Ngunandiko.97
Gerilya
Kita telah sering
mendengar dan membaca articles tentang perang, seperti perang dunia, perang
kemerdekaan, perang saudara, strategi perang, taktik perang, perang
gerilya dan lain-lain. Dalam kesempatan ini “Ngunandiko” ingin membahas dan
merenungkan salah satu dari perang-perang tersebut, yaitu tentang perang
gerilya.
Gerilyawan Vietcong |
Gerilya berasal dari
bahasa Spanyol guerrilla yang berarti perang kecil, perang secara sederhana berarti
suatu pertikaian bersenjata.
Pertikaian itu dapat terjadi antara satu fihak dengan fihak lainnya,
masing-masing fihak dapat tunggal (atau tidak tunggal) seperti satu Negara
dengan satu Negara, satu Negara dengan
banyak Negara, ataupun banyak Negara
dengan banyak Negara dan lain sebagainya..
Seperti diketahui pada
waktu ini perang tidak hanya pertikaian bersenjata di front militer, namun juga
merupakan pergulatan di front politik, ekonomi, dan propaganda sekaligus.
Dengan demikian perang gerilya juga tidak hanya menyangkut penggunaan kekuatan
senjata, namun juga kekuatan politik, ekonomi, dan propaganda (informasi)
sekaligus.
Sebelum menerangkan lebih
lanjut perang gerilya, maka baiklah kita renungkan terlebih dahulu permasalahan
pokok yang ada dalam setiap peperangan. Seperti telah diterangkan dimuka perang
adalah suatu pertikaian bersenjata
antara satu fihak dengan fihak lainnya, sehingga dalam peperangan itu
senantiasa berkaitan dengan dua permasalahan pokok, yaitu:
- permasalahan fihak yang menyerang; dan
- permasalahan fihak yang mempertahankan.
Permasalahan fihak yang
menyerang adalah bagaimana menimbulkan kerusakan sebesar-besarnya pada musuh,
sehingga musuh menyerah kalah atau binasa; dengan sedikit (sekecil-kecilnya)
kerusakan pada diri sendiri.
Sedangkan permasalahan
fihak yang mempertahankan adalah bagaimana melindungi diri sendiri, sembari menimbulkan
kerusakan sebesar-besarnya pada musuh, sehingga musuh tidak lagi berdaya atau binasa.
Sehubungan dengan perbedaan
sifat menyerang dan sifat mempertahankan
seperti itu, maka “senjata” (dalam arti yang lebih luas sumberdaya) yang
diperlukan oleh masing-masing fihak berbeda, dan dari waktu ke waktu juga harus
berubah karena berubahnya senjata (sumberdaya) dan cara-cara menggunakannya.
Sementara itu dapat
dikatakan, bahwa perang gerilya hampir
selalu dilakukan oleh fihak yang mempertahankan, hal itu tampak pada sejumlah
peperangan seperti berikut ini.
(1)
Perang
Gerilya di Eropa pada era Napoleon 1799
– 1815 ; Perang gerilya ini terjadi ketika Napoleon Bonaparte
memegang kekuasaan atas Perancis dari tahun 1799 s/d 1815. Napoleon mendapatkan
kemenangan besar ketika berhasil memegang kekuasaan pemerintahan Perancis
melalui kudeta-18-19-Brumaire. Kemudian Napoleon memperluas kekuasaannya hampir
mencapai seluruh Eropa. Namun rakyat (termasuk para bangsawan) di wilayah-wilayah yang dikuasainya itu (mis : di Spanyol) secara diam-diam,
melakukan perlawanan a.l melalui perang gerilya. Hampir semua unsur perang
gerilya telah dipraktekkan seperti : penghadangan, pengepungan, penyerangan
secara kilat (hit and run), penyamaran, sabotase dan lain-lain. Dan dengan ikut terlibatnya
kekuatan militer Inggris dan Rusia, maka
Napoleon dapat dikalahkan dengan telak di pertempuran Waterloo (18 Juni
1815). Korban dalam peperangan ini sangat besar lk 5 – 6 juta jiwa.
