Ngunandiko 18
Pada
abad ke-21 kemiskinan telah menjadi perhatian dari hampir semua fihak ; para agamawan, budayawan, politisi, ekonom, ahli
kesehatan, ahli hukum dan lain-lain, bahkan para pengusaha. Ilmu-ilmu seperti ilmu sosial, ilmu ekonomi, dan ilmu kesehatan
masyarakat juga banyak mempelajari masalah-masalah kemiskinan ini.
Garis Kemiskinan
Garis kemiskinan merupakan alat untuk mengukur jumlah
rakyat miskin di suatu negara atau suatu wilayah tertentu, dia berguna untuk
merencanakan pembaharuan sosio-ekonomi.
Garis kemiskinan atau batas kemiskinan adalah tingkat
minimum pendapatan yang dianggap perlu dipenuhi untuk memperoleh standar hidup yang
mencukupi di suatu negara atau wilayah tertentu. Pendekatan tersebut
menyebabkan besarnya angka garis kemiskinan di kota dan di desa berbeda, terutama jika
besarannya dinyatakan dalam satuan mata uang. Pemahaman mengenai garis
kemiskinan juga berbeda di negara maju dengan di negara berkembang dalam arti
angka garis kemiskinan di negara maju seperti: Amerika Serikat, Inggris dll
lebih tinggi daripada di negara berkembang seperti Brasilia
atau Indonesia.
Hampir setiap masyarakat di setiap negara memiliki rakyat yang hidup dalam
kemiskinan, garis kemiskinan berguna sebagai alat untuk mengukur besarnya
jumlah rakyat miskin dan merencanakan pembaharuan sosio-ekonomi yang perlu
dilakukan.
Penduduk miskin
adalah rakyat atau penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan, diperkirakan rakyat
atau penduduk miskin di lima negara berpenduduk terbesar di muka bumi pada periode 2000 s/d 2009 adalah sbb :
- Republik Rakyat China
Jumlah Penduduk : 1,298.0
juta (100.0 %)
Jumlah penduduk miskin : 467.3 juta ( 36.0 %)
- India
Jumlah Penduduk :
1,065.0 juta (100.0 %)
Jumlah penduduk miskin : 308.8 juta ( 29.0 %)
- Amerika Serikat.
Jumlah Penduduk : 293.0 juta (100.0 %)
Jumlah penduduk miskin : 35.2 juta ( 12.0 %)
- Indonesia.
Jumlah Penduduk : 240.0 juta (100.0 %)
Jumlah penduduk miskin : 38.6 juta ( 16.0 %)
- Brasilia
Jumlah Penduduk : 184.0 juta (100.0 %)
Jumlah penduduk miskin : 18,4 juta ( 10.0 %)
Jumlah penduduk miskin tersebut – angka-angka dibulatkan – adalah penduduk yang hidup dengan kurang dari 2 USD per hari (UNDP), kecuali Amerika Serikat
(CIA World Factbook). Sementara itu Bank Dunia membedakan antara kemiskinan
absolut yaitu hidup dengan pendapatan dibawah 1 USD per hari, dan kemiskinan
menengah yaitu hidup dengan pendapatan dibawah 2 USD per hari. Dari angka-angka tersebut diatas
antara lain dapat disimpulkan bahwa :
· Urutan
jumlah penduduk miskin periode 2000 s/d
2009 seperti berikut :Terbesar ke-1 adalah di RRC, ke-2 di India, ke-3 di Indonesia, dan ke-4 di Brasilia. Penduduk
miskin di Amerika Serikat tidak
diperhitungkan, karena pendekatan dalam
menetapkan garis kemiskinan untuk negara maju Amerika Serikat berbeda dengan RRC,
India, Indonesia, dan Brasilia.
· Jumlah
penduduk miskin Brasilia (18,4 juta jiwa) kurang dari setengah penduduk miskin
Indonesia (38.6 juta jiwa), meskipun jumlah jumlah penduduk Brasilia (184.0
juta jiwa) lebih besar daripada setengah penduduk Indonesia (240 juta jiwa).
Penduduk Indonesia lebih miskin daripada penduduk Brasilia.
· Pembangunan
sosial dan ekonomi yang dilakukan oleh RRC, India, Indonesia, dan Brasilia
telah merubah angka-angka jumlah penduduk miskin, namun urutan jumlah penduduk
miskin di negara-negara tersebut belum berubah.
