Ngunandiko 135
Orang-hitam Amerika
(Black Americans)
Bagian. 2
Orang kulit
hitam, pada umumnya memilih model cara hidup seperti orang kulit putih. Orang kulit
hitam mengorganisir gereja, membangun
sekolah dan lain-lain bagi mereka sendiri. Pada tahun 1820-an dan 1830-an, di New York City,
orang kulit hitam memiliki teater sendiri, di mana aktor kulit hitam tampil.
Orang kulit hitam membentuk kelompok masyarakat, klub, dan berbagai kelompok
eksklusip. Surat kabar (koran) orang
hitam pertama adalah “Freedom's Journal”, diedit oleh John Russwurm, terbit
untuk pertama kalinya di New York City pada tahun 1827.
|
Sojounrner Truyh |
Dua puluh tahun kemudian
(sekitar tahun 1850), di Rochester, New York, seorang penentang perbudakan (abolitionist)
berkulit hitam, Frederick Douglass, menerbitkan surat kabar “The North Star (Bintang Utara)”, yang
dikenal di seluruh dunia. Seperti halnya banyak mantan budak, Douglass juga
menerbitkan riwayat hidupnya, pertama kali muncul pada tahun 1845. Douglass
menulis dan berbicara tentang kebebasan, keadilan, dan cita-cita kesetaraan—sesuatu
yang sangat berarti bagi orang-orang yang berada dalam perbudakan.
Salah satu wanita yang berbicara paling lantang tentang anti perbudakan adalah
Sojouner Truyh (1797 - 1883)—Sojourner Truth (Isabella Baumfree),
aktivis hak asasi wanita, lahir sebagai budak di Swartekill, New York. Wikipedia.
Sojouner Truyh mendapatkan kebebasannya
ketika New York menyatakan “bebas budak”
pada tahun 1827. Pada tahun 1843, Sojouner Truyh menyatakan bahwa "Jiwanya
Terpanggil” untuk berkhotbah melawan perbudakan.
Di Selatan, seperti halnya
di Utara, sejumlah orang kulit putih, sebagian besar kaum Quaker, aktif dalam
gerakan para penentang perbudakan (abolitionist). Kaum Quaker atau orang-orang Perkumpulan
Agama Sahabat (Religious Society of Friends) adalah suatu kelompok orang-orang Kristen
Protestan. Kaum Quaker itu muncul pada abad ke-17 di Inggris. Pendiri
"Perkumpulan Agama Sahabat" itu adalah George Fox (1624-1691), dia putra
seorang tukang tenun yang lahir di Leicestershire, Inggris (lihat Wikipedia). Sementara itu ada
suatu jaringan abolitionist yang disebut “Underground Railroad”, jaringan ini
telah membimbing 100.000 budak untuk mencari
kebebasan. (The Underground
Railroad was a network of secret routes and safe houses established
in the United States during the
early-to-mid 19th century, and used by African-American slaves to escape
into free states and Canada with
the aid of abolitionists and allies who
were sympathetic to their cause (Wikipedia). Pada waktu itu seorang abolitionist yang
paling terkenal adalah Harriet Tubman, seorang pelarian budak.
Pihak properbudakan telah memperoleh
kemenangan politik dan hukum yang penting pada tahun 1820. Pada tahun itu
tercapai suatu kesepakatan yang disebut Kompromi-Missouri (the Missouri
Compromise).
Di Selatan banyak juga abolisionist
orang kulit putih, seperti James G. Burney (Editor surat kabar abolisionis The
Philanthropist), Levi Coffin (Presiden Underground Railroad), William Lloyd Garrison
(editor The Liberator), Wendell Phillips (orator dari Boston) dan John Brown (abolisionist
dari Kansas). Disamping itu, pada tahun 1859, ada sejumlah orang putih mengambil
paksa senjata dari suatu gudang federal di Harper's Ferry, West Virginia ; dan
mendistribusikan senjata-senjata itu ke para budak di daerah-daerah sekitarnya.
Dapat dikemukakan bahwa banyak
orang kulit putih yang tinggal di Utara yang merasa berada dalam suasana perbudakan antara lain Stephen Douglas
dari Illinois. Banyak orang kulit putih di Indiana dan Ohio yang bersimpati
dengan para budak, namun takut dikeroyok orang jika menunjukkan rasa simpatinya
itu secara terbuka.