(2)
Perang
Diponegoro di Jawa (1825 – 1830) ; Pada puncak peperangan
itu, Belanda mengerahkan lebih dari 23.000 serdadu— pada masa itu belum pernah dilakukannya. Dapat dikemukakan disini,
bahwa Perang Diponegoro bukanlah perang suku (Tribal War) melainkan perang yang melibatkan berbagai metode
seperti layaknya perang modern, yaitu :
- metode perang terbuka (open warfare)—mis : Belanda melakukan penyerangan dengan menggunakan system Benteng, dan
- metode perang gerilya (guerrilya warfare), yang dilaksanakan oleh Diponegoro melalui taktik “hit and run” dan “surpressing (penghadangan)”.
Seperti
halnya perang modern dalam Perang Diponegoro ini kedua belah pihak juga telah menggunakan
:
- taktik perang urat saraf (psy war) melalui insinuasi dan tekanan-tekanan serta provokasi oleh pihak Belanda terhadap mereka yang terlibat langsung dalam pertempuran ;
- kegiatan telik sandi (spionage) dimana kedua belah pihak saling memata-matai dan mencari informasi mengenai kekuatan dan kelemahan lawannya.
Setelah
melalui pergulatan yang berdarah, akhirnya pada 28 Maret 1830 Jenderal De Kock
berhasil menjepit pasukan Diponegoro di Magelang. Pangeran Diponegoro berhasil
ditangkap dan dibuang ke Menado kemudian dipindahkan ke Makassar. Diponegoro
wafat di Benteng Rotterdam di Makassar ( tempat beliau ditahan) pada 8 Januari
1855. Perang Diponegoro ini merupakan akhir perlawanan bangsawan Jawa dan telah
memakan korban :
- dipihak Belanda lk 8000 pasukan berkebangsaan Belanda dan 7000 pribumi ;
- dipihak Diponegoro lk 200.000 orang Jawa.
(3) Perang
Dunia II (1937 – 1945) ; Pada awal PD II, pasukan Jerman
(Nazi), Italia (Facist) dan Jepang (Militeris) telah menduduki
wilayah-wilayah Perancis, Norwegia,
Polandia, Birma (Miyamar), Philipina dan lain-lain. Namun kemudian muncullah satuan-satuan perlawanan (resistance) di masing-masing
wilayah (Negara) tersebut, yang melakukan perlawanan terhadap pasukan pendudukan
melalui perang gerilya. Pada dasarnya gerilya yang dilakukannya berupa
kegiatan-kegiatan :
- memata-matai gerakan pasukan musuh—pasukan pendudukan (Jerman, Italia, dan Jepang) ;
- sabotage a.l dengan merusak fasilitas-fasilitas (jembatan, jalan kereta api dll) yang dapat digunakan oleh musuh ;
- penghadangan gerakan pasukan musuh;
- melindungi, menyembunyikan dirinya (rakyat dan pasukan perlawanan) maupun pasukan-pasukan sekutu yang menyusup seperti pasukan Inggris dll;
- mendukung dan bekerjasama dengan kekuatan sekutu (Amerika, Inggris dll) ; dan
- lain-lain.
(4)
Perang
Kemerdekaan Indonesia (“Revolusi Agustus 1945”) 1945 -1958 ; Gerilya adalah salah satu cara yang
digunakan oleh tentara (TNI) dan rakyat Indonesia (Laskar, Barisan Perjuangan
dll) guna melawan agresi Belanda secara luas di berbagai tempat di Indonesia
selama perang kemerdekaan Indonesia atau dikenal sebagai “Revolusi Agustus
1945”.
Jenderal Sudirman |
Gerilya
tersebut dilakukan dengan cara seperti : sabotage (mis ; membumi hanguskan jembatan
di Prambanan, Yogyakarta, diarsiteki oleh Profesor Johannes) ; menghadang dan
menyerang pasukan secara mendadak (mis :
menghadang/menyerang tentara sekutu—Inggris
di Palagan Ambarawa, dibawah pimpinan
Jenderal Sudirman) ; melakukan serangan kilat (mis : Serangan Umum 1 Maret 1949
di Yogyakarta—menduduki kota Yogya selama
lk 6 jam dibawah pimpinan Jenderal Suharto) ; dan lain-lain. Jend A.H Nasution yang pernah menjabat sebagai salah seorang pimpinan TNI-AD dalam
bukunya “Pokok-pokok Gerilya” a.l menulis bahwa perang gerilya adalah sangat
efektip untuk melumpuhkan musuh (tentara aggressor Belanda).
