========================================
|
Terusan Suez |
Pada kesempatan ini “Ngunandiko”
ingin membahas dan merenung tentang salah satu dari terusan-terusan tersebut
diatas, yaitu terusan Suez (Suez Canal).
Terusan Suez, adalah salah satu saluran air di dunia yang
dibuat oleh manusia. Terusan Suez merupakan sebuah jembatan dan sekaligus garis
pemisah antar benua. Terusan (canal) yang terletak di timur laut Mesir ini,
membawa Eropa dan Asia lebih dekat, dengan terhubungnya Laut Tengah (Mediterannia)
dan Teluk Suez (bagian dari Laut Merah). Hal ini juga menandai batas antara
Asia dan Afrika.
Dalam dunia yang penuh warna dan penuh gejolak ini, kiranya
tidak ada terusan (canal) yang dapat menyaingi Terusan Suez, jika dilihat dari sisi
ekonomi ataupun sisi politik. Kapal berlayar dari Eropa ke Asia dan sebaliknya —
baik untuk mengangkut barang dagangan
maupun mengangkut balatentara dan lain-lain — yang semula harus mengambil rute ujung selatan Afrika, dengan adanya terusan Suez telah dipersingkat ribuan kiiometers.
Adanya terusan Suez juga merubah pola hubungan (transportasi) antara Barat (Eropa) dan Timur (Asia), hubungan itu semula bertumpu pada jalan-jalan
darat kafilah-kafilah—kafilah adalah suatu rombongan (dagang) yang terdiri dari iring-iringan unta di
padang pasir a.l di Persia – berubah menjadi
jalan laut melalui terusan Suez. Hubungan transportasi seperti ini (jalan laut)
lebih murah, lebih aman dan mempersingkat waktu.
Seperti diketahui sebuah “terusan” (canal) yang menghubungkan
Sungai Nil dan Laut Merah telah ada di Mesir hampir 4.000 tahun yang lalu.
Dengan suatu perahu kecil, orang bisa bepergian dari Mediterranian melalui
Sungai Nil dan “terusan” itu ke Laut Merah. Dalam abad-abad
berikutnya, “terusan” seperti itu telah dibangun pula, dan tentu saja telah
diubah beberapa kali. Kira-kira pada abad ke-8, terusan-terusan sederhana juga masih
dibuat orang secara bebas.
Selama beberapa-abad setelah itu, orang-orang masih bermimpi akan
adanya sebuah terusan (canal) yang menghubungkan Mediterranian dan laut Merah.
Napoleon Bonaparte (1769 – 1821) juga menyatakan minatnya membangun terusan
tersebut, tapi para insinyur-nya telah melarangnya. Para insinyur itu mengatakan bahwa permukaan Laut Merah lebih tinggi dari
Mediterannia, dan jika sebuah terusan (canal) yang besar dibangun, maka itu akan
menyebabkan Mesir Hilir dibanjiri air laut.
Dalam pada itu seorang Perancis, Ferdinand de Lesseps (1805 –
1894), tahu bahwa sesungguhnya kedua permukaan laut itu memiliki tingkat ketinggian
yang sama. De Lesseps lalu menyusun
rencana untuk membangun terusan (canal) yang menghubungkan laut Mediterannia dan Laut Merah.
Ferdinand de Lesseps kemudian membentuk suatu perusahaan yang akan membangun terusan (canal) itu, dan menjual
saham-nya untuk membiayai pembangunannya. Perusahaan swasta
ini, disebut “Suez Canal Company”, awalnya sulit bagi perusahaan swasta ini menarik investor.
Namun akhirnya uang dapat terkumpul. Sebagian besar uang
untuk terusan itu berasal dari investor swasta
Perancis. Pemerintah Mesir membeli hampir setengah saham perusahaan tersebut. Sementara
itu Inggris merasa takut bahwa terusan itu akan mengganggu kepentingan kereta
api mereka di Mesir.
Pada tanggal 25 April tahun 1859 dengan susah payah
pembangunan terusan itupun dapat dimulai. Namun De Lesseps masih harus menghadapi
banyak masalah antara lain sbb :
- mengangkut air dan makanan utk para pekerja di gurun yg
sangat luas ;
- jutaan ton tanah harus dipindahkan dgn alat-alat yg ada
pada waktu itu ;
- banyaknya pekerja (termasuk pekerja terampil) yg harus
selalu diawasi ;
- penyakit yg menyerang para pekerjanya ; dan lain-lain.