Pihak properbudakan
memperoleh kemenangan politik dan hukum yang penting pada tahun 1820. Pada
tahun itu dicapai suatu kesepakatan yang disebut Kompromi-Missouri (the
Missouri Compromise). Menurut Kompromi-Missouri, perbudakan di negara-negara
bagian baru (hasil Pembelian Louisiana) yang terletak di perbatasan selatan sungai
Missouri masih diizinkan perbudakan Sedangkan Kompromi 1850 mengizinkan negara-negara
bagian (kecuali California) diluar wilayah yang dimenangkan dari Meksiko diberi
kebebasan untuk memutuskan sendiri (soverignity populer) apakah menginginkan
perbudakan atau tidak. The Fugitive Slave Law (Hukum Buruh Budak) yang telah
disahkan, mewajibkan orang-orang bebas membantu menangkap para budak yang melarikan
diri. Pada tahun 1854, Undang-Undang Kansa-Nebraska memperluas kebebasan
melakukan perbudakan ke wilayah-wilayah yang sebelumnya dilarang oleh Kompromi-Missouri (the Missouri Compromise).
Konflik antara yang ingin menghapus dan yang ingin mempertahankan
perbudakan, membuat
konflik itu menjadi semakin panas setiap tahunnya. Konflik adalah konflik moral. Satu pihak mengatakan bahwa perbudakan itu salah,
pihak lain mengatakan bahwa perbudakan itu benar. Tapi bukan argumen ini
saja yang membawa pada Perang Sipil AS di tahun 1861.
Penyebab Perang Sipil (Civil War) adalah politik dan ekonomi. Presiden
Abraham Lincoln mengatakan bahwa perang itu adalah untuk menyelamatkan kesatuan
politik negara (political union of the states). Bukan
perang untuk membebaskan para budak. Bahkan “Proklamasi Emansipasi (the Emancipacion Proclamation)”, yang dikeluarkan
oleh Presiden pada tanggal 1 Januari 1863, tidak membebaskan semua budak. Perang
ini hanya membebaskan orang-orang budak di "negara-negara yang sekarang berlangsung
pemberontakan". Hal itu, memperkeras sikap dan tekad Selatan untuk
mempertahankan perbudakan.
Pada awal perang sipil,
orang-hitam Amerika tidak diizinkan masuk dinas militer dan memperjuangkan
kebebasan diri mereka sendiri. Tetapi pada akhir 1862, orang-hitam itu
diizinkan, bahkan diberi dorongan. Tentara kulit hitam bertugas dalam resimen
yang terpisah, biasanya di bawah perwira kulit putih. Hampir 180.000 orang-hitam
terdaftar di Union Army, dan sekitar 38.000 di antaranya kehilangan nyawa
mereka dalam perang.
Saat perang berakhir, dan
perbudakan dihapuskan oleh Amandemen Ketigabelas (the Thirteenth Amendment).
Tetapi Negara-negara Selatan mengeluarkan undang-undang, yang dikenal sebagai
kode hitam (black code), yang dimaksudkan untuk membuat orang kulit hitam
berada dalam posisi inferior (warga kelas 2).
Ketika kebebasan datang,
mantan budak, yang berjumlah hampir 4.000.000 merasa kehidupannya tidak mudah.
Mantan budak itu bergantung pada tuan mereka, dan tidak ada yang mempersiapkan untuk
memiliki tanggung jawab sendiri. Presiden Lincoln memahami hal ini, dan mencoba
mencari cara untuk membantu. Sebulan sebelum dia dibunuh, Lincoln
menandatangani RUU pendirian Biro Freedmen (the Freedmen’s Bureau). Di bawah
Departemen Perang (the War Department), lembaga pemerintah baru ini telah melakukan
langkah-langkah yang bagus. Langkah tersebut menyebabkan para mantan buduk
memperoleh pekerjaan, memastikan bahwa mereka dibayar dengan upah yang adil,
dan juga terjaga kesehatan mereka.
Lebih dari 4.000 sekolah
yang didukung oleh Biro Freedmen adalah mewakili sistem pendidikan publik
gratis pertama di Selatan. Sekolah dan perguruan tinggi juga dibangun oleh
kelompok agama dan orang kaya di Utara. Di antara institusi pendidikan yang dibangun
selama tahun 1865 - 1869 itu adalah “Shaw University”, North Crolina ; “Fisk
University”, Tennessee ; “Talladega College”, Alabama ; “Georgia Baptist (sekarang
Morehouse) College”, Georgia ; “Howard University”, Washington. DC ; “Hampton
Institute”, Virginia; dan “Clark College”, Georgia.