Akibat perang gerilya yang dilakukan secara
terus menerus oleh TNI bersama rakyat Indonesia itu, maka Belanda kehilangan banyak serdadu, serta kebun dan tambang yang tidak dapat beroperasi (ekonomi lumpuh).
Karenanya Belanda mendapatkan tekanan dari kaum modal international (Amerika
Serikat dkk), sehingga Belanda terpaksa berunding dengan para pemimpin
Indonesia.
Hasil perundingan tersebut telah memaksa
Belanda menarik tentaranya dari Yogya
(Ibukota Republik Indonesia), dan akhirnya pada tahun 1950 menarik seluruh
tentaranya dari Indonesia (di Papua, Belanda baru menarik tentaranya pada tahun
1962) serta mengakui kemerdekaan Indonesia.
(5)
Perang
Vietnam 1957 – 1975 ;
Memanfaatkan keadaan vacuum akibat tentara Jepang yang kalah dalam Perang Dunia
II dan tentara penjajah Perancis—yang semula menjajah Indochina—belum sempat datang, maka Vietnam (Ho Chi Minh) pada
2 September 1945 memproklamirkan kemerdekaan.
Pemerintahan Ho-Chi-Minh ini kumudian dikenal sebagai pemerintahan Vietnam
Utara. Sementara itu penguasa monarki Vietnam—kaisar Bao Dai (boneka Perancis )—pada 22 Oktober 1955 digulingkan oleh Ngo Dinh
Diem. Pemerintahan Ngo Dinh Diem ini
dikenal sebagai pemerintahan Vietnam Selatan. Tahun 1957 – 1975 terjadi perang
antara Vietnam Utara dengan Vietnam Selatan ; Vietnam Selatan dibantu oleh
Amerika Serikat,Thailand, Australia, Korea Selatan dll ; Amerika Serikat telah mengirim
puluhan ribu tentara lengkap dengan persenjataannya. Sedangkan Vietnam Utara
dibantu oleh Republik Rakyat China dan Soviet Uni, terutama dengan persenjataan
dan perbekalan.
Vietnam Utara dalam menghadapi pasukan
Vietnam Selatan yang dibantu oleh Amerika Serikat tersebut—selain perang terbuka—telah melakukan perang gerilya a.l dengan :
- mengirim ribuan infiltran ke Vietnam Selatan;
- membangun terowongan-terowongan persembunyian (mis : terowongan Cu Chi);
- melakukan sabotase (mis : sabotase terhadap kapal-kapal, trnsportasi, dermaga dll) ;
- melakukan propaganda untuk membangkitkan semangat rakyat melawan musuh (Amerika Serikat dkk); dan
- kegiatan lain-lain.
(6). Jumlah korban selama Perang Vietnam ini
diperkirakan lk 300.000 jiwa dipihak Vietnam Selatan dan lk 1.000.000 dipihak
Vietnam Utara. Perang ini juga mengakibatkan eksodus besar-besaran warga
Vietnam ke Amerika Serikat, Australia dan Negara-negara Barat lain.
Seperti
diketahui gerilya dapat dipimpin oleh satu orang (atau sekelompok orang);
pimpinan tersebut dapat berada di wilayah (Negara) tersebut (di Dalam Negeri) misalnya Jend
Tito, Yugoslavia, ataupun berada di luar wilayah tersebut (di Luar negeri)
misalnya Jend De Gaule (Perancis) yang memimpinnya dari Inggris ; waktu
keduanya memimpin kaum resistance melakukan gerilya.
Perang gerilya dapat berlangsung di banyak tempat dan
bertebaran dimana-mana, seorang pemimpin
yang cerdas dan berwibawa akan dapat mempersatukan berbagai perang
gerilya tersebut menjadi satu satuan penggempur yang sangat dahsyat.
Sudah barang tentu perang gerilya dapat
berakhir dengan kemenangan ataupun kekalahan. Agar dapat memperoleh kemenangan
perang gerilya harus memenuhi hukum-hukum perang yang berlaku. Seperti
diketahui hukum yang pertama-tama harus dipenuhi “siapa yang lebih kuat adalah yang akan menang” dan “siapa yang lebih siap adalah yang akan
menang”
Kuat atau tidak kuat-nya pasukan gerilya
pada dasarnya secara teknis ditentukan oleh “4 hal”, yaitu (1) tempat ; (2)
alat ; (3) manusia ; dan (4) waktu. Ke-4 hal itu sejalan dengan pendapat Tan Malaka, bahwa jalannya peperangan
ditentukan oleh 4 anasir yaitu (1) keadaan bumi ; (2) keadaan senjata ; (3)
keadaan orang ; dan (4) tempoh - .