Kita mendengar, melihat dan merasakan bahwa masih
banyak rakyat Indonesia yang miskin, dalam berbagai seminar atau diskusi
dikatakan ada sekian persen atau sekian puluh juta rakyat Indonesia berada
dibawah garis kemiskinan. Garis kemiskinan
dipakai sebagai patokan untuk mengukur jumlah penduduk atau rakyat miskin
di suatu negara atau suatu wilayah tertentu.
Ada beberapa pendekatan untuk menetapkan besarnya
garis kemiskinan tersebut antara lain pendekatan kemampuan memenuhi kebutuhan dasar
misalnya ; kebutuhan gizi minimum per kapita per hari (gram protein atau kalori
). Kemampuan memenuhi kebutuhan dasar tersebut dinyatakan dalam satuan mata
uang, misalnya pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan dasar minimun per kapita
per bulan sebesar sekian Rupiah (Rp) atau sekian dolar ($) Amerika.
Badan Pusat
Statistik (BPS) telah melakukan penelitian (sensus) untuk mengetahui jumlah
penduduk miskin di Indonesia,
dalam menetapkan garis kemiskinan BPS mengunakan pendekatan atau konsep
kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Disini kemiskinan
dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan kebutuhan bukan makanan diukur dari sisi
pengeluaran.
Dalam menghitung Garis Kemiskinan, Badan Pusat
Statistik (BPS) membagi menjadi :
- Garis Kemiskinan Makanan (GKM) adalah nilai pengeluaran untuk kebutuhan minimum makanan setara 2.100 kalori per kapita per hari. Makanan disini diwakili oleh 52 jenis komoditi ( padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan lain-lain).
- Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah nilai pengeluaran untuk kebutuhan minimum perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Bukan makanan (non makanan) tersebut diwakili 51 jenis komoditi untuk penduduk kota dan 47 jenis komoditi untuk penduduk desa.
Nilai pengeluaran Garis Kemiskinan Makanan (GKM)
dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) tersebut dinyatakan dalam mata uang
Rupiah (Rp) dan jumlahnya merupakan Garis Kemiskinan. Penduduk miskin dibedakan
antara penduduk miskin kota dengan penduduk miskin desa.
. . . . . . . . . . lebih
kurang 2/3 dari penduduk miskin tinggal di desa. Hal itu menyebabkan Indonesia
juga di kenal sebagai negeri agraris yang berpenduduk miskin .
Pendekatan perhitungan garis kemiskinan BPS
tersebut kiranya dapat dipandang sama dengan perhitungan UNDP. Berita resmi
statistik BPS tanggal 1 Juli 2009 melaporkan perkembangan jumlah penduduk
miskin pada periode 1999 s/d 2008 sbb :
- Penduduk Miskin 1999
Kota :
15,64 juta (19,41%)
Desa :
32,33 juta (26,03%)
Kota+Desa :
47,97 Juta (23,43%)
- Penduduk Miskin 2000
Kota :
12,30 juta (14,60 %)
Desa :
26,40 juta (22,38 %)
Kota+Desa :
38,70 Juta (19,14 %)
- Penduduk Miskin 2001
Kota :
8,60 juta ( 9,76 %)
Desa :
29,30 juta (24,84 %)
Kota+Desa :
37,90 Juta (18,41 %)
- Penduduk Miskin 2002
Kota :
13,30 juta (14,46 %)
Desa :
25,10 juta (21,10 %)
Kota+Desa :
38,40 Juta (18,20 %)
- Penduduk Miskin 2003
Kota :
12,20 juta (13,57 %)
Desa :
25,10 juta (20,23 %)
Kota+Desa :
37,30 Juta (17,42 %)
- Penduduk Miskin 2004
Kota :
11,40 juta (12,13 %)
Desa :
24,80 juta (20,11 %)
Kota+Desa :
36,20 Juta (16,66 %)
- Penduduk Miskin 2005
Kota :
12,40 juta (11,68 %)
Desa :
22,70 juta (19,98 %)
Kota+Desa :
35,10 Juta (15,97 %)
- Penduduk Miskin 2006
Kota :
14,49 juta (13,47 %)
Desa :
24,81 juta (21,81 %)
Kota+Desa :
39,30 Juta (17,75 %)
- Penduduk Miskin 2007
Kota :
13,56 juta (12,52 %)
Desa :
23,61 juta (20,37 %)
Kota+Desa :
37,17 juta (16,58 %)
- Penduduk Miskin 2008
Kota :
12,77 juta (11,65 %)
Desa :
22,19 juta (18,93 %)
Kota+Desa :
34,96 Juta (15,42 %)
Seluruh jumlah penduduk Indonesia menurut
perkiraan BPS pada periode 1999 s/d 2008 sebesar 220 – 235 juta jiwa, sedangkan
dari angka-angka diatas terlihat jumlah penduduk
miskin di Indonesia berkisar antara 30 – 48 juta jiwa, dimana lebih kurang 2/3
dari penduduk miskin tersebut tinggal di desa. Hal itu menyebabkan Indonesia
juga di kenal sebagai negeri agraris yang
berpenduduk miskin. Jumlah penduduk miskin Indonesiaa di kota maupun di
desa dari tahun ke tahun secara ber-flutusasi
tampak terus menurun dalam laju yang lambat.
