Ngunandiko.152
WS Rendra
&
Rudyard Kliping
Pada kesempatan ini“Ngunandiko” ingin menyajikan
puisi ciptaan WS Rendra (1935 – 2009) dan Rudyard Kliping (1865 – 1936) sbb :
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
WS Rendra
|
Rudyard Kliping
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
“Sajak Sebatang Lisong”
|
“The Betrothed”
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Menghisap sebatang lisong
melihat Indonesia Raya,
mendengar 130 juta rakyat,
dan di langit
dua tiga cukong mengangkang,
berak di atas kepala mereka
Matahari terbit
Fajar tiba
Dan aku melihat delapan juta anak-anak
tanpa pendidikan
Aku bertanya
Tapi pertanyaan-pertanyaanku
nembentur meja kekuasaan yang macet
dan papantulis-papantulis para pendidik
yang terlepas dari persoalan pendidikan
Delapan
juta kanak-kanak
menghadapi satu jalan panjang, tanpa pilihan, tanpa pepohonan, tanpa dangau persinggahan, tanpa ada bayangan ujungnya. …………………
Menghisap
udara
yang disemprot deodorant, aku melihat sarjana-sarjana menganggur berpeluh di jalan raya; aku melihat wanita bunting antri uang pensiun.
Dan di
langit;
para tekhnokrat berkata :
bahwa
bangsa kita adalah malas,
bahwa bangsa mesti dibangun; mesti di-up-grade disesuaikan dengan teknologi yang diimpor
Gunung-gunung
menjulang.
Langit pesta warna di dalam senjakala Dan aku melihat protes-protes yang terpendam, terhimpit di bawah tilam.
Aku
bertanya,
tetapi pertanyaanku membentur jidat penyair-penyair salon, yang bersajak tentang anggur dan rembulan, sementara ketidakadilan terjadi di sampingnya dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan termangu-mangu di kaki dewi kesenian.
Bunga-bunga
bangsa tahun depan
berkunang-kunang pandang matanya, di bawah iklan berlampu neon, Berjuta-juta harapan ibu dan bapak menjadi gemalau suara yang kacau, menjadi karang di bawah muka samodra. ………………
Kita harus
berhenti membeli rumus-rumus asing.
Diktat-diktat hanya boleh memberi metode, tetapi kita sendiri mesti merumuskan keadaan. Kita mesti keluar ke jalan raya, keluar ke desa-desa, mencatat sendiri semua gejala, dan menghayati persoalan yang nyata.
Inilah
sajakku
Pamplet masa darurat. Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan. |
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Demikianlah puisi “Sajak Sebatang Lisong”
ciptaan WS Rendra dan “The Betrothed” ciptaan Rudyad Kliping. Semoga
bermanfaat.
*
No one can
tell me what is a good cigar for me. I am the only judge. People who claim to
know say that I smoke the worst cigars in the world. They bring their own
cigars when they come to my house (Mark
Twain).
*