Mengenai “4 hal” yang menentukan lebih kuat
atau tidaknya suatu pasukan gerilya, secara singkat dapat dijelaskan sbb :
- Tempat ; termasuk dalam katagori tempat ini dapat berupa perkotaan , pedesaan, pegunungan, rawa-rawa dan lain-lain ;
- Alat ; termasuk dalam katagori alat ini adalah senjata, alat angkut, perbekalan dan lain-lain ;
- Manusia ; termasuk dalam katagori manusia adalah prajurit, tenaga administrasi, tenaga teknik, tenaga kesehatan dan lain-lain ;
- Waktu ; termasuk dalam katagori waktu adalah kecepatan, saat penyerangan, tempo (jangka waktu) penyerangan dan lain-lain ;
Untuk memberi gambaran bagaimana “4-hal”
tersebut mempengaruhi kuat atau tidak-nya
suatu pasukan gerilya, berikut ini
disampaikan secara singkat contoh-contoh sbb :
- Di Afganistan (1979 - !989), tentara Uni Soviet dengan senjata dan perlengkapan modern telah mendapatkan perlawanan yang sengit dari para gerilyawan Afganistan yang lebih menguasai medan—hal tempat. Akhirnya tentara Uni Soviet tersebut terpaksa ditarik mundur.
- Pada Perang Teluk III ( secara resmi berlangsung 20 Maret s/d 9 April 2003 ), sisa-sisa pasukan Sadam Husien dan sejumlah anasir anti Amerika Serikat telah mencoba melakukan perang gerilya terhadap pasukan Amerika Serikat, namun mereka tidak mampu mengalahkan pasukan Amerika Serikat (Pemilu 31 Januari 2005 berhasil membentuk pemerintahan baru pro Amerika Serikat), ini terutama karena kalah jauh dalam persenjataan dan peralatan—hal alat .
- Pada perang Vietnam II 1957 s/d 1975 ; pasukan gerilya Vietkong (gerilyawan Vietnam Utara) memiliki : jumlah yang sangat besar; semangat juang yang tinggi melebihi semangat juang tentara Amerika Serikat dan Vietnam Selatan; serta teknik bergerilya yang memadai, sehingga mereka dalam melakukan serangan yang dapat menimbulkan kerugian besar di pihak Amerika Serikat (Vietnam Selatan). Jumlah yang besar, semangat juang yang tinggi, dan penguasaan atas teknik bergerilya—hal manusia itulah yang utama menyebabkan pasukan Vietnam Selatan dan Amerika Serikat kalah.
- Invasi Perancis (Napoleon) ke Rusia 1812 ; pada awalnya pasukan Napoleon dapat terus maju ke Moscow, sementara itu tentara Rusia hanya dapat melakukan perlawanan secara bergerilya. Namun dengan datangnya musim dingin—hal waktu tentara Napoleon menjadi sulit bergerak maju karena cuaca yang dingin dan halangan salju. Rusia—yang lebih terbiasa dengan keadaan dingin dinegaranya kemudian dapat memukul mundur dan menghancurkan pasukan Napoleon tersebut.
Keunggulan pasukan gerilya terutama, jika
suatu pasukan gerilya tersebut dapat memiliki
:
- posisi yang memungkinkan melakukan suatu serangan dan melindungi dirinya ;
- saat (moment) yang tepat untuk melakukan serangan secara mendadak, dan mengundurkan diri dengan aman.
- kecepatan menyerang yang dibarengi dengan kecepatan mundur, dengan kata lain memiliki kemampuan “hit & run” seperti layaknya pencopet di pasar, yang dengan cepat mengambil dompet seseorang lalu dengan cepat pula menghilang di kerumunan orang;
Sampai waktu ini, perang gerilya telah terjadi dibanyak
tempat yang dianggap berhasil. Untuk memberi gambaran mengenai perang gerilya
tersebut, maka berikut ini adalah sepenggal ajaran-ajaran Mao Tse Tung, Che
Guevara, dan Nguyen Giap, orang yang dianggap sebagai “mahaguru perang gerilya”
sbb :
- Mao Tse Tung (1893 – 1976); Mao Tse Tung adalah Presiden Pertama Republik Rakyat China 1954 – 1959, ia kemudian digantikan oleh Liu Saochi.
