perjanjian perdamaian. Ditetapkan antara
lain : daerah-daerah pesisir dikuasai pihak Kristen/pihak Barat dan daerah
pedalaman menjadi milik Islam (2 Nopember 1192). Sultan Saladdin tidak lama
mengalami masa perdamaian tersebut . 19 Pebruari 1193 beliau wafat pada usia 55
tahun.
Perang
Salib IV dilakukan atas anjuran Paus Innocentius III, bersekutu dengan kota
Venetia dan bekas kaisar Yunani (lk 1200). Mereka lebih banyak berurusan dengan
kerajaan Romawi daripada memerangi orang Islam.
Perang
Salib V (1228 -1229) dipimpin oleh Kaisar Jerman, Frederik II, cucu Barbarosa.
Kali ini juga tidak berhasil merubah kedudukan tanah suci ; hanya didapat
kekeluasaan bagi Jemaah Kristen berziarah ke Yerusalem seperti dahulu.
Perang
Salib VI dilancarkan oleh Raja Perancis Louis
atau Lodewijk IX. Dia berhasil
merebut kota Dimyat di Mesir (1249) dan meneruskan serangannya kearah Kairo.
Dalam perjalanannya ini banyak ditemui rintangan (rawa-rawa, air banjir sungai
Nil, penyakit menular dll), hingga seluruh tentaranya terpukul mundur. Raja
Louis dan kaum bangsawan lainnya tertawan. Setahun kemudian mereka dibebaskan
setelah membayar upeti dan memperbaiki kota Dimyat.
Sementara
itu bangsa Turki-Mameluk telah
merebut tahta sultan Mesir. Wangsa Mameluk memerintah dua setengah abad lamanya
(1250 – 1517). Kerajaannya meliputi Mesir dan daerah pantai Asia Barat. Sultan
Mameluk terbesar adalah Sultan Baybars.
Pasukan Kristen |
Dalam masa pemerintahan Baybars ini raja Perancis Lodewijk IX untuk kedua kali melancarkan Perang ( Perang Salib VII) dengan tujuan kota Tunis. Disana raja Lodewijk IX ketularan penyakit yang berjangkit dalam tentaranya hingga mengakibatkan wafat (1270).
Dalam
pada itu Baybars sebelumnya sudah melakukan serangan terhadap kedudukan orang
Barat cq.Kristen. Kota-kota Kerak, Jaffa, Antioka direbut (1263). Dibawah
pengganti Baybars kota-kota Tyrus, Sidon, Beirut, Antartus ditaklukkan. Tidak
terkecuali Accon, markas besar kaum Kristen (1291). Berakhirlah Perang Salib
yang menggelombang selama dua abad.
Tujuannya
semula merebut kembali Yerusalem (Palestina) dari tangan Islam tidak tercapai,
malahan kedudukkan Barat cq.Kristen di Suriah (Palestina) hilang. Keuntungan
didapat dalam bidang lain. Disebabkan oleh rentetan perang itu, maka Barat
mengenal dan kemudian memanfaatkan peradaban, kemajuan, dan kebudayaan
bangsa-bangsa Timur yang lebih tinggi dari milik mereka sendiri waktu itu.
Unsur-unsur dari Timur ditanam dan menyebar di Barat. Lain daripada itu
hubungan dagang Asia-Eropah menjadi hidup dan berkembang (bersambung).
*
Life on Earth is at the ever-increasing risk of being wiped out by a
disaster, such as sudden global nuclear war, a genetically engineered virus or
other dangers we have not yet thought (Stephen
Hawking).
Read more at: https://www.brainyquote.com/topics/war
*
Bung Wahyudi ! Jangan-jangan negara-negara yang ingin menguasai Indonesia juga menjalankan siasat "Perang Candu" seperti waktu Inggris mengalahkan China pada masa lalu ! Pendapat Anda ?
BalasHapusBung Yos ! Perang melawan COVID-19, belum dibicaran dalam bahasan ini ! Maaf !
BalasHapusDepo 20ribu bisa menang puluhan juta rupiah
BalasHapusmampir di website ternama I O N Q Q.ME
paling diminati di Indonesia,
di sini kami menyediakan 9 permainan dalam 1 aplikasi
~bandar poker
~bandar-Q
~domino99
~poker
~bandar66
~sakong
~aduQ
~capsa susun
~perang baccarat (new game)
segera daftar dan bergabung bersama kami.Smile
Whatshapp : +85515373217