. . . . . . . . . . Angka-angka menunjukkan bahwa tingkat
kemiskinan di desa lebih parah daripada di kota
Selain jumlah dan prosentase penduduk miskin,
perlu juga diketahui apakah rata-rata pengeluaran penduduk miskin mendekati
garis kemiskinan atau tidak, dan apakah ketimpangan pengeluaran penduduk
menyempit atau semakin melebar. Hal itu disebut sebagai tingkat kedalaman dan
keparahan kemiskinan, menurut BPS tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan di Indonesia yang dinyatakan dalam Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks
Keparahan Kemiskinan (P2) nilainya pada tahun 2008 dan 2009 adalah sebagai berikut :
- Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) tahun 2008
Kota :
2.07
Desa :
3.42
- Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) tahun 2009
Kota :
1.91
Desa :
3.05
- Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) tahun 2008
Kota :
0.56
Desa :
0.95
- Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) tahun 2009
Kota :
0.52
Desa :
0.82
Indeks Kedalaman
Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) tahun 2009 relatip lebih
rendah daripada tahun 2008, nilai kedua indeks tersebut didaerah perdesaan jauh
lebih tinggi daripada perkotaan. Sebagai contoh ; pada 2009 P1 (kota) = 1.91, sedangkan P1 (desa) = 3.05
; masih pada tahun yang sama P2 (kota) = 0.52, sedangkan P2 (desa) = 0.82 Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa tingkat
kemiskinan di desa lebih parah daripada di kota.
. . . . . . . . . . . . . . . . . kemiskinan ada di negara maju
maupun negara berkembang. meski kemiskinan yang paling parah ada di
negara-negara berkembang . .
Daerah kumuh di Amerika Serikat |
Kemiskinan
bukan monopoli negara-negara tertentu, kemiskinan ada di setiap negara apakah
itu negara maju maupun negara berkembang. Harus diakui bahwa kemiskinan yang paling
parah ada di negara-negara berkembang di
Afrika, Asia dan Amerika Latin yang
sering mendapat stigma sebagai negara
miskin . Namun adanya kehadiran kemiskinan di negara-negara maju.tidak
dapat pula disangkal ; seperti tampak dari adanya kaum tuna wisma yang
berkelana kesana kemari, daerah kumuh di tepi-tepi kota dan ghetto yang
miskin.
Sampai
abad ke-21 ini kemiskinan masih menjadi musuh yang harus terus diperangi oleh
umat manusia. Dapatkah di kemudian hari kemiskinan lenyap dari muka bumi ?
*
Desa-desa kita mengeluarkan karet, teh, dan
lain-lain barang perdagangan yang mengayakan saudagar asing, tetapi memiskinkan
dan memelaratkan kaum tani; kota-kota kita bukanlah menjadi pusat ekonomi
bangsa Indonesia, tetapi terus-terusan menjadi sumber ekonomi yang mengalirkan
keuntungan untuk setan-setan uang luar negeri dan kaki tangannya (Tan Malaka).
*
Quota Tan Malakanya boleh juga menggambarkan bila pengelolaan SDA "salah urus" beberapa media massa medio oktober 2011 merelease berita yg intinya terjadi kenaikan jumlah orang miskin 2010 43,1 juta jumlah orang miskin, tapi sebaliknya TNP2K yang dipimpin Wakil Presiden RI menuurnkan berita tandingan dengan berbagai argumen dan data-data pendukung bahwa jumlah kemiskinan menurun.....tampaknya setiap era memiliki caranya sendiri dalam mengkounter.. Sejarahlah yang akan membuktikan.....
BalasHapusBung Wahyudi ! Keadaan tahun 2016 lebih kurang masih sama, "Ngunandiko" sedang meneliti !
BalasHapus