Dilihat dari
sisi teori, maka teori perang
gerilya yang diajarkan oleh Mao Tse
Tung, Che Guevara, dan Nguyen Giap pada dasarnya adalah tidak jauh berbeda,
yang berbeda hanyalah data tentang kejadian dan keadaan yang diambil untuk
merumuskan teori tersebut. Nguyen Giap lebih banyak mengambil data mengenai
kejadian dan keadaan di Vietnam, sementara itu Che Guevara data kejadian dan
keadaan di Amerika Latin, dan Mao Tse Tung
data kejadian dan keadaan di China.
Seperti diketahui Mao Tse Tung secara umum menganjurkan
: saat lawan maju, kami (gerilyawan) mundur ; saat musuh berkumpul, kami
mengusik ; saat musuh lelah, kami menyerang ; saat musuh mundur, kami mengejar;
sebelum memukul (menyerang) haruslah
mengambil ancang-ancang (persiapan). Dan di gambarkannya, bahwa gerilyawan
dengan rakyat haruslah seperti ikan dengan air.
- Ernesto Che Guevara (1928 – 1967); Che-Guevara dilahirkan di Argentina, dia adalah seorang dokter, cendekiawan revolusioner, ahli masalah-masalah kemiliteran, dan diplomat. (Gbr Cheguevara)
Che Guevara |
Che menulis buku “Guerilla Warfare”, yang terbit pada tahun
1961. Menurut Che Guevara pada dasarnya perang gerilya harus memperhatikan
hal-hal sbb :
- apakah musuh bersifat local, atau bersifat global (internasional) dimana musuh mendapatkan dukungan dari luar negeri mis : Amerika Serikat;
- apakah rakyat banyak — dimana perang gerilya berlangsung — merupakan kawan atau pro lawan;
- jika pelaksana gerilya dipandang telah siap, maka perang gerilya dapat dimulai kapan saja dan dimana saja;
- keadaan di Amerika Latin yang terbelakang, maka medan perang gerilya (perjuangan bersenjata) pada dasarnya harus di daerah pedesaan;
- aksi gerilya harus dilakukan dengan memegang teguh kerahasiaan, tipu daya dan kejutan.
Pengaruh Che Guevara terhadap gerakan revolusioner sangat besar terutama di Amerika Latin. Ajaran-ajarannya banyak dipelajari dan di praktekkan misalnya di Cuba
- Jenderal Vo Nguyen Giap (1911 – 2013); Pasukan Nguyen Giap dapat menaklukkan Perancis di Dien Bien Phu (1954), melakukan serangan Tet (Tet Offensive) pada tahun 1968, dan melakukan serangan pada akhir 1975 dimana pasukannya dapat menaklukkan pasukan Amerika Serikat dan pasukan Vietnam Selatan.
Tindakan Nguyen Giap tersebut dilakukannya dengan siasat perang gerilya yang jitu a.l sbb :
- membangkitkan semangat dan daya juang pasukannya untuk secara bersama rakyat melawan musuh (mis : pasukan Amerika Serikat dkk);
- melakukan infiltrasi besar-besaran ke Vietnam Selatan ;
- membangun kubu-kubu persembunyian (mis : terowongan Cu Chi);
- melakukan pengepungan (mis : di Dien Bien Phu tahun 1954);
- memanfaatkan tempo saat melakukan serangan (mis : offensive-Tet tahun 1968) yang menguntungkan bagi pasukan gerilya, dan lain-lain.
Menurut Nguyen Giap kekuatan bangsa Vietnam adalah karena
memiliki budaya melawan musuh (semangat patriotisme). Budaya itulah yang
dikembangkannya menjadi semangat pantang menyerah, sekalipun melawan pasukan
Amerika yang bersenjata lengkap dan modern.
Demikianlah bahasan dan renungan singkat tentang
gerilya, semoga berguna dan bermanfaat !
*
I started to make a study
of the art of war and revolution and, whilst abroad, underwent a course in
military training. If there was to be guerrilla warfare, I wanted to be able to
stand and fight with my people and to share the hazards of war with them (Nelson Mandela)
*
Bung Wahyudi ! Trims atas kiriman tulisan-tulisan Perang Gerilya !
BalasHapus