Mungkin masalah terbesarnya adalah mengangkut air dan makanan
untuk para pekerja. Masalah ini akhirnya dapat dipecahkan dengan menggali saluran sementara air tawar dari sungai Nil
ke gurun, dan kemudian dialirkan sejajar dengan rute terusan Suez.
Pada tanggal 17 November tahun 1869, terusan Suez itu
dapat dibuka, dan diperkirakan telah menelan biaya hampir $ 100.000.000. Terusan Suez Itu secara teknis memiliki specifikasi sbb:
- panjang 172 kilometer (107 mil) ;
- lebar 54 meter (160 kaki) ;
- kedalaman (minimum) adalah 8 meter (26 kaki) ;
- tidak memerlukan kunci (pintu pengatur), karena kedua laut
berada di tingkat ketinggian permukaan
yang hampir sama.
- untuk melayani kapal-kapal di Mediterrania dibangun Port
Said.
- teluk Suez diperbesar, khususnya di sekitar pelabuhan Port
Taufiq.
Untuk memperingati pembukaan “Terusan Suez” tersebut, penguasa
(khedive) Mesir memerintahkan Giuseppe Verdi untuk menulis opera Aida. Hal semacam
itu adalah untuk pertama kali dilakukan
di Kairo, pada tahun 1871.
Terusan Suez ternyata adalah usaha yang sangat menguntungkan.
Kapal-kapal bersedia membayar untuk dapat melalui terusan itu, karena dapat menghemat
ribuan kilometer perjalanan laut.
Inggris ternyata juga menyadari pentingnya terusan Suez itu. Ketika Pemerintah
Mesir memikul hutang yang berat dan akhirnya terpaksa menjual saham-sahamnya, maka Inggris segera
membelinya. Pada tahun 1875 hampir setengah saham “Suez Canal Company” dimiliki oleh Inggris.
Pada tahun 1870, tahun pertama terusan (canal) beroperasi,
ada kira-kira 500 transit, atau kurang dari 2 transit per hari. Namun pada
tahun-tahun berikutnya jumlah kapal yang melewati terusan (transit) terus
meningkat.
Sebagai gambaran berikut ini disampaikan operasi terusan (canal)
pada tahun 1870, 1966, 1980 dan 2914,
yang lebih kurang adalah sbb:
Tahun
|
Transit per tahun
|
Rata-rata per hari
|
Tonase (Mton)
|
1870
|
500
|
2
|
-
444.000-
|
1966
|
21.000
|
58
|
229.000.000
|
1980
|
25,000
|
50
|
355,600.000
|
2014
|
17.000
|
40
|
963.000.000
|
|
|
|
|
Catatan : Angka-angka dibulatkan
Semula terusan (canal)
tidak mengizinkan lalu lintas dua arah. Namun untuk memungkinkan lewatnya kapal ke arah
lain, maka kapal akan berhenti di sebuah teluk. Waktu transit rata-rata 40 jam,
tetapi pada tahun 1939 telah berkurang
menjadi 13 jam.
Sebuah sistem konvoi diadopsi pada tahun 1947, yang terdiri
dari satu ke utara dan dua ke selatan per hari. Pada tahun 1967 waktu
transit lk 15 jam. Sistem konvoi tersebut
juga mencerminkan adanya pertumbuhan
lalu lintas kapal tanker. Dengan beberapa perluasan kanal, waktu transit
sejak tahun 1975 bervariasi antara 11
sampai 16 jam. Setelah memasuki kanal di Port Said atau di Suez, kapal dinilai berdasar
tonase-kargo (penumpang tidak dikenakan biaya sejak 1950), dan dipandu oleh
satu atau dua orang pilot (pemandu). Transit di terusan kanal kemudian semakin dikendalikan oleh radar. Konvoi
menuju selatan di Port Said, Al-Ballah, Danau Timsah, dan Al-Kabrīt, di mana
ada bypass yang memungkinkan konvoi ke utara untuk melanjutkan tanpa berhenti.
Pada Agustus 2015 perluasan secara paralel 22 mil (35 km) dibuka,
dan baru berjalan di saluran utama,
memungkinkan dua arah transit melalui terusan (canal). Saluran utama itu
diperdalam untuk memungkinkan lewatnya kapal yang lebih besar. Proyek perluasan
kanal diluncurkan oleh Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi pada tahun 2014, hal
itu adalah bagian dari upaya untuk meningkatkan perekonomian Mesir.