Langkah Biro Freedmen (the Freedmen’s Bureau) dan
orang kulit putih Utara yang bermaksud baik itu, tidak menyelesaikan semua
masalah. Orang kulit putih Selatan tidak menyetujui Amandemen Keempat-belas (the
Fourteenth Amendment) yang menguatkan Undang-Undang Hak Sipil tahun 1866 (the
Civil Right Act of 1866). Amandemen Keempat-belas itu memberi hak kewarganegaraan, memegang
jabatan, dan perlindungan hukum yang sama bagi orang kulit hitam, hal itu tidak
disetujui oleh orang kulit putih Selatan. Orang kulit putih Selatan juga tidak
senang dengan Amandemen Ke-limabelas (the Fifteenth Amendment), yang memberi hak
orang kulit hitam untuk memilih. Orang-orang kulit putih Selatan ini menentang
program yang disebut sebagai “Rekonstruks”, yang dirancang untuk membawa
negara-negara Konfederasi kembali ke Union, dan untuk membangun tatanan sosial
baru di Selatan.
Kulit putih di Selatan bereaksi dengan
penuh rasa getir akibat Rekonstruksi yang dipandangnya menguntungkan orang
kulit hitam. Orang kulit putih Selatan bergabung menjadi satu untuk
menghentikan orang kulit hitam menggunakan hak-haknya.
Rekonstruksi itu dimaksudkan untuk melindungi orang kulit hitam.
Undang-Undang Hak Sipil tahun 1875 (the Civil Rights Act of 1875) menjamin hak-hak orang kulit hitam setara dengan
orang kulit putih di tempat umum dan di pengadilan. Mantan budak dapat dipilih untuk
menjabat di kantor-kantor lokal, badan-badan legislatif negara bagian, bahkan sampai
di Kongres (the U.S. Congress). Salah satu dari mantan budak itu adalah Robert
Smalls, menjadi pilot di Union Navy, dan
sebagai wakil dari South Carolina selama dua belas tahun di Kongres.
Kulit putih Selatan dengan penuh rasa getir bereaksi terhadap
Rekonstruksi yang dipandangnya menguntungkan orang kulit hitam. Orang kulit
putih Selatan bergabung untuk menghentikan orang kulit hitam menggunakan hak-hak
mereka. Ku Klux Klan, Kaos Merah,
Ksatria Camelia Putih, dan kelompok kulit putih bertopeng lainnya menggunakan cara-cara
yang sangat kasar (bahkan pembunuhan) untuk menghentikan orang kulit hitam
menggunakan hak-nya. Ku Klux Klan (KKK) dikenal juga sebagai 'The Klan'
adalah sebuah kelompok rasis ekstrem di Amerika Serikat (AS), berdiri pada
tanggal 24 Desember 1865. Tentara
Union (federal) ditempatkan di beberapa bagian di Selatan untuk melindungi
orang kulit hitam
|
Keluarga KU KLUX KLAN |
Rekonstruksi berlangsung
sekitar sepuluh tahun. Setelah tahun 1877, pasukan federal ditarik dari
Selatan, dan orang kulit hitam ditinggalkan tanpa perlindungan. Pada tahun
1883, Mahkamah Agung Amerika Serikat (the U.S Supreme Court) memutuskan lima
kasus hak sipil. Putusan itu menyangkut hak sosial masyarakat atau diskriminasi
(perlakuan tidak adil) oleh orang pribadi. Pada tahun 1896, dalam kasus Plessy
vs Ferguson, Mahkamah Agung memutuskan bahwa fasilitas terpisah untuk orang
kulit hitam di kereta api harus sama dengan orang kulit putih. Keputusan ini
menciptakan preseden, bahwa prinsip fasilitas “terpisah tapi setara” segera
diperluas mencakup fasilitas umum,
pendidikan, dan bidang-bidang lainnya.
Tempat orang kulit hitam
di tatanan social—terutama di Selatan
tidak banyak berubah dibandingkan keadaan di masa perbudakan. Orang kulit putih
di Selatan a.l tidak mengizinkan orang hitam untuk :
- memilih ;
- menghadiri sekolah orang
kulit putih.
- melakukan pekerjaan yang diminati
oleh orang kulit putih .
Disamping itu sekolah dan
fasilitas-fasilitas guna orang kulit hitam diabaikan oleh para pejabat Negara
yang didominasi oleh orang kulit putih. Dalam hubungan ini dikenal apa yang
disebut sebagai “Hukum Jim Crow”
Hukum Jim Crow memaksa
orang kulit hitam Amerika untuk tinggal di belakang "garis warna" (Jim Crow
laws were state and local laws that enforced racial segregation in the Southern United States. Enacted by white Democratic-dominated state legislatures in the late
19th century after the Reconstruction period).
Seiring berjalannya waktu,
adanya “garis warna” itu tidak hanya di Selatan tapi juga di bagian negara
lainnya. Hal itu memisahkan kulit hitam dari kulit putih, seolah-olah itu adalah suatu dinding pemisah (bersambung).
*
“Literature is indispensable to the world. The world changes according to the way people see it, and if you alter, even by a millimeter, the way a person looks at reality, then you can change it.”
-- James Baldwin --
*