Sebagai gambaran, pada tahun 2015, cargo (kapal
pengangkut barang dagangan) yang telah melewati terusan (transit) Suez sbb ;
CARGO (OIL)
|
Utara/Selatan
|
Selatan/Utara
|
TOTAL (TON)
|
Crude oil
|
18,963
|
61,753
|
80,716
|
Motor Spirit
|
9,858
|
18,735
|
28,593
|
Gas & Diesel
Oil
|
2,208
|
15,330
|
17,538
|
Fuel Oil
|
26,206
|
504
|
26,710
|
Naphtha
|
18,258
|
33
|
18,291
|
LPG
|
1,669
|
300
|
1,969
|
Others Oil
|
6,553
|
2,634
|
9,187
|
TOTAL OIL
|
83,715
|
99,289
|
183,004
|
|
|
|
|
OTHER CARGO
|
|
|
|
LNG
|
5,614
|
21,940
|
27,554
|
Cereals
|
43,495
|
286
|
43,781
|
Fertilizers
|
8,513
|
4,087
|
12,600
|
Fab Metals
|
9,538
|
17,723
|
27,261
|
Chemicals
|
7,630
|
10,561
|
18,191
|
Coal & Coke
|
3,372
|
11,145
|
14,517
|
Food Stuffs
|
2,116
|
527
|
2,643
|
Machinery &
Parts
|
3,940
|
3,295
|
7,235
|
Ores & Metals
|
30,126
|
511
|
30,637
|
Oil Seeds
|
2,098
|
1,096
|
3,194
|
Vegetable Oils
|
3,089
|
10,950
|
14,039
|
Containerized
Cargo
|
209,653
|
219,057
|
428,710
|
Others
|
4,313
|
5,237
|
9,550
|
Total Other Cargos
|
333,497
|
306,415
|
639,912
|
Grand Total
|
417,212
|
405,704
|
822,916
|
|
|
|
|
Tampak bahwa jumlah transit cargo oil memiliki andil lk 35 % ;
cargo crude oil memiliki andil lk 10 % ; dan cargo cereals (makanan) lk 5 % dari
total transit. Sedangkan dilihat dari arah datangnya cargo, maka jumlah cargo
dari kedua arah lk sama.
Dapat dikemukakan disini bahwa dalam “perjajian asli” memberi
hak sewa kepada “Suez Canal Company” selama
99 tahun. Dan menurut Konvensi Konstantinopel, 29 Oktober 1888 semua
bangsa memiliki hak menggunakan kanal Suez tersebut. Namun sebagai akibat
dari perang antara negara-negara Arab
(termasuk Mesir) dengan Israel pada tahun 1948-1949, maka Mesir menolak untuk
membiarkan kapal-kapal Israel menggunakan kanal Suez tersebut.
Pada tahun 1956 Pemerintah Mesir menasionalisasi kanal yang
berakibat pecah perang antara Mesir dan
Israel ; pasukan Inggris dan pasukan Perancis mendarat di Port Said. Akibat
perang pada tahun 1967 dan 1973-yang berkecamuk di wilayah Suez Canal itu, maka
untuk beberapa tahun kanal ditutup. Dan dibuka lagi untuk pelayaran
internasional pada tahun 1975.
Dalam
pada itu, bangsa Indonesia berdasar undang-undang dasarnya yaitu pada Pembukaan UUD RI 1945 berkuajiban ikut
menciptakan perdamaian dunia, maka Indonesia ikut membantu mengatasi “Krisis
Suez” tersebut. Hal itu a.l dilakukannya
dengan menempatkan pasukan TNI sebagai penjaga
perdamaian di wilayah Mesir dibawah komando UNEF (United Nations Emergency
Forces).
|
Pasukan UNEF di Suez |
Pasukan
TNI yang dikirim sebagai penjaga perdamaian di Mesir ini disebut Pasukan
Garuda, pasukan yang pertama ini dipimpin oleh Letkol Hartoyo yang kemudian digantikan oleh
Letkol Saudi
Pasukan
TNI yang dikirim sebagai bagian dari pasukan penjaga perdamaian di Mesir ini
merupakan Pasukan TNI pertama yang ikut dalam misi perdamaian dunia dan
berangkat ke Timur Tengah pada bulan Januari 1957.
Seperti diketahui terusan (canal) Suez pada tahun 1957 telah diperlebar
dan diperdalam, dan sejak saluran (Bypass)
dibuka kapal dapat melakukan perjalanan
dari kedua arah yang berlawanan pada saat
yang sama. Cargo benda-benda padat (kering)—non
oil pada waktu itu lebih penting daripada cargo benda cair (oil atau minyak).
Seiring dengan meningkatnya supply minyak dari wilayah disekitar terusan Suez,
maka hal itu kemudian berubah. Terusan Suez lalu diperbesar lagi untuk dapat
dilewati oleh kapal supertanker pengangkut crude oil.
Sebelum menutup bahasan dan renungan tentang “Terusan Suez’
ini, maka “Ngunandiko” ingin mengemukakan hal-hal sbb :
- Beberapa-abad
yang lalu orang telah bermimpi akan adanya sebuah terusan (canal) yang
menghubungkan laut Mediterranian dengan laut Merah. Bahkan Napoleon Bonaparte
(1769 – 1821) juga telah menyatakan minatnya membangun terusan (canal) itu ;
- Seorang insinyur Perancis, Ferdinand
de Lesseps (1805 – 1894), adalah orang yang kemudian membangun terusan Suez
tersebut. Adapun langkah pertama Ferdinand
de Lesseps adalah membentuk perusahaan
dan menjual saham-sahamnya untuk membiayai
pembangunan terusan (canal) itu. Pada
1859 pembangunan terusan itu-pun dapat dimulai ;
- Perusahaan
yang dibentuk oleh Ferdinand de Lesseps itu disebut “Suez Canal Company”. Pada awalnya sebagian besar saham “Suez Canal
Company” berasal dari investor swasta
Perancis dan Pemerintah Mesir yang membeli hampir setengah jumlah saham
perusahaan tersebut.
- Dalam
pada itu Inggris merasa kuatir bahwa terusan itu akan mengganggu operasi kereta
api Inggris di Mesir. Namun Inggris juga menyadari bahwa terusan Suez itu juga
penting baginya. Oleh karena itu ketika Pemerintah Mesir terpaksa menjual sahamnya di “Suez Canal Company”, maka Inggris segera membelinya. Pada tahun 1875 hampir
setengah saham di “Suez Canal Company”
dimiliki oleh Inggris.
- Terusan
Suez itu bagi Barat seperti Inggris, Perancis, Belanda, Jerman dll memiliki
fungsi strategis untuk mengamankan transportasi pasokan bahan baku dan pasar
produk industrinya. Seperti diketahui bahan baku dan pasar industri Barat
sebagian besar berada di koloni koloni-nya
di Timur seperti India, Malaysia, Indonesia, Indochina, Australia dll.
- Terusan Suez
juga merupakan usaha yang sangat menguntungkan, kapal-kapal dari berbagai
perusahaan (mis ; perusahaan minyak) bersedia membayar dengan baik untuk dapat
melalui terusan itu. Hal itu karena dapat menghemat ribuan kilometer perjalanan
laut.
|
London - Mumbai |
- Semula secara tradisional wilayah Persia (Iran) berperan
sebagai pusat lalu lintas dagang antara Asia dan Eropa. Namun kemudian menjadi
kurang berarti lagi, karena sejak abad
ke 16 lalu lintas dagang itu telah bergeser dari jalan darat (kafilah-kafilah)
menjadi jalan laut, lebih-lebih setelah adanya terusan Suez pada abad ke 19.
- Terusan Suez ini ternyata telah merubah pola lalu lintas dari
Barat ke Timur dan sebaliknya. Semula (selama
ratusan tahun) lalu lintas dari Barat ke Timur itu bertumpu pada pola
transportasi darat (dengan kafilah-kafilah) melalui gurun-gurun pasir di Persia dll, namun
kemudian berubah menjadi bertumpu pada pola transportasi laut.
- Perubahan pola trnsportasi darat menjadi pola
transportasi laut menjadikan terusan Suez sangat penting, baik dari sisi ekonomi
maupun politik. Negara-negara disekitar terusan itu berusaha mengusai terusan Suez itu a.l dengan cara seperti yang
dilakukan oleh Mesir yaitu dengan nasionalisasi.
- Sedangkan negara-negara Barat (Inggris, Perancis dll)
berusaha mengusai terusan Suez itu untuk
menjaga kepentingannya dengan cara : mendominasi kepemilikan terusan itu, mengadu domba negara-negara disekitar
terusan itu , menyokong berdirinya negara Israel yang pro Barat ; dan cara-cara lain..
Demikianlah
bahasan dan renungan singkat tentang terusan Suez. Semoga bermanfaat.
*
“Since
1849 I have studied incessantly, under all its aspects, a question which was
already in my mind since 1832. I confess that my scheme is still a mere dream,
and I do not shut my eyes to the fact that so long as I alone believe it to be possible,
it is virtually impossible. ... The scheme in question is the cutting of a
canal through the Isthmus of Suez. This has been thought of from the earliest
historical times, and for that very reason is looked upon as impracticable.
Geographical dictionaries inform us indeed that the project would have been
executed long ago but for insurmountable obstacles. [On his inspiration for the
Suez Canal.]”
― Ferdinand de Lesseps
*